Chereads / 3 List For My Lovely Life / Chapter 2 - chapter 2

Chapter 2 - chapter 2

Kebiasaanku di setiap jam istirahat adalah duduk di mejaku dan mulai merangkai kata demi kata menjadikannya sebuah puisi ataupun kalimat indah yang biasa menggambarkan suasana hatiku saat ku menulisnya. Dan terkadang aku menulis sebuah cerita yang menjadi ajangku menuangkan bakat dan minat yang ada dalam pikiranku pada sastra, seperti saat ini. Aku sedang membuat sebuah cerita yang sering kali aku berhayal bahwa ceritaku akaan bisa dibaca dan diminati banyak orang serta dikenal publik dan media, meskipun hanya hayalan hal inilah yang menjadikanku memiliki semangat tersendiri dalam memperdalam sastra saat ini. Sebenarnya, hanya Miu yang tau kegemaranku dalam berhayal, dan menulis cerita ataupun kata yang sedang kusembunyikan dari orang-orang di sekitarku. Hingga tiba waktunya jam kelas kedua dimulai.

***

Hingga usai waktuku berada di meja tempatku menimba ilmu. Tepat jam 12.00 kami mulai meninggalkan kelas dan menuju kesibukan kami masing-masing. Sampaipun pada saat,-

'Hei, Bening..! Kamu gmn? Mau langsung pulang atau disini dulu kayak biasanya? Kamu kan ga bawa sepeda.' Sapa Miu padaku sesaat kemudian.

' Ah aku... nanti aja deh, biasa.. mau cari inspirasi dulu hehe. Kamu duluan aja deh aku gapapa kok, pulang ma gampang hehe.' Jawabku padanya.

' Owh gitu, yaudah deh.. gapaham lagi aku sama kamu ning, yaudah aku balik duluan ya. Ntar klo ada apa-apa bilang aja hehe.' Ujarnya menakutiku.

' Halah santaii aja, kayak sinetron deh kamu. Udah deh sana, ntar pulangnya telat lagi..!' pintaku padanya.

' Oke beb, bye... duluan ye.. jan lupa sholat, dah masuk dzuhur nih..' katanya sembari jalan menuju pintu kelas untuk keluar.

' Uuh... sayang sekali Miu... aku lagi dapet hehe'. Ucapku menyangkalnya dengan sedikit memberikan gurauanku padanya.

' Ah kamu mah, yaudah deh.. ku tinggal dulu, bye..' pamitnya.

' Oke, beb.. hati-hati ya di jalan..' salamku untuknya.

Yaa tinggalah aku sendiri, bertahan di belakang meja menduduki bangku seperti biasanya. Sambil menggores lembaran putih yang tepat berada di hadapanku dan siap ku nodai dengan batang pena yang sedang ku pegang erat dengan jariku untuk mulai ku rangkai kata demi kata menjadi suatu karya. Cukup lama ku bertahan disana lalu ku bergumam,-

' Hm... kayaknya butuh inspirasi nih, tapi apa ya..,-' gumamku- 'Krucukkk...krucukkk,- suara perut yang bergejolak meminta asupan yang sejak pagi belum menerima makanan darinya.

' Perut memang selalu jujur disaat seperti ini,- ucapku sendirian. Okelah, mari kita menuju asupan sambil berjalan menyusuri inspirasi baru.' Niatku sembari membereskan alat tulis yang sudah tak lagi bisa bekerja karna perut yang bergejolak ini. Melihat detik yang terus berputar pada jam tangan yang melekat di pergelanganku, menunjukkan pukul 13.30,-

Aku pun mulai berjalan keluar dan menyusuri balkon di sepanjang area kelas yang berdampingan menuju tangga untuk ku dapat turun dari gedung tersebut supaya bisa mepdapatkan asupan untuk perutku ini. Kelas demi kelas ku lewati begitu saja, dan akhirnya aku sampai pada salah satu ruang kampus, yap 'Libary Art' yaitu ruang khusus yang disediakan sebagai galeri bagi mahasiswa fakultas sastra menggambar untuk mengisinya dengan karya-karya mereka sekaligus ruang pelatihan melukis pada jadwal yang mereka jalani beberapa kesempatan di setiap tahunnya. Ku menghentikan langkahku, pandanganku menuju tangga untuk turun dan niatku untuk mencari asupan bagi perutku pun sejenak hilang dan terganti dengan tatapanku yang terfokus pada sosok lelaki yang sedang menggerakkan jari-jemarinya sembari memegang kuas dengan lihai dan penuh hati-hati di depan papan lukis yang menjepitkan kertas gambar cukup luas untuknya berkarya. Ntah apa yang sedang kufikir saat itu kakiku mulai melangkah melewati pintu dan tanpa sadar ku berada tepat disamping lelaki tersebut dan tak kusadari terucap,-

