Lova terus bergerak memberontak berusaha untuk melepaskan diri. Namun, usahanya tetap saja gagal. Dia hanya seorang diri melawan dua orang perempuan. Lelah memberontak, kini Lova hanya bisa pasrah diseret masuk ke dalam toilet yang hampir tidak terpakai karena letaknya di koridor dan sepi yang jarang dilewati.
"Awh!" teriak Lova sambil meringis sakit ketika punggungnya membentur keras dinding toilet akibat didorong dengan kasar oleh kedua teman Zayba.
Lova reflek memegang bahunya sebelah kiri dengan tangan kanan. Perlahan mengangkat wajahnya menatap pada Zayba dan kedua teman gadis itu yang kini sedang melipat kedua tangan di depan dada dan berdiri di depannya itu dengan angkuh secara bergantian. Lova menegakan posisi berdirinya.
"Kamu sebenarnya mau ngomong apa, Zay? Apa gak bisa secara baik-baik? Gak perlu harus pakai cara kasar, kan?"