Chereads / The Secret of Bad Boy / Chapter 13 - JEMPUT CHELSEE

Chapter 13 - JEMPUT CHELSEE

Udah 10 menit gue dan Pete sama sama diem di mobil. Dia fokus nyetir mobil, sedangkan gue krasak krusuk mainin kuku, gabut.

Gue nengok ke arah Pete, "Hey," panggil gue.

"Ape?"

"Lo ngajak gue ke kafe mahal kek gitu? Udah gitu pake bajunya rapi banget lagi."

Akhirnya pertanyaan yang sedari tadi terus mengganggu jasmani dan pikiran gue dapat di keluarkan juga.

"Mangnya napa?"

Ck! Malah balik nanya.

"Ya aneh aja."

"Gua tadinya mau reuni ma temen SMP. Tapi ga jadi, udah ga mood," jawab dia tanpa sedikit pun ngeliat gue.

Ya iyalah fokus nyetir, ntar kalau nabrak orang kan gawat.

Gue ngeliat dia dengan bingung, "Jadi lo belom ketemu sama temen temen lo?"

"Iya."

"LAH!?" Aduh, dasar mulut toa. Saking kagetnya gue ga sadar teriak kayak gitu.

"Tes satu dua tiga."

Sekali lagi gue natap Pete bingung.

"Ngapa lo?"

"Nge tes kuping masih berfungsi apa engga," ucap dia justru bikin gue tambah malu.

"Ngeselin lo! Sodaranya jengkol!"

Diam. Gada jawaban.

Wih! Tumben sangat kejadian kaya gini. Biasanya dia pasti bikin gue naik tensi. Tapi kali ini engga.

"Lo habis ini mau kemana?"

"Lu ga usah tau. Anak baik baik ga usah tau."

Asikk, gue dibilang anak baik baik donk.

Tapi Pete ngomong kaya gitu malah bikin gue tambah penasaran.

"Ih serius!"

"Ke rumah Franco."

"Boong!" jawab gue cepat.

"Beneran."

"Tapi ga cuman ke situ kan? Pasti lo ke tempat lain juga!" tuduh gue tanpa dasar yang jelas.

"Iya."

"Ya terus kemana?"

"Kepo!"

"Kemana?"

"Lu ga perlu tau."

"Kemana?" desak gue.

"Ga penting buat lu tau."

"Kemana?" nada gue mulai tinggi.

"Auah! Susah nogomong sama cabe!"

"AHAHAHAHHAHAHA!" Dasar receh nya gue.

Tanpa gue sadari, ternyata kita udah sampe di rumah dia.

Mulut gue otomatis menganga lebar. Dan untungnya.. Untung banget nih.. Untung gada lalat atau nyamuk atau kupu kupu atau sejenis nya yang masuk ke mulut gue saking mangapnya gue mangap.

Bukan karena rumah Si Pete yang gedenya bak istana. Tapi karena pager di depan rumah Pete yang gedenya luar binasa. Eh typo, biasa maksudnya.

Gue yakin seribu persen kalau rumah Pete pasti gede. Jelas banget rumahnya ada di perumahan elit. Dan rumah Pete ini salah satu rumah besar di perumahan ini juga.

Takjub gue. Rumah segede dan senyaman ini masih mau kabur? Apa jangan jangan rumah Franco jauh lebih gede dari ini?

Seketika gue merasa miskin.

Eh, emang miskin ya. Mwehehe..

"Lu tunggu sini ya. Gua jemput Chelsee dulu," kata dia lalu ninggalin gue sendiri di mobil.

Lima menitan akhirnya Si Pete balik lagi, tentunya sama Chelsee. Tangan kanan Chelsee digandeng sama Pete. Sedangkan bahu kanan Pete ada tas yang gue yakin isi baju bajunya Chelsee.

"Kak Cilly!" panggil Chelsee riang. Lalu tanpa aba aba langsung nyosor duduk atas paha gue.

Sabar ya paha.. Chelsee ga berat berat amat kok, masih beratan diri gue.

"Hai juga Chelsee."

Gue biarin Chelsee duduk tenang diatas paha gue.

