Chereads / The Haunted Castle / Chapter 22 - Part 22

Chapter 22 - Part 22

Malam yang larut ini, Hiro sedang berjalan di hutan bersama dengan Hector. Hiro yang terus melangkah masih sibuk berbincang-bincang dengan Mr. Frank di ponselnya.

"Mr. Frank…  aku minta maaf… Uhuk! Uhuk! Uhuk! K-karena aku masih tidak masuk sekolah hari ini… Uhuk! UHuk! Uhuk! Aku masih sakit... Uhuk! Uhuk! Aku m-mungkin akan masuk sekolah beberapa hari lagi…"

"Oh begitu… apakah kau baik-baik saja? Kau bilang orangtuamu sedang pergi ke kota selama beberapa hari dan tak kembali. Jadi, siapa yang merawatmu?"

"Aku tidak… sendirian di rumah, terkadang… Uhuk! Uhuk! kakakku ada di rumah untuk merawatku s-saat kuliah dan pekerjaannya sudah selesai..." Kata Hiro

"Aku berdoa agar kau cepat sembuh dan bisa kembali mengikuti pelajaran di sekolah."

"Terimakasih… Uhuk! atas doanya Mr. Frank..."

Tut!

"Wow! Kau adalah pembohong yang baik. Harus kuakui itu, meski kalian berbicara lewat ponsel… wajahmu berekspresi seperti seseorang yang sekarat." Kata Hector

"Terimakasih kepada Zane yang mengajarkanku cara beracting. Dan, bisa kau ingatkan kembali padaku kenapa kita harus pergi ke pemakaman dan pergi ke tugu makammu untuk pergi ke dimensi Dio? Bukankah Jester sudah mengunci pintunya?"

"Jester sudah membuka pintunya dan dia sudah pergi ke dimensi Dio lewat tugu makam itu untuk mengambil kotak suara yang Dio curi darinya." Kata Hector

"Kenapa Dio mencurinya? Bukannya mereka dulu seperti teman baik?" Tanya Hiro

"Dulu, mereka teman baik. Tapi, kau tahu kalau Dio tak bisa dipercaya, kan?"

"Apa yang terjadi?" Tanya Hiro sambil mengikuti langkah kaki Hector menuju pemakaman yang luas.

"Jester pernah memberikan kekuatan untuk menuju dunia kosong kepada Dio, tapi Jester mengambil kekuatannya kembali semenjak Dio makin tidak waras. Dio menjadi marah, dia mengambil kotak suara Jester, dan menahannya di kastilnya. Lalu, ratusan tahun kemudian, kau membebaskannya." Jawab Hector

"Kenapa kita berdua harus ikut? Apa kau tidak takut jika dia menahan jiwamu lagi?" Tanya Hiro

"Kita harus pergi ke dimensi Dio untuk menanyakan beberapa hal kepada beberapa ilmuan yang nyawanya ditahan disana. Beberapa orang dewasa memang meminta sesuatu darinya dan sebagai gantinya mereka dijebak tinggal disana, tapi beberapa ilmuan ini mati karena mencoba memanggilnya karena rasa penasaran serta ingin tahu, dan beberapa ilmuan lainnya mati karena mencoba mengalahkannya." Kata Hector sambil berjalan memasuki tugu makamnya.

"Bagaimana caranya agar Dio tak menyadari keberadaan kita?" Tanya Hiro sambil melewati lorong yang berada di bawah tugu makam yang gelap dan hanya disertai oleh bola api kecil yang berada di tangan Hector.

"Saat Jester masuk dan mengambil kotak suaranya yang membuatnya bisa bicara, dia terlebih dulu mengalihkan perhatian Dio beserta bawahannya. Jadi, kita berdua masuk ke sana menuju sebuah desa yang hancur dan menemukan tempat makhluk-makhluk lain ditahan." Jawab Hector sambil membuka pintu yang berada di depannya itu.

Ketika mereka berdua keluar dari tugu makam, mereka melihat disekitarnya kini berupa desa tua, jelek, usang, dan nampak tak berpenghuni. Desa itu bahkan hanya disinari oleh cahaya bulan purnama saja.

Hector langsung mematikan api biru yang ada di tangannya, dan mulai berjalan melewati beberapa rumah kosong yang berada di desa itu. Setelah cukup lama berjalan, Hector mengeluarkan buku sihir hitamnya dan membacakan beberapa mantra di depan salah satu gerbang tua yang nampak menyeramkan itu.

