Author pov
Di luar ruang UGD farel terus berjalan mondar-mandir tanpa arah.ia sangat khawatir dengan keadaan adik iparnya,yang sangat banyak mengeluarkan darah tadi saat ia menggendongnya ke arah brankar yang sudah tersedia di rumah sakit dan beberapa suster pun mendorong brankar yang di atasnya ada aisy menuju keruang UGD.
Selang beberapa menit pintu ruangan UGD terbuka menampakkan seorang dokter yang berjalan ke arahnya.
"Mba Najwa aisya yoshidah mengalami pendarahan yang hebat dan kandungannya tidak bisa di selamatkan."
Farel tertegun mendengar perkataan dokter yang baru saja memeriksa Aisy,
"Bagaimana keadaan Aisy dok."
Dokter yang sudah lanjut usia itu tersenyum "Alhamdulillah keadaan Mba Najwa tidak terlalu parah dan sekarang mba Najwa sudah boleh di pindahkan di ruangan rawat inap, dan bapak bisa mengurus surat-surat nya."
"Iya dok makasih."
"Sama-sama kalau begitu,saya permisi."
Farel mengangguk mengiyakan dan mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan ruangan. Ia tak habis fikir dengan Adiknya yang satu itu, dimana dia saat Istrinya berada dalam keadaan mengenaskan seperti semalam?
Seingatnya,keduanya izin keluar untuk mencari angin segar saat pidato Farhan dimulai. Dan ia hanya mengiyakan dan kembali fokus pada Farhan yang sedang berbicara di depan.
__________
Sekarang aisy sudah berpindah tempat dari ruang UGD ke ruangan VIP Asoka, keadaan Aisy sudah lebih mendingan hingga saat ini, Farel bersyukur akan hal itu.
Farel senantiasa menjaga Aisy yang sampai malam ini belum membuka matanya akibat pengaruh dari obat bius yang dokter suntikkan ketika ingin mengoperasinya.
Tidak ada yang mengetahui keberadaan Aisy,karna farel memang sengaja takutnya nanti jika keluarga Aisy datang dan tidak melihat Al,adiknya Al itu bisa dapat masalah dari keluarga istrinya.
Sebenci apapun farel kepada adiknya yang satu itu,ia akan tetap menjaga nama baik adiknya.
Ia juga sudah menghubungi Al sebelumnya. Toh, Al punya tanggung jawab besar atas keadaan Aisy saat ini. Dan tentu Al,harus mengetahui bagaimana keadaan Istrinya saat ini.
_______
Pagi hari pun tiba, Farel memang orangnya selalu menjalankan sholat lima waktu. Dan setelah melaksanakan sholat subuh tadi di mesjid rumah sakit. Kini farel kembali ke aktifitasnya untuk menjaga Aisy.
Soal makanan farel sudah memesannya dan ia akan makan di dalam ruangan inap Aisy. Tentu tak sudah baginya menyuruh orang, mengingat bagaimana besarnya jabatannya sebagai salah satu pengusaha mudah besar di dunis ini.
Ceklek
Suara pintu terbuka membuat farel yang tengah sibuk bermain hp menatap seseorang yang membuka pintu.
Orang itu adalah Al. Raut wajah pria itu tampak panik. Bajunya kusut dengan kantong mata hitam di bawah matanya. Farel bisa menebak,semalam sdiknys itu tengah begadang.
Al sudah mengetahui kalau anaknya yang tak lama lagi terlahir kedunia itu meninggal,membuat sesak di dada Al. Seorang ayah yah tak pernah melihat anaknya. Tapi Al sadar, ia tak bisa terus dalam keterpurukan. Karena masih ada Aisy yang harus ia beri semangat, karna pastinya wanita itu sedih jika mengetahui anak yang sudah lama mereka nanti,pergi begitu saja kemarin malam.
Al yang baru memasuki kamar rawat inap Aisy langsung duduk di samping brankar Aisy dimana terdapat kursi,tangannya menggenggam erat tangan indah milik aisy.
"Gue keluar dulu mau cari makan."ujar farel dan bergegas keluar dari kamar inap milik adik iparnya. Ia sengaja berbohong, karena ingin memberi waktu adiknya itu dengan adik iparnya.
Sepeninggalan farel,Al terus menatap aisy tanpa berkedip. Wajah cantik yang tentram dalam tidurnya itu,membuat sedikit bibir atas Al terangkat membentuk senyum tipis.
Ia berfikir Aisy pasti kecewa padanya karna lupa membawanya ke rumah sakit karena.... yasudah lah mungkin ini memang takdir.
Perlahan tangan aisy di genggam oleh Al bergerak, mata nya sedikit demi sedikit terbuka mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.
Al yang melihatnya pun bergegas keluar kamar untuk memanggil dokter, melupakan fungsi tombol yang ada di samping brankar istrinya itu.
Beberapa menit kemudian seorang dokter beserta suster di ikuti oleh Al berjalan memasuki ruangan tempat aisy di rawat
"Kondisi mba Najwa mengalami peningkatan,saya sarankan jangan terlalu membuat nya tertekan atau stres yang dapat mengakibatkan kondisi kesehatan badannya menurun."
"Iya dok."
"Kalau begitu saya pamit dulu."
______
Ceklek
Suara pintu terbuka menampakkan Farel yang tengah memegang sebuah minuman.
"Aisy kamu udah sadar,"kaget Farel ketika melihat Aisy menatapnya dan kemudian tersenyum.
"Iya kak, Aisy sudah sadar,"ujar aisy yang sedari tadi diam,bukan diam tapi mendiami sosok pria di sampingnya.
"Kak anak aisy dimana,"tanya aisy mencoba mengedarkan tatapannya keseluruh ruangan. Mengabaikan kehadiran Al disampaikan nya.
Farel mendekat ke brankar aisy "maaf Aisy,aku terlambat bawa kamu ke rumah sakit, dan dampaknya........anak kamu nggak bisa di tolong,"ujar farel sengaja memelankan suaranya di akhir kalimat.
Mata Aisy berkaca-kaca mendengarnya,kini anak yang ia tunggu-tunggu di ambil oleh sang maha kuasa. Bahkan ia belum pernah melihat anaknya itu.
"Anak kamu sudah di makamkan,di pemakaman keluarga Yoshidah,"sambung Farel ketika mengingat seorang bayi perempuan kecil yang tak berdaya ia adzankan dan kemudian ia kuburkan bersama dengan dokter dan suster yang ia perintahkan untuk mengikutinya.
Aisy tak bisa lagi membendung air matanya yang sudah jatuh membasahi pakaian pasiennya.
"Aku ibu Yang nggak becus ngejagain anak aku sendiri kak,aku nggak bisa ngeliat anak ku karna laki-laki ini....."tunjuk aisy menggebu-gebu kepada Al.
"KARNA KAMU ANAK AKU UDAH MENINGGAL!,KARNA KAMU AKU NGGAK SEMPAT NGELIAT ANAK AKU!,KARNA KAMU...HIKS..HIKS"aisy mengamuk dengan melempar selimut dan bantalnya.
"Al sebaiknya Lo keluar dulu sekalian panggilan dokter,"ujar Farel mencoba menenangkan Aisy.
Al pun menurut dan keluar dari kamar rawat Aisy dan bergegas memanggi dokter.
Air matanya seketika menetes. Rasa sedih dan bersalah menyelinap kedalam relun hatinya. Dia juga tertekan disini, ia juga sedih disini. Karena anak yang ia nanti-nanti sejak lama, harus di panggil oleh sang maha kuasa sebelum ia sempat melihat wujud nya.
___________