Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Stone Cold (No One Knows)

azzahraark
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.7k
Views
Synopsis
Razia Aviari sudah bersahabat dengan Juan Dirga Magenta sejak SMP. Namun ada beberapa rahasia dalam lubuk hati cewek itu yang tidak pernah dan tidak akan pernah diketahui Juan. Yaitu tentang rahasia kelam keluarga Jia(nama panggilan Razia) dan juga tentang perasaan yang telah tertanam ntah sejak kapan. Dan Jia rasa, di sini adalah tempat yang tepat untuknya mengungkapkan segala rasa cinta sekaligus sakit hatinya selama ini. Karena dia hanya bisa diam. Oh bukan, bukan tentang sifatnya yang pendiam. Jia tentu bukan orang introvert yang nggak mudah membuka hati untuk orang-orang di sekelilingnya. Melainkan cerita ini adalah tentang hatinya yang telah retak berkali-kali akibat ulah sahabatnya sendiri, Juan. Terima kasih sudah berkenan membaca cerita saya. (STONE COLD)
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1 - No One Knows

Hai gaes, ini cerita pertama saya di dunia Webnovel ini wkwk😂

Biasalah anak baru mau coba2 walaupun belom ngerti apa2 hehe:v

Semoga kalian suka sama cerita yang saya buat ya, terima kasih😊

***

Panggil dia Jia, seseorang yang kelewat tak peduli pada apa yang sedang terjadi di kehidupannya. Tak lagi mendengar, hingga pergi begitu saja meski seseorang di belakang terus meneriaki namanya. Bahkan sumpah serapah pun tak terelakkan lagi untuknya.

Dalam hatinya terus berkata untuk kembali. Namun apalah daya jika raga justru menolak.

Di rumah itu, tempat dia menaruh segala harap yang kemudian harus dia kubur dalam penat. Lelah dengan semua meski batin terus memperkuat. Satu kalimat tengah mengiangi kepalanya, "Untuk apa mendengar seseorang yang tidak mau mendengar?"

Percuma!

Tanpa belas hati Jia memacu motor matic itu pergi, menjauh dari tempat kesia-siaan. Menembus segala hal yang terjadi di jalanan bersama langit gelap berbintang. Hingga tibalah Jia di sebuah rumah yang memang menjadi tujuannya sebelum mengakhiri pelarian malam hari ini.

Jia segera turun dan langsung masuk begitu saja ketika tahu bahwa pintu depan tidak dikunci. Rasa di dalam dada masih berkecamuk, bahkan saat Jia melihat cowok yang dia sayang sedang bercumbu dengan pacar barunya di sofa. Jia tetap diam dipijakannya sampai salah seorang dari keduanya sadar lantas mengusaikan ciuman mereka. Cowok itu segera memberi jarak dengan sang pacar ketika tanpa rasa malu Jia mendekati keduanya. Sementara cewek yang sangat mengganggu penglihatan Jia dengan baju seksi mengikuti lekuk tubuh rampingnya justru mengecap kesal.

"Sori kalo gue ganggu, cuma mau antar buku." Jia menunjukkan buku latihan yang dia pegang lalu menaruhnya di atas meja. Saat dirinya berbalik, cowok itu bertanya.

"Mau cash atau gimana?"

Jia berbalik lagi. "Besok aja gue tagih."

Semua pun usai, Jia kira begitu. Namun kenyataan rupanya tidak seperti yang dia pikirkan karena tiba-tiba saja Jia disusul sampai teras rumah. "Buru-buru amat, mampir dulu napa?" tanya cowok itu saat Jia sudah di atas motor.

Sambil memakai helm Jia menjawab, "Ini gue mampir."

Cowok itu berdecak. "Maksud gue duduk-duduk dulu kek, nyantai-nyantai dulu kita di dalem. Kayak apa aja lo!"

Bukan Razia Aviari namanya bila dia pandai berlama-lama untuk basa-basi. Baginya, cukup tahu saja merupakan alasan yang lumayan masuk akal untuk tetap menjadi sahabat dan terus berada di sisi Juan Dirga Magenta. Cukup tahu kalau Juan itu playboy, cukup tahu kalau Juan itu memanfaatkan kepintaran Jia sehingga terus menjoki PR padanya, cukup tahu kalau Juan itu keras kepala, tapi kali ini Jia sudah muak dengan sikap seenak jidat cowok itu. Sudah tidak bisa untuk di-cukup tahu saja-kan lagi.

"Wan, sampai kapan sih lo kayak gini? Bukannya gue capek lagi, tapi gue cuma pengin lo ngerti ini, kalo perbuatan lo itu salah. Oke kalo lo player, tapi nggak harus sampai kayak tadi, kan? Seenak jidat lo ciuman di dalam, lo pikir rumah ini apa? Hotel? Mikir yang panjang, Wan. Lo nggak kasihan apa sama Oma? Nggak kasihan sama nyokap lo di atas sana yang mungkin aja lagi nangis ngelihat anaknya kayak bajingan gini?"

Juan yang tidak suka dengan ceramah Jia hanya memasang raut santai seolah-olah omongan Jia hanyalah angin lalu. Sementara Cressela Anastasya, cewek yang baru lima hari menjabat sebagai pacar Juan tengah memantau dengan tatapan sinis dari balik pintu. Jia tidak peduli kalau Sela membencinya, toh Jia pun sama tidak sukanya kepada Sela. Menurut Jia, dari sekian ratus cewek yang diincar Juan selama ini hanya Sela yang betul-betul tidak Jia sukai. Ntah dari mana Juan bisa bertemu dengan cewek itu.

"Terserah deh, mulai sekarang terserah lo!" ucap Jia, menyalakan mesin motornya.

"Terus mau lo apa?" tanya Juan menendang standar motor Jia agar mesinnya mati.

Dengan kesal Jia menaikkan lagi standar motornya. "Pikir aja sendiri." Lantas pergi sebelum Juan kembali mencegat jalannya.

Seketika pula jalanan kota kelahirannya inilah yang memenuhi sekitar. Diiringi sejuknya malam Jia pun melanjutkan perjalanannya. Rasanya dia ingin cepat-cepat mengakhiri hal-hal sial yang mungkin saja akan berkelanjutan setelah dua hal tadi. Dan kali ini tujuan Jia adalah rumah tantenya. Tante Mira namanya.

"Tan, Jia nginep."

Sebut saja Jia itu tidak sopan karena selain masuk rumah tanpa salam, dia pun langsung menuju kamar begitu sampai. Bahkan belum sempat Tante Mira bertanya apa pun, pintu kamarnya telah berbunyi kuncian. Karena Jia tahu kalau Tante Mira bisa memahami keadaannya. Lebih dari Mama-nya sendiri.

TBC?

Segitu aja dulu dah ceritanya, jadi gimana? Kasih tanggapan dong, krisar gitu. Soalnya saya belom terlalu ngerti apa2 nih hehe. Mohon dimaklumi ya, sekian dulu. Babay...👋