Tak lama kemudian, gerbang tersebut terbuka sedikit, dan ketika mereka berdua masuk, mereka berdua melihat cahaya terang, dan beberapa makhluk seperti monster dan para jiwa sedang berkeliaran ke sana-kemari.

Hector pun berjalan mendekati salah satu kelompok hantu manusia yang ada sedang berkumpul di sana dan Ia pun sibuk berbincang-bincang dengan mereka. Sedangkan, Hiro yang masih dipenuhi tanda tanya di kepalanya tentang tempat baru itu sedang asik menjelajah ke tempat lain. Entah apa yang dipikirkannya, Ia masuk ke salah rumah kosong yang daritadi terus memanggil namanya.

Tepat setelah Ia masuk di rumah itu, Ia menemukan bahwa rumah itu kosong dan tak ada apapun disana.

Perlahan-lahan ruangan kosong itu berubah menjadi suasana halaman taman keluarga Agravain yang dekat hutan. Hiro dapat melihat Hector kecil sedang bermain sendirian, menyusun batu-batu kecil menjadi sebuah bangunan di siang hari ini.

Hiro beberapa kali memanggil namanya, tapi Hector kecil tak mendengarnya.

Hiro mulai menebak bahwa saat ini Ia melihat kejadian di masa lalu.

"Hector kau kedatangan tamu." Kata ayahnya yang mendekati puteranya.

"Selama bertahun-tahun Hector di sini, dia tak pernah punya teman. Sering terjadi insiden dengan anak-anak lain. Hal-hal buruk." Kata ibunya kepada pria dengan rambut pirang yang tak lain bernama Dio.

Hiro terkejut melihat Dio ternyata berpura-pura menyamar, dan menipu orangtua Hector untuk mendekati Hector untuk pertama kali.

"Bolehkah saya meminta waktu sendiri untuk putra anda?" Tanya Dio

"Tentu saja." Kata mereka sambil melangkah pergi meninggalkan putra mereka dengan pria pirang dengan pakaian yang seperti bangsawan itu.

"Kau dokter itu, kan?" Kata Hector kecil yang berhenti memainkan bebatuan yang Ia susun menjadi sebuah istana.

"Tidak. Aku seorang bangsawan." Jawab Dio

"Aku tidak percaya kepadamu. Mereka ingin aku diperiksa. Mereka pikir aku berbeda." Kata Hector

"Mungkin mereka benar."

"Aku tidak gila."

"Aku tidak mengajakmu ke rumah sakit jiwa. Aku hanya mengajakmu berteman. Kau bisa melakukan banyak hal, bukan? Hal-hal yang anak lain tidak bisa lakukan."

"Aku bisa membuat benda bergerak tanpa menyentuhnya. Aku bisa membuat hewan melakukan yang kuinginkan tanpa melatih mereka. Aku bisa membuat hal buruk terjadi kepada orang-orang yang menjahatiku. Aku bisa membuat mereka terluka jika aku mau. Aku juga bisa bicara dengan orang mati. Mereka menemukanku. Mereka membisikkan banyak hal. Apa itu normal untuk seseorang sepertiku?"

"Tentu, karena kau berbeda."

"Siapa kau?" Tanya Hector

"Aku sepertimu. Aku berbeda."

"Buktikan."

Tiba-tiba seorang rakyat biasa yang sedang lewat di sebelah mereka, langsung berlari dan melompat dari atas jembatan.

Hector yang menyaksikan itu tersenyum dan sedikit ada rasa kagum dari wajahnya.

"Aku akan mengajarkanmu cara menggunakan kekuatanmu ataupun sihir." Kata Dio sambil mengubah musim gugur saat itu menjadi musim dingin.

Setelah semua tempat itu tertutup es dengan beberapa menit saja. Seekor serigala datang di tengah mereka.

Dengan segera Dio membuat serigala yang datang di tengah mereka kesakitan karena dia membuat darah yang mengalir di tubuh serigala itu menyakitinya.

"Apa yang kau lakukan? Kau tak boleh menyakitinya." Kata Hector kepada Dio sambil menoleh ke arah serigala yang kesakitan itu dengan tatapan khawatir.

"Aku tidak hanya mengajarkanmu sihir ataupun kekuatan. Tapi, aku akan mengajarkanmu bagaimana bertahan hidup di dunia yang keras ini. Peraturannya membunuh atau dibunuh. Membalas dendam atau menjadi yang lemah. Kau ingin hidup dan tak mau mati karena mereka, kan? Kau pasti ingin mereka mengalami rasa sakit, kan?"

