Axel berjalan gontai memasuki rumahnya dengan setelan jasnya yang sudah tak beraturan lagi. Jas disampirkan di bahunya sebelah kanan. Dasi sudah longgar dengan posisi yang sudah miring kesana kemari. Dua kancing kemeja putihnya sudah dilepas kaitannya.
Axel merotasikan kedua bola matanya ke atas. Rambutnya sudah acak-acakan. Axel meniup rambut yang jatuh di depan keningnya dengan kencang. Menghela nafas pelan. Disaat-saat seperti ini Axel merutuki rumah orang tuanya yang terlalu besar. Untuk sampai ke ruang tengah saja membutuh waktu. Geez!
Selesai dengan pekerjaannya, Axel langsung mengambil penerbangan paling cepat dari Singapura ke Indonesia. Axel menyesalkan selama di negeri singa itu tidak bisa menghubungi Lova sesering mungkin. Gadis itu bisa saja bersyukur karena tidak terganggu olehnya. Sementara dia? Axel tertawa sumbang dalam hati. Sudah seperti cacing kepanasan!