"Kakak, ini Reine. Mana mungkin kamu lupa dengan dia?" Ayssa tetap bersikeras memberi tahu kakak tercintanya itu.
Ibunya pun sama. Mereka berusaha membuat Hamzah ingat, tapi pemaksaan itu yang justru membuat kepala Hamzah semakin sakit.
Aku segera menemui dokter.
Belum sampai di ambang pintu, dokter itu ternyata sudah kemari.
Katanya, Hamzah harus banyak istirahat dulu. Dia jangan dibebankan dengan banyak pikiran berat.
Selain kondisinya yang masih lemah, dia juga tak boleh berpikir terlalu keras.
Aku lebih memilih keluar dan melihat kondisi Hamzah di jendela.
Sementara ibunya dan Ayssa, turut membantu Hamzah agar segera tidur.
Tak berselang lama, dokter keluar dan menghampiriku.
"Maaf, ibu ini..., siapa pasien?"
Aku tertegun sesaat ketika mendengar dokter itu menanyakan hal yang masih berat aku utarakan.
Aku bingung harus mengatakan apa.
"Dia istrinya." Ayssa tiba-tiba berada di belakangku.
Aku hanya diam dan tak memberi reaksi apa pun.