"Aku memberikan hatiku bukan tanpa alasan, sebab bersama mu aku merasakan bagaimana rasanya di cintai dengan tulusnya."
Sasa POV
Pagi ini aku sibuk dengan membereskan pakaian di toko ku, sebenarnya semenjak kejadian bertahun-tahun lalu aku menyadari satu hal yang membuat ku bertekat keras.
Aku harus melanjutkan sekolah ku di sekolah paket dan berhasil lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan, aku memutuskan berkarir sendiri. Awalanya sulit tapi orangtua ku mendukung ku untuk menjalankan nya
Toko sederhana ini adalah bukti dari kerja keras ku selama ini, aku tidak pernah memikirkan nya lagi tapi terkadang aku bayangan nya terlintas di benak ku membuat ku memikirkan kabar nya di sana
"Sa." Panggil seseorang dari pintu kaca
"Ya, aku di sebelah kiri." Teriak ku
"Hehehe, lagi ngapain lu?" Tanya Ara
"Gua kira siapa njirr." Ketus ku dan kembali kepada pakaian lagi
"Udah sarapan belum?" Tanya nya
"Nanti deh, gua sibuk."
Aku masih saja membereskan pakaian dan menatanya dengan urutan warna. Aku lebih suka jika seperti ini terlihat sangat bagus
"Sa, kangen alan gak?" Pertanyaan Ara sukses membuat ku membeku di tempat
Tanpa menoleh kan kepala aku menjawab nya dengan nada yang sangat ketus. "Enggak!"
"Gua kangen banget gila, padahal kan dia bukan cowok gua." Dia mulai bercerita tentang rasa kangen nya yang sama sekali tidak aku tanggapi itu
Aku memilih untuk diam tanpa harus mengeluarkan suara tiba-tiba dia memeluk ku dari belakang sang mukanya menelisik ke leher ku
Aku dapat mendengar suaranya yang sedang terisak itu, ku kembalikan baju yang tadi aku pegang dan beralih memeluk nya, dia masih saja terisak-isak bahkan napasnya sangat berat sekarang
Hanya diam tanpa suara, aku tidak ingin mengeluarkan suara ku saat dia sedang terisak seperti ini
"Sa kenapa gak coba hubungin Alan si? Gua tau elu sayang dia kan?, Gua juga pernah sayang sama dia sa tapi gak sampe seberat ini." Ujarnya setelah reda tangisan nya
Aku menghembuskan nafas kasar dan mengucak air muka ku, rasanya kelu lidah ku kelu hanya untuk menyebutkan namanya saja. Aku sakit sangat sakit jika harus mengingat hari itu lagi
flashback on
Hari ini rasanya sejuk, sangat sejuk. Aku berjanji untuk bertemu dengan Alan di tempat biasa kami bertemu
Seseorang yang tidak ku kenal mendekat ke arah ku saat aku ingin melangkah kan kaki ke tempat dimana alan sedang duduk
"Kamu Sasa?" Tanya nya sinis padaku
"Iya saya sendiri Tante." Jawab ku sopan dengan senyuman
"Jauhi anak saya!" Ketus nya
"Memang anak Tante siapa ya?"
"Alan, jauhi dia, dia tidak pantas bersama mu. bersama mu saat ini tidak akan menjadikan anak saya siapa-siapa nantinya." Ujar nya
"Tapi saya___" ucapan ku terhenti ketika dia berbicara lagi
"Saya akan melihat dari sini, jauhi anak saya. Saya tidak ingin anak saya tidak punya masadepan seperti mu."
Aku berjalan kearah Alan dengan senyum paksa bahkan bisa di bilang sangat terpaksa
"Hai sa." Ucap nya sambil tersenyum kearah ku
"Hai, pada intinya aja ya." Ucap ku yang sebenarnya tidak menginginkan ini, tapi yang ibunya katakan itu benar
"Apa?"
"Stop, gua gak mau lu suka sama gua lagi, stop gua juga akan berhenti sambai di sini. Gua gak mau nyakitin siapapun, gua tau disini gua yang salah, gua harap lu biasa paham sama keputusan gua ini. Gua bakal jauhin lu dan gua janji gak akan ngusih hidup lu lagi." Ucap ku sambil tersenyum paksa kearah nya
"Gua pergi dulu ya. Makasih atas semua nya." Aku tersenyum ke arahnya dengan senyum yang sangat sangat terpaksa
_maafin gua lan, emang gak seharunya gua sayang sama elu yang derajatnya lebih tinggi dari gua_ ucap ku dalam batin
Aku berjalan ke arah ibu nya yang melihat ku dengan tatapan tidak sukanya
"Sudah Tante." Ucap ku
"Bagus." Dia pun ingin melangkah pergi tapi sepertinya tertahan dengan ucapan ku
"Terimakasih, sudah memisahkan kami. Saya sayang anak Tante dengan tulus bahkan untuk menyakit hati nya lagi pun saya tidak sanggup, setelah berfikir sangat keras saya menerima ajakan anak Tante untuk pacaran. Dia meluluhkan hati sekeras batu seperti saya. Saya yang tidak percaya cinta lagi dia patahkan dengan adanya dirinya yang selalu menyerukan kata cinta dengan tulus dengan pembuktian kecil nya. Saya sadar dan sangat sadar bahwa kami berbeda bagaikan lagit dan bumi." Ujar ku sebelum menghela nafas panjang
Aku tersenyum miris kearah nya. "Terimakasih sudah memisahkan kami dengan egoisme mu. Dan terimakasih sudah membuat ku sadar bahwa mencintai nya sama dengan membuat luka lama ku semakin melebar."
