"Eh, hai. Namamu..., Alif bukan?"
Pria di depanku ini hanya mengangguk saja tatkala aku bertanya perihal itu. Padahal..., di situ aku juga berharap dia balik menanyai siapa namaku.
"Rumahmu di mana?"
"Di sana."
"Jauh tak dari sekolah?"
"Lumayan."
"Kalau dari gerbang, kamu pulangnya jalan ke kanan atau ke kiri?"
"Kanan."
"Dari perempatan tukang baso, masih jauh lagi tak?"
"Lumayan."
"Sudah dua kali lho kamu bilang kata 'lumayan', kalau sekali lagi bilang, dapat bonus gelas cantik." ucapku padanya dengan tempo datar. Karena kesal sekali. Biasanya kalau orang normal, ketika aku bertanya dia akan balik bertanya. Tapi pria ini tidak melakukan hal itu.
Dan entah kenapa juga..., anehnya saat itu aku ingin berkenalan dengan pria dingin seperti dia.
"Hm." Bukannya bilang apa, dia malah menjawab sesingkat itu sambil tersenyum simpul.
Aku mengambil buku gambar itu darinya. Karena memang sedari tadi, dia sedang menggambar tapi tak tahu gambar apa di kertas itu.
"Aku lihat ya."