Intan menangis tersedu dalam dekapan Panji. Ia menumpahkan isi hatinya akan rasa kebersalahannya pada Bryan. Berusaha untuk meminta maaf namun itu tak akan berarti apapun, Bryan tak memaafkannya malah masih mengharapkannya dan juga menyalahkannya.
Disaat ia sudah menerima kehidupan barunya dengan membuka lembar baru bersama Panji, masalah datang. Bersamaan ia telah melupakan masa lalunya yang buruk dan juga Panji telah menerima serta memaafkannya membuatnya yakin untuk hidup berdua menua bersama Panji mengamban tugas dan kewajiban sebagi istri.
"Pasti sakit, kan?" Intan memegang tangan Panji seraya menatap punggung tangan Panji yang memerah dan sudut bibirnya yang terdapat luka disana.
"Nggak. Laki-laki harus kuat." Panji mengulas senyum menunjukkan keadaannya baik-baik saja. Baginya luka seperti itu tidak seberapa apalagi sebagai laki-laki sudah biasa. Yang terpenting Intan terlindungi, ia siap melakukan apapun.