"Nih, buat kamu." Pete nyodorin kotak berisi donat.

Buat gue?

Bukan lah! Jelas banget buat Chelsee.

"Buat gue mana?" tanya gue iseng.

"Lu siapa?"

Jleb!

Gue natap Pete tanpa ekspresi sama sekali. Kalo kata temen temen sih, ini namanya tatapan setan.

Kok setan?

Liat aja noh film film horor, setannya kalo natap orang pasti kan diem gitu, gada ekspresinya sama sekali. Dan yang paling gue herankan, padahal setannya diem lho, ga ngapa ngapain, tapi ada aja tuh orang yang suka teriak teriak kalo setannya muncul.

Gue bisa jamin seratus persen kuping setannya pasti udah budek jalur prestasi.

"Ahahaha lu gitu ga serem, malah lucu. Itu tuh, ada dua donatnya. Nanti makan aja sebelum tidur," kata Pete, lalu ngejalanin mobilnya.

"Wes, makasih Peterr..."

# # #

"Sampai."

"YEAY! SAMPAII!" Chelsee tiba tiba teriak bikin gendang teling gue mau pecah.

"Dedek mu kecil kecil cabe rawit ya Pet!" kata gue sambil megangin kuping.

"Hah? Cabe? Lu kali cabe ahahahhahahahha!"

Gue memutar bola mata malas. Untung aja Chelsee ga denger.

"Chelsee, kamu baik baik ya sama Kak Cilly. Nanti kalau ada apa apa, bilang aja ke Kak Cilly oke?" pesan Pete ke adek satu satunya.

"Tapi besok kita jadi jalan jalan kan?"

"Jadi Chelsee.. Oke? Janji dulu sini sama aku kalau kamu ga bakal bandel." Pete ngulurin jari kelingkingnya dan disambut sama jari Chelsee, "Janji!"

"Kalau kamu mau pipis nanti malem, jambak rambut Kak Cilly aja, pasti bangun kok dia."

Gue membelalak sempurna. Apa apaan itu?

"Ahahahaha, canda. Yang sopan ya sama Cillya."

Candaan macam apa itu? Sodaranya jengkol itu waras kah? Secara lawan bicaranya itu anak kecil 8 tahun. Omongan dia kan bakal langsung masuk ke otak.

Mereka berdua tos an, lalu Peter lambain tangan, "Dadah!"

Sedangkan gue cuman melihat takjub pemandangan di depan gue. Padahal baru aja sekitar 30 menit yang lalu Si Pete sedih dan emosi. Giliran ketemu sama Chelsee dia bisa langsung berubah.

Pasti Si Pete jago kalau akting di drama. Hidupnya aja udah sedrama itu. Ups. Dasar mukut jahanam!

"Cill. Besok gua sama Chelsee mau jalan jalan, lu mau ikut ga?"

"Kemana?" tanya gue antusias.

"Ga tau, wahana bermain gitu mungkin?"

"Oke. Ikut! Jam berapa?"

"Jam 10 gua jemput."

"Okeh!"

"Sip."

# # #

Tok tok tok!

"Bang Cello, tolong buka pintunya!"

Krek.

Pintu kebuka. Bang Cello natap Chelsee dari atas sampe bawah, lalu natap gue dengan aneh.

"Anak siapa lu bawa?"

"Adek temen, dia nginap sini," jawab gue jujur.

Sedangkan Chelsee cuman pasang senyum merekah kearah Bang Cello. Heran aku sama Chelsee, anak umur 8 tahun aja kayanya udah terbiasa banget ketemu orang ga dikenal. Padahal biasanya anak sekecil itu pasti takut.

Bang Cello malah natap gue curiga.

"Nyulik ya lu!" tuduh dia, "Heran, kurang kasih sayang apa sih lu Cill. Gua jadi ngerasa salah didik lu. Kaget sumpah gua lihat lu baru SMA udah jadi mbak pedo," kata Bang Cello sok dramatis.

"Paan sih bang!" kesel gue, "Awas ah, Cillya mau masuk. Jangan bilang bilang mama ya bang, nanti Cillya bilang sendiri ke mama."