"Kenapa? Dia tidak jahat pada kita, hentikan! Kau bisa membunuhnya." Kata Hector yang kini menoleh dan menatap ke pria pirang yang tinggi yang memegang pundak Hector dengan tangan kanannya.

"Tak peduli jika dia jahat ataupun tidak. Mereka semua sama seperti serigala ini, mereka mendekatimu. Kau harus waspada karena mereka punya cakar dan taring yang bisa membunuhmu. Kau harus membunuh mereka sebelum kau dibunuh. Jangan percaya pada para manusia ini, karena mereka sama seperti serigala ini, di saat kau lemah dan dekat dengan serigala ini, maka saat itu juga dia membunuhmu. Jangan biarkan mereka peduli padamu. Mereka bisa mencaritahu segala hal tentangmu untuk menjatuhkanmu dan membunuhmu."

Sementara itu, Hector yang masih tidak menyadari kepergian Hiro masih sibuk berbincang-bincang dengan hantu-hantu para ilmuan itu.

"Dia bisa menembus pikiran orang lain, dan jika dia menemukan bahwa seseorang berpikiran buruk tentang dia, perilaku monster dalam kemarahan akan menjadi seperti badai yang paling merusak. Begitu ia membakar dimensi asalnya, memanipulasi pikiran jutaan orang untuk mendapatkan esensi fisik, dan dimensi Nightmares menjadi surga utamanya."

"Sebelum menjawab pertanyaan, siapa itu Dio, Aku perlu bertanya kepada kalian bagaimana dan kapan dia muncul?" Tanya Hector

"Dia adalah makhluk yang sangat kuat, setan pada dasarnya, yang mampu menembus alam bawah sadar manusia. Kami pertama kalimelihatnya  muncul di Hollow Lavador 50 tahun yang lalu ketika Finn meluncurkan sebuah ledakan. Dia menampilkan perilaku misterius dan kecenderungan sadis. "

"Ketika seorang peneliti muda melakukan kegiatan penelitiannya di Hollow Lavador, ia belajar tentang keberadaan Dio. Di gua, aku menemukan informasi tentang makhluk yang tahu jawaban semua pertanyaan. Setelah upaya yang gagal untuk memanggil makhluk ini, aku kesal, tetapi Dio mulai mendatanginya dalam mimpinya. Dalam buku harianku, ilmuwan berbicara tentang segitiga sebagai makhluk yang sopan dan penuh perhatian yang berusaha bekerja sama. Dio membantu aku dan para ilmuan membangun portal interdimensional, tetapi tidak berhasil masuk ke dimensi kami. Aku mengetahui tentang rencana Dio (untuk masuk ke dunia orang, membawa iblis jahat bersamanya dan menghancurkan Bumi, setelah sebelumnya bersenang-senang), melanggar kesepakatan, dan menutup portal."

"Kisah Dio dimulai ratusan tahun sebelum peristiwa yang dijelaskan. Dio muncul dalam dimensi ke-2, yang direnungkan dan disebut tempat "pikiran datar dengan mimpi datar." Diomendes berhasil melarikan diri dari dimensi asalnya, setelah itu ia membakarnya bersama dengan keluarganya. Ia segera mengetahui bahwa mungkin untuk menggabungkan dimensi ketiga dengan dimensi Nightmares. Dari saat ini menjadi mimpinya yang sangat disayanginya. Tetapi untuk memulainya, ia perlu menjadi makhluk fisik, karena dalam bentuk spiritual ia hanya bisa mengunjungi impian orang lain. Korban pertamanya adalah penduduk asli yang pernah tinggal di tanah Hollow Lavador. Dio berhasil meyakinkan dukun suku untuk membangun gerbang antarbintang. Segera dia mengetahui tentang niat roh, setelah itu dia menghancurkan gerbang dan membakar dirinya sendiri. Kiamat dihentikan, tetapi setelah peristiwa ini suku dipaksa untuk pindah, dan tanah Air Terjun Gravitasi disebut terkutuk. Gambar pelakunya peristiwa ini dapat dilihat pada artikel ini. Foto Bill Cipher disajikan di bawah ini. Jadi, kita melihat bahwa iblis kuno ini selama ratusan tahun mengejar penghuni sebuah kota bernama Hollow Lavador."