' Woah, artistik yang selalu ku idamkan, goresan-goresan yang selama ini ku nantikan cara membuatnya, yang akhirnya terlukis tepat di hadapanku saat ini, andai ku bisa melakukannya sendiri..' Ucapku berbisik tanpa sadar karna takjub dan tak dapat mengedipkan mataku yang terlalu fokus pada papan lukis tersebut. Pada akhirnya muncul suara yang menyangkal kalimatku,-

' Hah..? Maksud lo gmn? Sorry gue gak begitu dengar tadi, gue keasikan dengarin earphone sama ngelukis. Lo ngomong sama gue? ' ucapnya karna bingung dengan kehadiranku yang tiba-tiba muncul di sampingnya dan menuturkan apa yang tak kusadari. Seketika ku terkedip dan sadar mengapa ku berada disana,-

' Oh, hah...,- aku bingung dengan keadaan ini-. Mm... eng..enggak, sa..saya enggak bicara dengan anda. Ma..maaf, karna tadi saya asal bicara dan tanpa izin masuk ke ruangan ini. Sa..saya sungguh minta maaf, saya akan segera keluar, permisi.' Ucapku makin gugup karna malu dan bingung yang akhirnya tanpa kupikir panjang memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu meskipun sebenarnya aku masih ingin berada disana memperhatikan lukisan tersebut sambil bergegas menuju pintu untuk segera keluar meninggalkan ruangan tersebut tanpa menoleh sedikitpun ke arah lelaki yang sedang melukis disana.

' Hei, gapapa sini aja gausah sungkan!' teriaknya memanggilku sebelum aku benar-benar keluar meninggalkan ruang itu.

' Tenang aja, gak usah kuatir banyak cctv disini. Gue juga gak mungkin jahatin lo' lanjutnya karna melihat langkahku terhenti namun tampak ragu untuk kembali melihat lukisannya. Dan kalimat itu membuatku tak ragu yang kemudian ku berbalik menujunya.

' Mm... bener juga sih, kan banyak cctv,- gumamku. Oh, iya terimakasih sudah mengizinkan saya masuk.' Jawabku padanya.

' Lo mahasiswi disini? Kok gue jarang lihat?' tanyanya padaku karna mungkin ia berfikir aku junior dibawahnya karna melihatku yang kaku saat itu.

' Oh, mm.. i..iya, saya mahasiswi semester 6 fakultas sastra bahasa' jawabku singkat.

' Wah udah semester 6 tapi gue jarang lihat, padahal gue sering banget kesini bwat ngelukis dan jadinya gue kenal banyak mahasiswa disini.' Ucapnya memulai topik.

' O..oh, begitu ya.. an..anda mahasiswa fakultas sastra lukis ya?' tanyaku ragu.

' Menurut lo? Apa gue kayak mahasiswa?' ujarnya berupaya mencairkan suasana yang cukup canggung saat itu.

' Mm.. Mung..mungkin, karna anda terlihat sangat pandai melukis, jadi saya pikir anda mahasiswa sastra lukis.' Jawabku malu.

' Gue alumni sastra lukis, tahun lalu gue baru saja wisuda' balasnya sambil tertawa geli karna perkataanku tadi.

' Owh, maaf kak. Saya tidak tahu soal itu, maaf saya salah dan lancang.' Ucapku malu padanya.

' Udah santai aja, gapapa. Gausah kaku gitu sama gue, bilang gue sama lo aja juga gapapa. Lagian kita juga bukan guru dan murid atau presiden dan warga kan?' pintanya sebagai awal pembicaraan dengan suasana yang santai. Tak ada yang bisa kukatakan saat itu karna malu, dan aku hanya bisa menganggukkan kepala serta tersenyum.

' Nama lo siapa? Gue Tara' tanyanya sambil memperkenalkan diri.

' Oh, sa..saya.. Bening kak.' Balasku singkat.

' Owh, bening. Kan gue dah bilang santai aja sama gue, gausah formal gitu, anggep temen lo aja.' Pintanya karna melihatku kaku ditambah lagi aku sangat malu karna,-