Lova menghela nafas berat. Pura-pura terlihat baik-baik saja, sangat melelahkan. Lova berbalik badan berniat masuk ke dalam rumahnya, lalu meminta Malik menjemputnya. Namun, suara yang sudah sangat familiar di telinganya sejak di sekolah dasar itu menghentikan gerakan tangannya yang sudah akan membuka pagar besi lebih dulu.
"Iya, deh. Yang lagi sibuk patah hati."
Lova dengan gerakan cepat menoleh ke arah rumah yang ada di depan rumahnya. Tawanya lolos begitu saja ketika melihat Kevin, Lila, Selma, Malik, Abdul dan bahkan Ali berdiri secara berurutan di balik pagar rumah Lila sambil kedua tangan mereka memegang besi dan wajah yang menempel pada besi pagar.
"Sampai gak sadar ada yang lagi nungguin."
Lova berbalik menghadap pada keenamnya. Tatapannya terarah pada Abdul yang tadi menyindirnya secara halus. "Kan, sakitnya disini." kekeh Lova sambil memegang dadanya.
"Dih! Yang garing. Canda garing ..."