"Dio memiliki selera humor yang aneh. Dia sangat aneh, tetapi karismatik, dia berbicara dengan cepat. Dio adalah manipulator yang pandai yang bisa berpura-pura bermanfaat bagi semua orang. Jadi, pertama-tama mereka ditipu oleh Finn, dan kemudian oleh Akvan. Dia tidak selalu dianggap serius karena lelucon yang terus-menerus, tetapi dengan cepat berlalu, jika Dio marah. Dia tidak melakukan apa pun jika itu tidak bermanfaat baginya. Karena itu, setiap kesepakatan dengan Dio hanya bermanfaat bagi iblis itu sendiri. Dio mengakui bahwa dia gila. Ini dibuktikan dengan tindakan dan perilakunya. Jadi, kita melihat bahwa iblis kuno ini selama ratusan tahun mengejar penghuni sebuah kota bernama Hollow Lavador."

"Mengingatkan segitiga kuning Diomendes. Ini memiliki beberapa kesamaan dengan All-Seeing Eye dan piramida Mesir. Dio memiliki satu mata dengan pupil vertikal berwarna biru ataupun hitam. Biasanya bergerak di udara dan jarang tenggelam ke tanah. Anggota tubuhnya bisa bergerak ke seluruh tubuh. Terkadang muncul dengan tongkat emas atau hitam. Sekarang kita tahu siapa Diomendes. Namun, kami belum membahas kemampuannya. Jadi, hadiah utama Dio adalah pengendalian pikiran. Selain itu, ia memiliki kemampuan khusus iblis. Misalnya, kesimpulan kontrak untuk pemenuhan keinginan dengan orang yang memanggilnya. Setelah perintah Dio, semua orang di sekitar mereka dalam keadaan kesurupan, itu tidak hanya menyangkut setan itu sendiri dan orang yang ingin membuat kesepakatan. Pada saat yang sama, dunia menjadi hitam dan putih, dan Dio mendapat kesempatan untuk mempengaruhinya. Jadi, dia bisa mengambil semua giginya dari rusa, dan kemudian mengembalikannya. Orang-orang yang hadir pada saat yang sama tidak melihat apa-apa dan bangun dari mati rasa hanya setelah Dio pergi."

"Setan itu dapat masuk ke pikiran manusia. Di sini dia bisa memanipulasi apa saja. Selain itu, di kepala orang asing, semua informasi tentang mimpi, pikiran, dan rahasia manusia tersedia baginya. Dio memiliki pengetahuan besar tentang masa lalu dan beberapa potongan masa depan. Selain itu, ia dapat mengikuti apa yang terjadi melalui salah satu citranya. Ini menjelaskan mengapa Diomendes selalu menyadari apa yang terjadi."

"Dia dapat mengeluarkan jiwa seseorang dari tubuh, seperti yang terjadi dengan beberapa orang yang ada disini. Setelah itu, iblis dapat pindah ke cangkang kosong. Pada saat yang sama, jiwa manusia menemukan dirinya di dunia hantu, di mana tidak ada yang memperhatikannya. Dia tidak bisa memengaruhi kenyataan. Kekuatan asli Dio terbatas. Tetapi setelah celah interdimensional dihancurkan, ia menerima kekuasaan yang hampir tidak terbatas atas kenyataan.

"Untuk pertama kalinya, kita akan mengetahui siapa Diomendes ketika salah satu dari kami memanggilnya untuk mendengar tentang kode dari brankas salah satu penduduk Hollow Lavador. Ritual membutuhkan foto korban. Matanya harus dicungkil. Kemudian gambar ditempatkan dalam lingkaran di sepanjang tepi yang ada 8 lilin. Maka Anda perlu membaca mantra, yang ditulis dalam salah satu buku harian Ford. Setelah membaca mata si penyerang mulai bersinar biru, dan langit berubah menjadi abu-abu. Kemudian 5 kali diucapkan "Zhdesem Sdrovkab." Segitiga abu-abu muncul di tengah di mana satu mata terbuka, setelah itu makhluk itu mengambil tampilan Dio yang biasa."

"Betapa naifnya nenek kami dengan meramal nasib mereka tentang orang yang berpikiran sempit dan melemparkan sepatu ke pintu gerbang. Dan sekitar 20-30 tahun yang lalu, remaja berkumpul di sebuah ruangan gelap dan, memandangi cermin yang diolesi pasta gigi, mengulangi dengan terengah-engah: "Queen of Spades, ayo!" Hari ini kita memiliki idola yang sangat berbeda, dan orang-orang muda lebih tertarik pada bagaimana memanggil Diomendes, yang kekuatannya berkali-kali lebih besar daripada kekuatan sihir semua goblin, iblis, putri duyung, dan persaudaraan mistis lainnya."

