Axel terdiam memperhatikan setiap inci wajah Lova yang terlihat sedikit sembab. Kedua mata dan hidung gadis itu merah khas setelah menangis. Bahkan di kedua pipi Lova masih terdapat jejak air mata yang sudah mengering. Axel menatap tepat di mata hazel Lova.
"Lova gak apa-apa, Axe." kata Lova lagi sambil tersenyum manis mencoba meyakinkan Axel.
Axel geleng-geleng kepala. "Lo itu gak jago bohong, my Lov. Jangan coba-coba bohongin, ahlinya bohong."
Lova terkekeh kecil mendengar penuturan Axel. "Ahlinya bohong? Axe?"
Axel mengangguk. "Iya, gue."
Lova tersenyum kecil. Menurunkan, lalu menggenggam kedua tangan Axel. "Kok, ngaku? Katanya ahli bohong. Barusan, Axe malahan jujur sama Lova, lho." kekeh Lova.
"Ck!" decak Axel kesal. "Jangan ngalihin pembicaraan, my Lov. Coba bilang sama gue, lo kenapa? Lo kenapa nangis? Ini kedua kalinya gue lihat lo nangis gini."
Lova hanya menggeleng pelan.