Sesuatu yang wujudnya tidak diketahui, yang bentuknya tiada yang tahu namun sering menjadi perdebatan, itulah cinta.
Seiring berjalannya waktu. Aku mulai biasa akan kesendirian ini. Perihal jodoh sudah kuperbincangkan dengan Tuhan.
Tidak ada yang banyak tahu tentang bagaimana aku. Bahkan banyak diantara mereka yang mengatakan jika aku orangnya susah ditebak apalagi perihal perasaan.
Semua orang memiliki perasaan, namun dalam penyampaiannya ada banyak tipe, aku tipikal orang yang suka memendam perasaanku sedalam mungkin agar orang lain tidak mengetahuinya.
Bukan hanya itu, aku selalu bersikap biasa saja seakan cuek dan tidak peduli, padahal di relung hati ini menyimpan banyak rasa untuk seseorang, sengaja aku pendam karena aku takut, aku takut jika hanya aku yang menyukainya, aku takut sakit hati dan kecewa.
Rintik hujan kembali menyapa.
Disudut ruang ditemani kopi ku menyambutnya semakin lama ku hanyut dalam suasana.
Waktu pertama kali liat kamu, rasanya tuhan sudah mengantarkan bidadarinya kesini.
Dua kali liat kamu, rasa senang makin tambah dan berubah jadi rasa sayang.
Tiga kali liat kamu, aku sadar semua ini tidak bisa diteruskan karena akan datang banyak rasa kekecewaan.
Sulit sekali bagi aku yang biasa biasa saja untuk mendapatkanmu. Bahkan kalo aku terus maksain dan kasih apapun yang aku punya, aku masih tidak ada apa apanya dibandingkan mereka.
bukan menyerah, cuman sadar diri.
jadi kalo semisal aku mundurpun, aku tidak akan memudarkan bahagiamu. Apalagi dihatimu ada yang lebih special dari pada aku.
Aku tidak pernah berani menanyakan perihal hati kepada siapapun, sebab bagiku itu hanya membuat perasaanku semakin patah. Dan, aku memutuskan untuk mencintainya dalam doa, merengkuhnya dalam doa panjangku.
Tuhan terimakasih, hanya lewat gambaran saja aku bisa merasakan kekecewan. Mungkin untuk saat ini aku tetap menjaga hati untuk kesendiriannya, ngga tau juga nanti.