"Apa kalian tahu cara mengalahkannya? Apa kalian pernah mencobanya?"

"Waktu itu, kami harus berhasil merebut salah satu mata Dio, tetapi untuk waktu yang singkat Dio tidak lagi menjadi warisan. Dia mengalahkan robot dan bergegas ke tempat perlindungan, di mana para pahlawan menggambar pentagram yang mampu mengusir setan. Dio mengubah semua orang menjadi perhiasannya dan menghapus lingkaran itu. Kamu dapat memutuskan untuk membunuh, tetapi salah satu dari kami membela anak-anak itu, setuju untuk mengungkapkan rahasia cara memecah kubah di atas kota. Dio memasuki pikiran salah satu dari kami dan ngeri ketika dia menemukan bahwa ini adalah pikiran kosong. Dio tidak bisa keluar dari pikiran pria itu, karena ingatannya terhapus. Kami pikir, iblis bernama Diomendes dikalahkan selamanya. Tapi, dia punya rencana cadangan. Entah bagaimana dia bisa membunuh kami begitu saja."

"Maksudnya?"

"Mungkin saat itu kami kurang percaaya, karena saat melakukan ritual itu kami harus percaya. Setelah itu, mungkin kalian harus bertarung dengannya. Mungkin kami terlalu takut. Entahlah. Dia sangat kuat, dan dia benar-benar gila. Dia memiliki beberapa refleksi dalam budaya dunia, tetapi yang utama adalah simbol yang diduga dari Freemason yang disebut All-Seeing Eye. Realitas adalah ilusi, alam semesta adalah hologram. Usia iblis ini sudah ratusan tahun. Aku sarankan untuk berhati-hatilah padanya. Terlebih untukmu, Hector… jika kau mati dua kali, maka kau akan lenyap."

"Ngomong-ngomong dimana temanmu yang tadi ikut bersamamu?" Tany salah satu dari mereka.

Hector mulai menoleh ke belakangnya dan menemukan Hiro sedag tidak bersamanya.

"Sial!" Umpat Hector sambil mencari Hiro di sekelilingnya.

***

Ketika Hiro melangkah keluar dari pintu rumah itu. Pintu tersebut, tiba-tiba tertutup dan di sekitarnya hanya berupa hutan yang gelap. Perlahan dari semak-semak muncullah beberapa mayat hidup yang berpakaian dari era kuno. Mayat-mayat hidup itu berlari ke arah Hiro. Melihat itu, Hiro langsung berlari pergi.

"Tolong! Seseorang tolong aku!" Teriak Hiro sambil terus berlari.

Hiro pun pergi berlari sampai menuju sebuah kastil besar dan Ia dapat melihat ada beberapa orang yang menunggang kuda mau masuk ke kastil besar yang terlihat berbeda dari kastil-kastil yang pernah dilihatnya sebelumnya.

Ketika pintu kastil tertutup dan taka da orang lain yang menjaga bagian gerbang kastitl. Hiro segera memanjat ke atas gerbang itu dan naik ke atas kastil.

Mayat-mayat tersebut masih tetap mengejarnya, dan mereka bahkan memanjat kastil tersebut untuk mengikutinya. Ketika Hiro sampai di bagian paling atas. Ia menutup sebuah pintu agar mereka tidak mengikutinya. Mereka terus mendobrak pintu itu, sedangkan Hiro masih memanjat menara untuk naik ke puncak menara tertinggi, tapi tiba-tiba petir menyambarnya sehingga Ia terjatuh ke bawah.

Mendadak, semuanya berubah menjadi hitam. Semua latar tempat di sekitarnya perlahan berubah.

Ketika Hiro membuka matanya, Ia melihat ada beberapa orang dengan pakaian dari jaman 1700-an sedang mengelilinginya dan memandangnya dengan pandangan benci. Ia juga menemukan buku lain milik Hector yang berisikan cerita-cerita seram yang bahagia.

"Mengapa kau tak mendengarkanku?"

Hiro mengenali suara yang bergetar dengan rasa takut itu. Suara itu adalah suara milik Hector. Ternyata mereka selama ini menatap kea rah Hector, mereka sama sekali tak bisa melihat Hiro, karena kejadian ini terjadi di masa lalu.

