Chereads / The Secret of Bad Boy / Chapter 34 - BANTUAN JEAN

Chapter 34 - BANTUAN JEAN

"Butuh bantuan?"

Gue menatap Jean dengan penuh tanda tanya. Pasti ada sesuatu nih.

"Apaan?" jawab gue ga mood.

'Dasar gue, baru digituin aja udah engga mood.'

Jean nyengir ke gue."Tadi gue denger. Hehe, sorry ga sengaja."

Gue mengangguk singkat tanda mengerti. Jelas, sih, gue juga udah tebak.

"Yuk Cill. Mau, ga, nih?" tanya Jean penuh harap, "Mau, ya, ya, ya? Gue udah lama banget ga nyindir orang. Gatel, nih, mulut."

Gue cuman terkekeh kecil. Jean emang hobi banget nyindir orang. Dan jangan salah, mulut Jean itu super pedas kalau udah menyangkut sindir menyindir. Intinya urusan nyindir orang, tuh, Jean jagonya!

Pasti dia bakal semangat banget, kaya sekarang. Jean melirik ke gue sambil tersenyum licik. "Sekarang, ya?"

"Oke," jawab gue singkat, ga mau repot.

Drama is started.

"Cill," panggil Jean sebagai awalan rencana sindir menyindirnya.

"Ya?"

"Kemaren DIA ga dateng ke acara lo?" Oke, sebut ini PROLOG.

"Engga, tuh, Jean," jawab gue masih santai.

"Loh, kenapa? Udah lo tanyain belom?" tanya Jean, memulai dramanya.

Gue tersenyum kecil. Sangat kecil, mungkin ga bakal ada yang tau kalau gue lagi senyum.

Lalu gue melanjutkan drama nya. Gue ngadep ke Jean dengan tatapan kesel. Kalau soal kesel ini, asli, ya, ga dibuat buat.

"Udah! Gue udah tanya dia. Tapi malah dikacangin!"

Jean membuka mulutnya. Menganga ga percaya. Gue akui, Jean emang jago akting. Akting kagetnya luar biasa mirip! Ya, walaupun kagetnya Jean saat ini, termasuk dalam kategori: kaget lebay.

"Lah serius?" kata Jean terdengar tak percaya. Lalu Jean tarik napas dalam dalam, "LO BENERAN DIKACANGIN SAMA DIA?" Jean bertepuk tangan. Jenis tepuk tangan yang menyindir.

"Ih gue ga percaya, sih, kalau lo beneran DI-KA-CANG-IN sama DIA," ulang Jean lagi sengaja dikerasin di bagian "dikacangin" dan "dia". Dia yang dimaksud di sini itu Pete, ya iyalah Pete, emang siapa lagi?

Gue udah nahan ketawa.

"Iya. Gue sendiri juga ga percaya kalau gue DI-KA-CANG-IN sama DIA." ulang gue meniru gaya bicara Jean.

Gue sesekali ngelirik ke Pete. Tapi dia cuek aja. Ga peduli dengan sindiran yang masuk ke telinganya.

Jean belum menyerah. Kalau kata sahabat gue itu "GAK BAKAL BERHENTI SEBELUM DI NOTICE!" Jean lalu kembali beraksi.

"Trus, trus. Lo tau ga kemaren DIA kemana sampai LUPA sama hari ULANGTAHUN NONA PRICILLYA YANG CANTIK INI?"

Gue mencoba untuk tetap dalam mode kesel. Agak sulit, sih, tapi tetep gue lakuin. Demi kelancaran drama ini.

"Kata dia bukan urusan gue," ucap gue, memberitahu apa yang udah diucapin Pete ke gue.

Jean tersenyum senang mendengar jawaban gue. Kayanya dia udah dapet jurus baru.

"OH-OH!" Jean mangut mangut.

Jean mundurin badannya sedikit, mencondongkan ke belakang. Biar suara dia lebih kedengeran jelas sama Pete. Terang terangan dia nunjukin kalau kami lagi ngenyindir.

"Jadi itu bukan urusan, lo? Sedangkan kalau CILLYA mau PERGI pasti selalu ditawarin buat DI-AN-TE-RIN sama dia. Jadi semua URUSAN CILLYA HARUS DIKETAHUI DIA... sedangkan urusan dia itu CILLYA GA BOLEH TAU. Begitu, ya?"

Asli, kali ini senjata tersavage! Ucapan Jean benar 100%

Masih belum puas. Jean melanjutkan aksinya.

"Eh, Cill! Dia yang lo maksud sama dia yang gue maksud itu sama, kan, orangnya?" Jean melirik sinis ke Pete, "SI KAPTEN BASKET SMA FOXIE YANG SENGAH ITU, KAN? COWOK BAD BOY TAPI JADI PARTNER OLIMPIADE KIMIA BARENG LO ITU, KAN?"

Gue ngeliat ke Pete. Tapi dia masih cuek, kaya tadi. Padahal temen temen yang lain sempet liat sebentar ke Jean karena suaranya yang emang pancing perhatian. Tapi tampaknya temen temen gue ga begitu peduli juga karena suasana kelas emang lagi berisik-berisiknya.

Dimulai dari anak cowok yang duduk pojok kelas sambil mabar, anak anak cewek yang gossip lambeturah, sampai anak anak Modern Dance yang latihan dadakan dengan diiringi gendang sama cowok cowok. Ya, gendang tradisional nan hemat dengan menggunakan meja sekolah yang penuh coretan.

Kalau boleh jujur, sebenernya gue juga malu pas Jean nyindir Pete terang terangan. Aneh memang. Yang disindir Pete, kok, yang malu gue. Tapi gapapa, toh, ga ada yang peduli juga.

"Lu pada lagi nyindir Peter, ya?" tanya Leo dengan polosnya. Akhirnya ada yang menanggapi.

Jean tersenyum penuh kemenangan dan kesombongan ke gue. Dia naik turunin alisnya; tuh, kan, dinotice juga.

Jean lalu berbalik badan. Menatap Leo.

"Peter? Peter siapa? Engga, tuh. Gue sama Cillya cuman lagi ngomongin ORANG yang ENGGA DATENG ke acara ULANG TAHUN Cillya," jawab Jean dengan tampang polos, tapi masih aja nyindir.

Dan begonya, Leo malah keliatan mikir. "Orang yang ga dateng? Si Peter dong?"

"Ga tau. Yang kemarin ga dateng ke acara ultah Cillya, sih, cuman satu orang."

"Ya, itu berarti Si Peter Dek Jean!" kesal Leo.

Lagian, udah tau masih nanya.

Jean mengedikkan bahunya. Tak mau tau. Leo lalu menepuk pundak Pete.

"Pet. Lu disindir, tuh, sama Jean," adu Leo yang bikin gue tambah pengen ketawa.

"Sip," jawab Pete santai tapi bisa kedengeran sampai telinga gue.

Leo lalu menghadap ke Jean.

"Katanya, sip, Jean."

"Hah? Sip? Sip Nabati, roti yang berlapis keju?"

Leo terkekeh denger jawaban Jean.

"Ga tau, tuh. Mending lu ke sini, dah. Biar lebih enak nyindirnya, ye ga?" pancing Leo bikin Jean lebih semangat lagi.

"Oke."

Jean langsung narik tangan gue. Lalu kita berdua tarik kursi, ikut nimbrung sama Pete dan kawan kawan. Lah –lah –lah kok,-

# # #