"Hei." Hamzah terus saja mengajakku untuk mengobrol, "masih marah?"
Aku melirik ke arahnya kemudian mendelikan mata.
"Eh itu..., Ya Allah kamu pintar sekali mendelik." Hamzah terkekeh.
"Biarkan. Terserah aku."
Dia mengendikan bahu. "ternyata benar ya kata orang."
"Apa?" tanyaku ketus.
"Kata andalan bagi setiap cewe itu 'terserah'."
"Ya terserah aku lah."
Hamzah tertawa kecil. "Sudah dua kali. Nanti kalau satu lagi, dapat gratis piring cantik."
"Eh!" aku memukul pahanya, "bisa tidak, kalau orang lagi marah itu diam?"
"Justru kalau aku diam, kamu kapan tak marah lagi?"
Aku tak menjawabnya.
"Prinsipku seperti ini kalau lagi marah, Rein."
"Apa?"
"Iya. Aku paling tak mau mendiamkan seseorang yang sedang marah karena itu artinya..., kita terlalu baperan. Intinya sih kalau ada yang marah, ya bujuk saja biar sembuh. Daripada kalau masing-masing tak berkata apa pun, masalahnya semakin rumit dan pastinya tak kunjung usai." jelas Hamzah, "bagaimana? Kamu setuju tak?"