"Mengapa kau melakukan ini?" Kata Hector yang berada di belakangnya. Kedua tangan dan kakinya diikat oleh rantai seperti seorang tahanan kriminal.

"Harry Ector Agravain. Pada hari ini kau dibawa kemari, karena melakukan kejahatan sihir yang mengerikan. Disaksikan oleh laporan warga telah melakukan disampaikan. Dengan pengadilan ini, kau dinyatakan bersalah."

"Tidak! Aku tidak bersalah!"

"Karena itu dijatuhkan hukuman kepadamu. Atas semua tindakan mengerikanmu kau menggunakan sihir untuk membunuh 20 anak anak yang berada di dekat kastilmu. Kau juga berbicara dengan orang mati. Sesuai dengan kejahatanmu. Hukuman yang kau terima adalah hukuman mati!"

"Tidak! Aku hanya Itu hanya bermain-main!" Kata Hector

"Benarkah?! Dengan api?! Aku tak mau terjadi kutukan pada orang-orang baik itu!" Kata hakim tersebut, dan segera orang-orang yang mengengelilinya langsung mengikat Hector di tiang kayu dengan jerami di bawahnya.

"Itu hanya kecelakaan! Aku tidak membunuh mereka! Aku hanya bicara pada kakakku yang kalian bunuh! Kalian tak boleh membunuhku, seperti kau membunuh kakakku yang tak bersalah! Kalianlah yang bersalah karena menenggelamkan kakakku!"

"Aku tak mau membahayakan keselamatan para warga baik yang ada disini!"

"Tidak! Kalian tak bisa melakukan ini!"

"Aku tak melakukan hal yang salah! Aku tidak meminta untuk dilahirkan seperti ini!" Bentak Hector dengan retakan api biru terdapat dan menjalar di seluruh wajahnya.

"Kau akan dibawa untuk dieksekusi, dimana kau akan dibakar sampai kau mati!"

"Hentikan! Akan kubuat kalian semua menyesal!" Bentak Hector sambil membuat tubuhnya meledakkan api biru yang menyebar ke seluruh kota.

Semua latar tempat di sekitarnya berubah, dan ketika Hiro membuka matanya. Ia berada di tengah hutan yang gelap. Di depannya, Ia melihat mayat dari orang-orang yang tadi mengadili Hector. Hiro langsung mundur perlahan dengan takut sampai punggungnya menabrak pelan sebuah pohon di belakangnya.

"Bagaimana kau bisa tega? Dia hannyalah anak-anak. Dia dan aku tidak berbeda." Tanya Hiro kepada hakim itu.

Mayat hakim itu mulai melangkah dan mengangkat tangannya untuk menyentuh Hiro.

"Menjauhlah dariku!" Bentak Hiro

Mayat itu memberhentikan langkahnya.

"Kau harus hentikan kutukannya."

"Apa maksudmu? Kau bukan mau membunuhku juga?" Tanya Hiro

"Kau bisa berbicara dengan orang mati. Pada kami. Pada dia. Kami butuh kau untuk membacakan buku untuk mengembalikan kami ke makam kami."

"Tapi itu tak akan berhasil. Itu hanyalah sebuah buku cerita yang mengutuk orang. Hanya cerita pengantar tidur yang seram dan bahagia... Bagaimana buku ini bisa ada disini? Aku tak pernah melihat buku ini sebelumnya." Tanya Hiro

"Ini adalah buku pertamanya sebelum dia bertemu dengan Dio yang memberikan buku yang lebih jahat itu kepadanya. Ini awalnya hanya buku biasa berisikan cerita seram favoritnya saat masih kecil. George selalu suka membacakannya di tugu makamnya. Buku itu berpindah ke sini semenjak taka da yang membacakannya."

"Jadi ini yang ingin kalian minta padaku untuk melakukannya? Dongeng sebelum tidur. Agar Hector bisa tidur beberapa tahun lagi. Dan sekarang kau perlu bantuanku karena akulah satu-satunya yang bisa bacakan itu untuknya…" Hiro memberhentikan perkataannya dan mulai bangkit berdiri.

"Ini bukumu! Coba baca saja sendiri!" Kata Hiro sambil melemparkan buku itu ke hakim itu.

"Kenapa kau melakukan itu?" Kata Hiro kepada hakim tersebut.

"Kami ketakutan."

