Pagi-pagi sekali, Sehun sudah datang ke rumah sakit. Pukul 4 subuh lebih tepatnya, dengan alasan berjaga dan gantian dengan sang ibu yang menurutnya sudah tau renta. Padahal kenyataannya ia hanya ingin bersama Nata sebelum pada akhirnya nanti banyak manusia yang menjenguk wanita itu.
Saat ini Sehun masih berusaha memandang istri kecilnya lekat, bahkan di saat adzan subuh sudah berkumandang dari masjid rumah sakit. Nata masih asik terlelap di dalam tidurnya. Mengelus pucuk kepala pelan, bahkan Sehun memberikan kecupan singkat di kening guna menghalau rasa rindu. Menangis dalam diam mungkin Sehun lakukan sejak tadi.
Menyesali perbuatannya. Mungkin bagi orang lain, kelakuan yang sedang ia lakukan ini tidak seberapa. Tetapi bagi Nata, ia tahu pasti wanita itu terluka. Genggaman tangan itu semakin menguat ketika Sehun berpikir ia akan kehilangan Nata. Ah, siapa suruh berprasangka buruk terhadap istri duluan.