Saat Adrianna terbangun dia sudah duduk di kursi dengan keadaan terikat dan mulut yang diikat juga, hingga sulit baginya untuk berteriak meminta pertolongan. Sementara Javier duduk di depannya dengan tatapan yang sulit di deskripsikan. Mata Adrianna nanar menatap Javier, dan pria itu berdiri di hadapannya kemudian membuka tali pengikat mulut Adrianna. Tidak ada yang bisa dilakukan Adrianna karena Jav menodongkan revolver tepat di atas kepalanya. Adrianna gemetar dalam ketakutan dengan air mata yang berlinangan.
"Mengapa kau melakukan semua ini padaku?" Javier membuka suara.
Adrianna menelan ludah, tenggorokannya terlalu kering hingga sulit baginya untuk bicara. "Javier…" Bisik Adrianna dalam tangisnya.
"Kau tahu aku sangat mencintaimu bukan?" Jav merunduk dan dia menatap ke arah Adrianna, ibu jarinya mengusap jejak air mata di wajah gadis itu dan Adrianna membuang muka saat Jav melakukannya. Penolakan kecil itu membuat Javier marah.