"Apakah Renandra Ettrama adalah anak dari Reista anyelir Ettrama?". Tanya Nafisah yang masih tidak mengerti dan belum sepenuhnya paham.
"Tentu saja! memangnya nama Ettrama di dunia ini ada berapa? Reista anyelir Ettrama adalah ibu dari Renandra Ettrama.. Nyonya Reista juga merupakan pemilik sah Sekolah kita ini! bukankah kau tau bahwa Nyonya Reista yang memberikan sambutan kemarin?". Kata Nasmira yang gemas sendiri melihat tingkah lucu temannya ini.
Reista tentu saja ingat Reista Anyelir Ettrama.. Perempuan itu yang membuat kehidupan kelam dalam dunia Nafisah.. Tapi.. Tapi Nafisah tidak ingat sama sekali dengan Renandra Ettrama, nama yang begitu familiar. sangat familiar sekali.. bahkan ada setitik kerinduan saat Nafisah menyebutkan nama itu dalam pikirannya.
"Aku tidak tau banyak, aku ingat tentang Nyonya Reista.. tapi aku tidak tau bahwa nama Ettrama merupakan nama yang begitu penting". Ujar Nafisah pelan, sebenarnya Nafisah tidak ingin terlalu memikirkan Seorang Reista anyelir.. Karena setiap mengingat nama itu hati Nafisah begitu sakit.
Ada beberapa kejadian yang membuat Nafisah begitu membenci nyonya besar Reista, ada banyak konflik masa lalu yang membuat Nafisah ingin sekali mengubur nama perempuan itu. Namun Nafisah tidak bisa, nama itu seperti hantu yang selalu mengganggu mimpi mimpi Nafisah.
"Kau, mulai sekarang harus tau nama nama besar keluarga yang memegang kendali di dunia ini, yang pertama itu untuk menjaga dirimu jika sewaktu-waktu kau bertemu dari salah satu anggota keluarga kaya, yang kedua agar kau bisa melihat siapa saja orang yang bisa kau jadikan teman, dan yang ketiga.. untuk menambah informasi dalam otak cantikmu agar kau bisa lebih berhati-hati dalam bertindak". Nasmira sudah merangkul pundak Nafisah pelan, agar temannya ini tidak terlalu kebingungan lagi.
Nafisah hanya mengangguk saja, pikirannya begitu sakit saat menghubungkan antara Reista Anyelir Ettrama dengan Renandra Ettrama.. mereka adalah seorang ibu dan anak, tapi mengapa Nafisah tidak ingat bahwa Reista punya anak laki laki? kenapa Nafisah tidak memiliki ingatan tentang anak dari Nyonya Reista? seharusnya... seharusnya ada satu atau dua ingatan yang bisa dijadikan Pemahaman oleh Nafisah tentang Renandra.
Setidaknya, saat mendengar nama Renandra Ettrama, Nafisah langsung tau bahwa itu anak dari Nyonya Reista. Tapi sampai sekarang pun Nafisah tidak bisa mengingatnya..
apakah Nafisah memiliki penyakit tertentu? atau mungkin dirinya hilang ingatan? tapi jika iya, seharusnya Nafisah tidak mengingat Reista sama sekali.. kenapa yang Nafisah lupakan hanya Renand?
Nafisah mencoba mengingat lagi kenangan masa lalu. Tapi tidak ada, semua kejadian masa lalu yang menghubungkan Reista dengan Nafisah hanya sebuah kejadian buruk. Nafisah menahan dadanya saat tiba tiba terasa sesak.. kenapa? kenapa Nafisah mengingat lagi masa lalu itu? Nafisah menepuk nepuk pelan dadanya saat ini, mencoba mengatur nafas agar dirinya baik baik saja..
Menghitung angka satu sampai sepuluh, dan menghembuskan nafas seteratur mungkin.. ini adalah cara Bibi untuk membuat Nafisah tenang, tenang saat Nafisah mulai Mengingat lagi kejadian masa lalu.
"Kau kenapa Nafisah? kenapa wajahmu pucat?". Tanya Rosebell yang mengelus pelan pipi Nafisah. Nafisah hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. memberitahu bahwa dirinya saat ini baik baik saja.
Nafisah tidak ingin orang lain tau bahwa Nafisah memiliki depresi akut, Yang sewaktu-waktu bisa kambuh jika sudah mengingat Masa lalu..
