Setelah kunjungan Christabell, hati Adrianna menghangat. Wanita tua memberikan perspektif yang baru pada Adrianna hingga membuatnya merasa lebih tegar.
"Aku tahu kau baru saja mengalami hari yang buruk." Ujar Christabell, dia dibaringkan di ranjang di kamar tamu agar tidak terlalu lelah karena terlalu lama duduk di kursi roda. Sementara Adrianna duduk di sigle sofa dekat dengan ranjang tempat ibunya di baringkan. Tidak ada Aldric ataupun Richard karena kedua pria itu memilih untuk berada di luar kamar dan memberikan ruang bagi ibu dan anak untuk saling bicara.
"Yah." Angguk Adrianna, matanya masih begitu sembab setelah menangis berjam-jam.
"Kau tahu sayang, aku tidak ingin membandingkan kehilangan yang kita alami." Ucap Christabell lemah. "Semua kehilngan selalu tidak nyaman rasanya, dan itu sangat menyakitkan sebenarnya." Bibir Christabell menyunggingkan senyum dan membentuk kerutan di sudut-sudut bibirnya.