"Pada apa?" Tanya Hiro

"Pada dia. Kami percaya kami lakukan hal yang benar. Tapi kami salah. Sekarang, inilah hukuman kami. Kami kira kami tahu segalanya saat kami masih hidup. Tapi saat kami mati. Kami tersesat. Tolong bantu kami."

"Setiap tahun, keluarga Agravain yang tersisa… selallu membacakan cerita di kuburannya. Tapi kutukan itu takkan pernah hilang. Tidak ada yang lebih baik. Tidak cukup begini." Kata Hiro sambil mengambil buku itu kembali.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya hakim itu.

"Sesuatu yang belum pernah dilakukan siapapun sebelumnya. Aku harus berbicara dengannya. Tapi, aku harus mengalahkan Dio terlebih dulu agar nantinya jiwa kalian bisa bebas untuk pergi ke tempat yang lebih baik." Kata Hiro dan semua mayat itu menghilang beserta hutannya yang berubah menjadi ruangan gelap yang kosong.

"Kau sudah melihatnya…" Kata Hector yang kini berada di belakang Hiro.

Seketika Hiro terkejut karena kedatangannya saat ini adalah Hector yang asli dari masa sekarang.

"H-hector? Bagaimana kau?"

"Aku selalu bisa menemukanmu Hiro." Jawab Hector

"Kau dengar semuanya?" Tanya Hiro sambil memasukkan buku yang berada di tangannya ke dalam saku jaketnya.

"Itu tidak penting. Aku tak mau membahasnya tentang itu denganmu. Apapun yang akan kau katakan padaku itu tidak akan berhasil. Aku akan selalu pastikan mereka tak bisa menyebrang ke tempat yang lebih baik, dalam arti mati dengan tenang. Meskipun kau satu-satunya manusia yang dekat denganku selama aku mati… Tetap saja kau harus punya batas dan sadar akan posisimu. Tujuanmu itu hanya dua, yaitu mengalahkan Dio dan membangkitkan Louise jika Akvan bersedia." Kata Hector sambil melangkah keluar dari ruangan gelap itu dan membuka pintu gerbang dengan mantra. Setelah itu, mereka berdua melewati pedesaan itu, dam pergi ke arah hutan.

"Baiklah, terserah… mari kita pergi. Aku hanya ingin membantumu, bung." Balas Hiro sambil mengikuti langkah Hector yang sudah jauh.

"Aku tidak butuh bantuanmu untuk menyelesaikan masalah pribadiku!" Kata Hector dari kejauhan.

"Cih! Ini sebabnya kau tidak pernah punya teman. Kau selalu saja mendorong semua orang yang peduli padamu." Gumam Hiro sambil terus melangkah mengikutinya. 

Tiba-tiba Hiro melihat sesuatu yang menarik perhatiannya saat mereka rumah lamanya yang berada tak jauh darinya.

Karena penasaran, dia pun langsung masuk ke rumah itu. Ketika, dia masuk ke kamarnya. Hiro langsung terkejut karena Ia melihat Dio yang memakai seetelan jas merah maron berada di hadapannya.

"Mereka bilang kesombongan pun dapat luluh karena cinta. Tapi Hector hanya peduli pada dirinya sendiri. Apa yang kau lakukan disini, Hiro? Terakhir kali kau kesini kau melarikan diri." Tanya Dio serius yang ada di depannya itu.

"Waktu itu aku terlalu terkejut karena aku tak mau kehilangan mataku. Tapi, aku sebenarnya hanya butuh waktu untuk memutuskan dan meyakinkan kepada diriku sendiri untuk tinggal disini atau tidak." Jawab Hiro

"Apakah kau sudah memutuskan untuk tinggal disini?" Tanya Dio

"Aku masih butuh waktu untuk berfikir sendirian." Kata Hiro

"Jangan terlalu lama memutuskan. Kesempatan ini tidak akan datang dua kali. Pikirkanlah sekarang ini dan saat ini juga." Kata Dio sambil mendorong tubuh Hiro masuk ke dalam cermin yang ada di belakangnya.

Hiro pun terjatuh terjungkal saat msuk ke dalam cermin yang ternyata berupa ruangan gelap dengan ribuan roh anak-anak dan remaja.

"Siapa disana?"

"Diamlah. Dio bisa dengar nanti."

"Siapa kalian?" Tanya Hiro

"Kami tak ingat nama kami. Tapi kami ingat orangtua kami yang sebenarnya."

"Kenapa kalian semua disini?" Tanya Hiro dengan suara bergetar.

"Dio itu… memata-matai hidup kami lewat mata burung gagak."

