Seorang cowok dengan pakaian rapi berdiri di depan gue. Sayangnya, akhlaknya tidak seelegant jas yang dia pakai.
Aron tersenyum sengah ke gue.
"Bagus ya. Atasannya belum makan. Kamu sudah enak enak makan. Siapa yang suruh, heh?" ucapnya dengan senyum sengah seperti biasa.
Gue menatap sepiring mie goreng di tangan. Lalu beralih ke Aron.
Lah, kok kok kok.
Kan emang udah jam istirahat, Pak!
Pengen banget rasanya gue ngomong kayak gini ke Si Aron. Sayangnya, nyali gue hanya sebatas imajinasi dan halu. Bisa bisa gue dipecat beneran kali ya?
Pada kenyataannya, sekarang gue menarik kedua sudut bibir gue. Membentuk suatu senyuman yang sungguh indah. Walaupun sebenarnya, dalam hati sudah banyak sumpah serapah yang gue tujukan ke cowok ngeselin itu.
Tapi tatapan gue, berbanding terbalik dengan senyum gue. Gue menyorot Aron dengan penuh kebencian. Rasanya pengen gue tonjok tuh congor. Sepertinya gue sudah mencapai batas kesabaran akhir.