Melihat hamparan Sungai Han yang terbentang sangat luas membuat siapapun tak henti-hentinya untuk memandang air bersih yang terlihat sangat menyegarkan mata dan hati, objek yang mampu membius mata hanya dengan keindahan Sungai Han mampu membuat orang-orang merasakan relaksasi atas kepenatan yang menunpuk di pikiran. karena masalah yang datang silih berganti tak henti-hentinya, membuat sebagian orang atau bahkan mayoritas orang merasakan lelah atas kekejaman dunia pada makhluk hidup yang bernama manusia.
Semua masalah yang datang pada satu kelompok atau kelompok yang lain dapat mengakibatkan tekanan-tekanan berupa emosional atau batin, sehingga membuat semua orang pernah merasakan yang namanya depresi, Depresi sendiri adalah suatu keadaan dimana manusia merasakan dirinya yang teramat tertekan karena suatu masalah atau hal lainnya yang dapat mengganggu pikiran tanpa adanya jalan keluar dan tak tahu bagaimana dirinya untuk mengatasi masalah itu sendiri dengan benar.
Jadi, ketika kita merasa bahwa kita sudah berada diluar batas kemampuan atas suatu masalah yang tak bisa kita pecahkan atau mencari jalan keluarnya, bahkan masalah itu selalu ada dan selalu menggangu dalam pikiran kita. bisa jadi kita sedang mengalami depresi karena tekanan-tekanan dari masalah yang selalu menggangu pikiran baik secara fisik maupun mental.
Mungkin karena itulah fikri selalu berada ditempat seperti ini, tempat yang menenangkan baginya karena dengan menyendiri seperti ini fikri bisa mengekspresikan dirinya lewat teriakan dan tangisan walaupun nyatanya itu tak memungkinkan untuk menyelesaikan masalahnya, tapi setidaknya rasa yang mengganjal dibenaknya sedikit terluapkan oleh sebuah teriakan dan tangisan, bukan?.
Hingga beberapa menit berlalu, sepertinya laki-laki jangkung dengan wajah tampan bak pangeran itu tak ada niatan untuk undur diri dari tempatnya sedikitpun. malah dia semakin anteng ditempatnya dengan kegiatan yang sama seperti beberapa menit yang lalu, berdiam diri di depan hamparan sungai yang luas, sembari melempar beberapa batu kerikil dibawah kakinya yang sengaja ia masukan kedalam air dihadapannya.
Bahkan sejak tadi yang bisa ia lakukan hanyalah membuang nafas kasarnya ke udara, dan sesekali mengusak kasar rambut hitam legam miliknya, membuat anak-anak rambut miliknya terlihat acak-acakan dan berantakan.
Pertemuan yang mendadak seperti tadi membuat otaknya tak dapat bekerja secara normal, bahkan kini isi otaknya berkecamuk tak tentu dan ia sendiri pun bingung apa yang tengah ia pikirkan sekarang?
Isak tangis yang telah terjadi beberapa jam lalu membuat kedua mata milik pria tampan bernama fikri sembab, karena semua tenaganya sudah ia keluarkan untuk menjerit dan menangisi hal yang jikalau orang tak tahu adalah sebuah hal yang bodoh.
"kau tahu fikri, menangisi seseorang yang telah meninggal dan menyesali semuanya akan terlihat sangat bodoh dimata orang lain, yang tak tahu menahu apa masalahnya" ujar seseorang yang membuyarkan lamunannya ditengah-tengah dia ketika pikirannya hanya bertumpu pada satu titik masalah yang tengah terjadi, dan kali ini benar-benar berwujud manusia bukan sosok freya yang menemuinya. membuatnya menghembuskan nafas lega, karena seseorang yang berada disampingnya adalah seseorang yang ia kenal, walaupun tak sesering ega dan freya yang ia temui, tapi ia masih bisa mengenali siapa orang yang tenggah berada disampingnya saat ini.
"dan apa kau tau hukum sederhana yang dibuat oleh dunia?" pertanyaan yang mendadak dari orang disampingnya membuat atensi seluas danau yang menenangkan itu mengalihkan pandangannya kearah sosok manusia disampingnya yang tak lain adalah sepupu irgi, ya ines.
Entah apa yang tengah dilakukan wanita itu disekitar sini sehingga bisa menemukan fikri yang menyendiri seperti orang gila karena tersesat ke lubang hitam yang tak bisa menemukan jalan keluarnya, dan yang bisa ia lakukan hanyalah menangis dan menyesalinya. benar-benar seperti orang bodoh.
"apa?" tanya fikri balik yang penasaran akan apa jawaban atas pertanyaan ines sebelumnya untuknya dan jujur topik yang dibawa oleh wanita itu sangatlah menarik perhatiannya.
"kamu nggak tahu?" sahut ines yang di iringi kekehan kecil yang keluar dari bibir tipis milik ines yang sangat anggun karena dipoles liptin warna pink cerah yang melekat dibibirnya dan itu sangatlah cantik. hingga tanpa sadar fikri tersenyum tipis bahkan saking tipisnya sampai tak terlihat oleh kasat mata dan ia tersenyum karena melihat ines yang tertawa pelan seperti itu.
"nggak" jawaban singkat yang meluncur dari bibir pria berparas tampan mencuri perhatian ines dan ia pun tersenyum maklum atas jawaban itu.
"kamu benar-benar nggak tahu atau pura-pura nggak tahu?" pertanyaan yang bertele-tele seperti ini membuat pria itu mendengus kasar, pasalnya ia membenci sebuah pertanyaan yang bertele-tele seperti ini. tak bisakah ia menerima jawaban yang pasti tanpa harus mendengar pertanyaan yang bertele-tele seperti itu.