"Dia melihat kalau kami tak bahagia."

"Lalu dia mengimi-imingi kami dengan kesenangan."

"Dengan sikapnya."

"Dengan permainannya."

"Memberikan semua yang kami minta."

"Tapi kami masih ingin lagi dan lagi."

"Jadi kami mengijinkannya menjahit kancing itu di mata kami." Kata mereka sambil melayang menembus tubuh Hiro, lalu muncul lagi di belakangnya yang membuat Hiro ngeri sekaligus ketakutan.

"Dia bilang dia menyayangi kami."

"Tapi dia mengunci kami disini. Dan memakan jiwa kami."

"Dia tak bisa mengurungku disini selamanya. Aku tidak ingin dia mendapat hidupku. Memukulnya adalah kesempatanku." Kata Hiro

"Barangkali, jika kau bisa melarikan diri… kau bisa mencari mata kami." Kata seorang hantu gadis kecil itu kepada Hiro.

"Dia mengambilnya juga?" Tanya Hiro

"Iya, tuan. Dia mengambilnya dan membentuknya menjadi sebuah bola berwarna. Lalu, menyembunyikannya."

"Temukanlah mata kami, dan jiwa kami akan bebas."

"Akan kucoba." Jawab Hiro

Tiba-tiba kedua tangan dari balik cermin menarik Hiro kembali keluar dari ruangan itu dan kembali ke lorong sebelumnya. Hiro yang memberontak langsung membanting sosok yang menariknya dari belakang itu.

Ternyata itu Han yang masih mengenakan penutup mata.

"Han? Apa dia melakukan ini padamu?" Tanya Hiro sambil melepas penutup mata hitam yang mengikat di matanya secara perlahan.

Hiro langsung bernafas lega, setelah Ia melihat kedua mata Han masih utuh. Belum sempat Han mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya, Hiro segera menyambar tangan Han dan menariknya untuk pergi berlari ke dalam hutan yang gelap.

"Gagak itu adalah mata-matanya. Dengan itulah dia mengawasimu. Mencaritahu apa yang salah dengan hidupmu. Makanan, kebun, tetangga. Tapi semua itu jebakan. Bagaimana kau bisa berakhir disini Han?!"

"T-terakhir yang kuingat adalah makhluk menyeramkan menyeretku ke bawah kolong tempat tidur dan menarikku masuk ke dalam kegelapan." Kata Han yang terus berlari mengikuti langkah Hiro.

"Baiklah! Peduli setan! Yang penting kita harus keluar dari dunia ini!" Kata Hiro yang masih menarik tangan Han sambil masuk ke dalam tugu makam itu, melewati lorong gelap itu, dan membuka pintu yang ada di depannya.

Tapi, setelah mereka berdua keluar dari pintu itu dan menutupnya. Mereka tiba-tiba saja berada di kamar Han yang gelap karena lama tak ditinggali.

"K-kamarku? A-aku tak mengerti…" Kata Han sambil duduk di tempat tidurnya dengan ekspresi tak percaya. Hiro yang masih tidak mengerti dan tak percaya langsung pergi melihat pemandangan kota lewat jendela Han sekilas untuk memastikan mereka benar-benar di kamar Han.

"Ini tidak mungkin terjadi! Aku berada di Hongkong sekarang! Aku harus  ke Amerika sekarang, jika orangtuaku tahu…"  Perkataan Hiro terpotong ketika Ia melihat Han sudah tertidur pulas.

Tak jauh dari mereka, di sudut ruangan kamar Han. Jester telah berdiri di pojok kegelapan itu.

"Menurutmu apa yang kau lakukan?" Tanya Jester

"Aku ingin keluar dari sini. Itu yang akan kulakukan."

Tiba-tiba tempat disekitar mereka berubah menjadi putih semua.

"Ada yang tidak beres. Bukannya ada tugu makam disini?" Tanya Hiro

"Itu tak ada disini. Ini bagian kosong dari dunia ini." Jawab Jester sambil berjalan di dunia yang serba putih itu, diikuti oleh langkah Hiro dibelakangnya.

"Dia hanya membuat apa yang dia pikir membuatmu terkesan." Kata Jester lagi.

"Aku tahu. Tapi bagaimana kau bisa pergi dan kembali kemari?" Tanya Hiro ketika Ia melihat sekitarnya berubah menjadi rumahnya yang berada di Hollow Lavador.

"Aku berjalan mengelilingi dunia. Dunia yang kecil."