"Ayo kita pergi dari sini, tempat ini semakin tidak bagus jika terlalu berlama-lama. Oh iya... dimana Rambut yang diberikan Kak Nandra tadi?". Tanya Adell pada Nafisah, Nafisah membuka genggaman tangannya dan terdapat rambut kakak kelasnya yang begitu menyebalkan menurut Nafisah. "Simpan yang benar". kata Adell lagi.
"Kita tidak perlu rambut kakak pembimbing untuk dapat menang di permainan ini". Nafisah melihat sebentar ke sekeliling, saat dipastikan tempat cukup sepi dan tidak ada yang mendengar. akhirnya Nafisah menyuruh teman temannya untuk duduk tenang.
"Lalu apa yang membuat kita bisa menang?". Tanya Steve, mulai merasa tertarik dengan pemikiran Nafisah yang begitu pintar dalam menyusun teka teki.
"Tentu saja dengan tidak menuruti perintah yang mereka buat.. kalian lupa? Kak Nandra yang bilang sendiri bahwa di dalam game ini tidak ada peraturan sama sekali.. kita bisa melakukan apapun tanpa di hukum, jadi untuk apa bersusah payah mencari helaian rambut? karena kemenangan itu ditentukan sendiri oleh Sekolah nantinya. Tidak akan ada yang bisa mengumpulkan 10 helai rambut dari 10 orang berbeda.. Semua ini hanya permainan, konsep sebuah permainan yang memainkannya.. menang kalah itu hasil akhir". Jawab Nafisah dengan pelan, gara gara memikirkan siapa Renandra sebenarnya. malah membuat Nafisah paham maksud inti dari Game yang sedang mereka jalani saat ini..
"Kau benar juga Nafisah.. pembimbing hanya mempermainkan kita dan membuat kita berlomba-lomba untuk memberikan permainan yang seru supaya bisa mereka tonton.. Kalau begitu, kita berjalan santai saja hingga sampai ke sekolah. aku malas harus bertemu dengan teman teman kita yang lainnya, mereka pasti sangat menggebu-gebu dalam game ini". Steve merebahkan punggungnya di sisi pohon, Nasmira yang melihat itu terkekeh geli sendiri. Steve bilang mau berjalan.. namun dia malah merebahkan punggungnya.
"Steve... Steve.. kau itu terlihat sekali pemalas nya. bagaimana bisa kau berucap akan berjalan santai untuk menuju ke sekolah, padahal sekarang kau merebahkan punggungmu Yang seperti jelly itu". Steve yang mendengar celoteh Nasmira hanya menanggapi dengan tawa pelan.
"Kita duduk saja dulu disini, biarkan yang lainnya berjalan semakin jauh ke depan.. semakin mereka jauh, semakin aman posisi kita karena tidak diganggu mereka". Ujar steve yang secara tidak langsung mengelak agar tidak dikatakan pemalas.
"Ya Steve benar.. aku juga mau tidur siang sebentar. Semalam aku kurang tidur". Adell lebih dulu menidurkan dirinya di atas rerumputan.. yang lainnya hanya mengikuti dan sama sama menatap awan biru di langit. posisi rebahan mereka berbentuk memutar dan bulat.. jika dilihat dari atas, mungkin mereka seperti sahabat yang sudah lama dekat..
Mereka terdiam, menikmati saja udara siang yang masih terasa sejuk.
"Tenang sekali ya.. aku tidak pernah merasa setenang dan sebebas ini". Rose bersuara, ucapan Rose diangguki oleh Nafisah dan yang lain. Mereka memang tidak terbang di langit sana.. namun melihat burung burung yang begitu bahagia mondar mandir, membuat Rose dan yang lainnya juga merasakan kebahagiaan itu.
"Sebelum masuk di sekolah ini, hidupku hanya ada di dalam kamar dengan tumpukan buku.. jadi sekarang saat melihat langit biru di siang hari dengan Suasana tenang di hutan, membuatku merasakan suatu perbedaan besar.. entah apa itu, tapi aku tetap senang dalam momen ini". Steve menanggapi dengan suara pelan. membiarkan gesekan daun yang diterpa angin lembut menjadi sebuah melodi indah di pendengaran mereka...