"iya nggak tahu" sahut fikri lagi dengan pandangan yang memfokuskan netra coklat gelapnya ke objek yang berada dihadapannya saat ini, yaitu Sungai Han yang luas dan mampu membius matanya karena keindahan yang terpancar oleh aliran sungai yang tenang dan jernih.
"jawabannya sangat sederhana, kita tak bisa menyalahkan Tuhan atas semua masalah yang telah menimpa kita" jawaban yang singkat dan sedikit ambigu bagi fikri sangat terdengar asing ditelingannya, dan pria tampan itu tak bisa menangkap isi pesan yang coba ines sampaikan untuknya.
Buktinya pria itu malah mengeryitkan dahinya dan alis yang menyatu menandakan bahwa pria tampan itu tak mengerti akan apa yang ingin coba ines sampaikan.
"masih belum paham juga?" pertanyaan untuk yang sekian kalinya dan fikri pun hanya meresponnya dengan gelengan kepala.
"gini biar aku jelasin dengan sesederhana mungkin, biar kamu tahu maksud yang aku sampaikan barusan" ujar ines sembari tersenyum simpul, sama seperti fikri, kini ines berbicara sembari melihat kearah sungai tan menolehkan pandangannya ke arah pria disampingnya yang sejak tadi berdiri didepan hampar sungai yang amat luas ini.
Fikri masih setia mendengarkan kalimat-kalimat yang keluar dari bibir cantik milik gadis yang masih seumuran dengannya itu, dengan pandangan kosongnya.
"bukankah tanpa sadar kamu pernah menyalahkan Tuhan atas apa yang telah terjadi pada kamu dan orang lain sekarang?" ujar ines santai sembari melihat kearah Sungai Han yang terbentang luas dihadapannya.
"lalu?" tanya fikri masih bingung dengan kalimat yang coba ingin disampaiksn oleh ines padanya
"ya, aku pun begitu tanpa sadar aku pun pernah menyalahkan Tuhan. karena Tuhan selalu memberikan cobaan padaku dan keluargaku, bahkan Tuhan sampai mengambil nyawa ayahku"
"aku sempat berfikir bahwa Tuhan benar-benar kejam, karena selalu memberikan cobaan yang tak mampu aku selesaikan tapi...." ujar ines sembari tersenyum tipis dan menggantungkan kalimatnya di akhir membuat fikri penasaran dengan apa yang akan ines katakan selanjutnya.
"tapi apa?" tanya fikri penasaran karena ines terus melontarkan kalimat yang menggantung seperti barusan
"tapi seiring berjalannya waktu, aku pun tersadar, bahwa semua yang terjadi bukanlah kesalahan Tuhan, melainkan kesalahan kita sendiri yang tak pernah kita tahu dimasa lampau."
"karena sebenarnya.... Tuhan sangat amat menyayangi kita, lebih dari kita menyayangi seseorang yang kita sayangi sekarang. itu sebabnya seseorang yang kita sayangi lebih dulu meninggalkan kita, karena Tuhan lebih menyayangi dia lebih dari apapun"
"dan itu berlaku pada tragedi dua tahun silam yang merenggut nyawa freya terlebih dahulu, dan bukankah kamu percaya sebuah takdir itu ada? dan ya, tragedi dua tahun silam adalah takdirnya"
"kenapa gue harus percaya sama omongan lo? lo kan sepupunya irgi bisa jadi lo deketin gue karena mau balas dendam kan ke gue?"
"aku nggak se picik itu, jangan karena aku sepupunya irgi, aku jadi harus dukung dia apapun yang dia lakukan, aku masih waras untuk bisa bedain mana yang bener dan yang nggak"
"lalu tujuan lo datang kesini tuh apa? cuma ngomong gitu doang?"
"cuma mau ngasih saran aja, kalau penyesalan nggak akan pernah bisa jadi jalan keluarnya, justru kamu harus tahu dimana letak kesalahanmu dan berusaha memperbaikinyalah yang menjadi jawaban atas apa yang kamu rasakan sekarang"
"jadi intinya jangan terlarut dalam penyesalan besar, karena itu semua nggak akan ada hasilnya, lebih baik kamu cari tahu dari sekarang kenapa kecelakaan itu terjadi dan apa penyebabnya freya rela ngedonorin jantungnya buat ega"
"bisa nggak lo nggak usah terlalu ikut campur sama masalah gue?"
"iya aku tahu, aku hanya orang asing jika masuk ke lingkup kalian, tapi balik lagi ke awal aku hanya ingin memberimu sedikit saran saja dan tak ada maksud lain"
"terserah, kamu mau percaya atau nggak sama omonganku yang pasti aku ngomong kaya gini karena aku masih peduli sama kalian semua, kalo gitu aku pergi dulu dan jaga kesehatanmu" ujar ines untuk yang terakhir kalinya hingga tak sampai beberapa menit kemudian ines benar-benar menghilang dari hadapan fikri sedangkan sang empunya masih diam mematung ditempatnya ketika mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh ines masuk ke otaknya begitu saja.
Hingga tanpa mereka berdua sadari sebelumnya, ternyata sosok freya kembali lagi masih dengan tampilan dan wujud yang sama seperti yang ditemui fikri pagi tadi.
Namun bedanya kini sosok freya tersenyum teduh bagai embun di pagi buta yang menyejukan hati benar-benar sangat anggun seperti princess di film disney, sosok freya tersenyum kearah fikri dan ines, sebelum ines benar-benar pegi meninggalkan fikri seorang diri di Sungai Han.