Lova menarik pandangan dari ujung sneakersnya ke arah Kevin yang sedang duduk di sampingnya, di sebuah kursi panjang dari besi yang berada di dekat eskalator. Abangnya itu sedang bertopang dagu dengan ibu jari kedua tangan dan siku yang ditumpukan pada kedua lutut. Sesekali menghela nafas berat. Tampak kusut dan frustasi. Dan semua itu sudah pasti karena keputusannya.
Lova berdehem pelan. "Feel better, Abang?" tanya Lova hati-hati.
Kevin menundukan kepalanya sambil tertawa, tawa yang terdengar sinis di telinga Lova. Jenis tawa yang sudah pasti baru pernah adik satu-satunya itu dengar. Kevin mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangan, lalu menoleh ke arah Lova. Tatapannya langsung bertemu dengan mata hazel milik Lova yang sedang menatapnya dengan sendu, kecewa, luka, sedih. Semuanya campur aduk.
"Harusnya Abang yang tanya kaya gitu sama kamu, princess. Feel better, princess?" tanya Kevin sambil mengusap kepala Lova sayang.