"Kamu maunya kita itu apa?"
"Lebih dari dulu."
"Tapi masih harus butuh waktu, nggak semudah itu."
"Aku tahu."
"Kamu masih mau menunggu?"
Ah, pertanyaan tentang menunggu itu membuat Nameera merasa jengah dan terpaksa harus meluruskan kembali bahunya. Sebenarnya pula, tidak masalah jika ia harus menunggu Khalif sampai 1001 tahun lamanya. Yang terpenting, semua itu butuh kejelasan. Nameera hanya takut, bagaimana jika ia benra-benar sudah menunggu lama tetapi Khalif tak kunjung membuka hati dan masih stuck di Nata?
Nameera selalu mempertimbangkan serta memikirkan kemungkinan terburuk. Sedang Khalif hanya dapat menutup rapat bibir saat Nameera tidak menjawab hal itu. Ia jelas tahu, bahkan Khalif sangat paham dengan sebersit rasa takut yang hinggap di hati gadis itu. Tetapi sekali lagi, ia juga tidak bisa memberikan sebuah janji-janji manis seperti lelaki kebanyakan.
