Lova berdiri terdiam di belakang perawat laki-laki yang kini sedang memeriksa cepat lambat jalannya air infus yang terpasang di tangan Axel dengan kedua tangan yang menyatu di depan dada.
"Sudah ya, dek. Kalau butuh sesuatu, tekan emergency call saja. Ada di sebelah sana." Perawat laki-laki itu menunjuk bagian atas kepala brankar.
Lova mengangguk paham. "Terima kasih, Kak."
"Sama-sama, dek. Permisi." Perawat laki-laki mengangguk sopan dan berbalik meninggalkan kamar inap Axel.
Lova menatap punggung perawat laki-laki itu hingga hilang di balik pintu. Berbalik dan melangkah pelan mendekati brankar Axel. Lova menatap wajah pucat mantan pacarnya itu dengan sendu. Tangannya terulur menyingkirkan surai rambut Axel yang jatuh di kening laki-laki yang ditutupi dengan perban itu. Lova menurunkan tangannya, mengusap wajah Axel lembut.
"Axe berhasil bikin Lova ketakutan setengah mati. Darah Axe banyak banget tadi." gumam Lova lirih.