Flashback off
Aku pergi dari hadapan nya saat itu, bahkan jika di ingat kata-kata nya sangat menohok bahkan sangat amat menyakitkan di hati
"Sa, hubungin Alan yuk?" Ara menggerakkan lengan ku dan membuat ku tersadar lagi
"Gak." Ketus ku
"Ck, ayok gua juga kangen sama penga nih." Dia masih saja bersikap manja di hadapan ku
"Gak." Perkataan ku itu mutlak tidak ada bantahan bahkan sekarang dia pun terdiam dan memasang muka cemberut nya
Pintu kaca terbuka menandakan ada pembeli di sana
"Silakan, boleh liat-liat dulu." Ujar ku yang baru saja beranjak dari tempat kami berdiri tadi
"Sayang pilih saja nanti mama yang bayar." Seru seseorang perperawakan tidak muda lagi
"Boleh liat du__" ucapan ku terhenti ketika melihat wajah itu lagi, wajah yang membuat luka di hati anak nya sendiri, dia ibu nya Alan bersama gadis manis bahkan sangat cantik.
Gadis itu tersenyum hangat ke arah ku dan aku membalasnya dengan senyuman tipis, aku menatap manik mata ibu nya yang memandang ku tidak percaya. Namun atensi ku teralihkan saat Ara berucap, "Sa, jangan lupa makan lagi ya nanti lu bisa sakit, dan ingatkan gua buat hubungin Alan sama penga nanti oke? Gua berangkat kerja dulu, kalo butuh bantuan telepon aja."
"Gua gak bakal ingetin itu." Ketus ku
Kini atensi ku berubah kearah ibunya Alan lagi dan tersenyum paksa melihat nya dengan muka yang tidak bisa di artikan itu
"Tolong ya, saya tidak mau di layani dengan anda." Ketus nya
"Ahh, jika tidak mau Tante boleh pergi." Ujar ku dengan smirik
"Kamu berani mengusir pelanggan? Mau di pecat dengan bos mu?" Jawab nya sinis
"Untuk apa takut, pelanggan bukan cuma anda saja, lagi pula mana ada yang berani memecat saya. Tante memang suka melucu sejak dulu ya." Serakas ku
"Mama kenal sama dia?" Tanya gadis itu
"Ck, dia cuma masalalu Abang mu saja." Ujar nya sambil melihat ku dari atas sampai bawah
"Ohh, kakak Sasa?" Tanya nya
"Ya saya." Jawab ku datar
"Aku Kinanti Adek nya bang Alan, salam kenal kak." Ujar nya mengulurkan tangan nya untuk bersalaman dengan ku
"Salam kenal." Ujar ku datar
"Kakak emang gak suka berekspresi ya?" Tanya nya
"Iya." Jawab ku seadanya
"Udah, pergi jauh-jauh dari anak saya, jangan pernah bermimpi untuk kembali ke Alan." Ketus ibu nya Alan
"Saya memang tidak pernah bermimpi untuk kembali ke anak anda lagi Tante." Jawab ku dengan smirik
Tiba-tiba pintu kaca terbuka menandakan ada yang masuk dari sana. "Kak maaf aku telat tadi macet banget."
"Gapapa Lia, tolong layani pembeli ya, saya sibuk." Ujar ku dingin
"B.ba.baik kak."
Aku pergi dari sana dengan menatap ibunya sinis bahkan tatapan tidak suka ku tunjukan pada nya dengan terang-terangan
"Silahkan ibu mau lihat yang mana dulu." Ujar lia sopan, aku mendengar nya karena sibuk si sebelah kiri dengan merapihkan pakaian kembali
"Panggil bos mu, saya ingin memecat dia yang tidak sopan dengan saya." Ujarnya
"Akhh, tapi dia bos saya, dia memang begitu bahkan dia sangat dingin dia__"
"Lanjutkan pekerjaan mu bukan menjelekan bos mu." Ketus ku
"Tapi dia juga sangat baik kok." Ujar lia kembali
Aku pun beranjak dari saja melihat muka ibunya yang tidak percaya bahkan sangat tidak percaya. Aku tersenyum kecil melihat nya dan kembali ke tempat ku bergelut dengan angka-angka lagi.
"Sejujurnya merindukan mu memang berat tapi aku tidak akan merelakan mu pergi lagi setalah kau kembali." Monolog ku pada diriku sendiri