Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Classroom elit: School

tsabita_kayla
--
chs / week
--
NOT RATINGS
15.3k
Views
Synopsis
Sinopsis: ELEMENTARY GENOUD ELIT SCHOOL. Sekolah Elit pertama di Jakarta, sekolah dengan fasilitas yang ada. Sekolah ini hanya untuk SMA dan sederajatnya. Tidak banyak anak-anak yang masuk di sekolah ini. Saingan nilai yang sangat tinggi dan ketekunan yang luar biasa. Axelle adalah anak yang sangat pintar di bidang bisnis dia paham betul dengan bisnis. Selain itu dia juga dapat menguasai materi lainnya seperti materi matematika, ekonomi, mesin dan lain-lain. Axelle mempunyai teman yang sangat baik,walaupun mereka di atas Axelle mereka semua mempunyai keperibadian yang unik. Anak-anak di sekolah banyak yang mengenal Axelle dan teman-temannya dengan sangat baik, namun jangan salah di balik itu semua ada kambing hitam yang dapat memcahkan topeng diri sendiri. Anak-anak di sekolah ini memiliki perlindungan diri sendiri untuk melindungi dirinya. Apkah Axelle termasuk seperti itu? Atau dia hanya memanfaatkan teman-temannya saja untuk berlindung?
VIEW MORE

Chapter 1 - 10:46

Pagi hari aku bangun dengan semangat. Seperti anak sekolah pada umumnya mandi, pakai seragam, sarapan, dan berangkat sekolah. Sebelum itu aku ingin mengenalkan diriku.

Hai, namaku Axelle Jevan aku anak dari keluarga Jevan. Aku tinggal di Jakarta selatan kini aku masih duduk di bangku SMA, tahun ini tahun 2025 adalah era baru bagi Indonesia. Teknologi sudah banyak di pakai di Indonesia. Teknologi berbasis tinggi yang tentunya sangat unik. Aku sekolah di Elementary Genoud Elit School. Sekolah dengan kelas internasional High School yang terletak di tengah-tengah kota Jakarta. Saat ini kota Jakarta sangat maju dan makmur.

Aku murid kelas satu SMA di sana. Tidak banyak yang dapat di terima di sekolah itu, perhitungan sangat menjamur di mana-mana. Aku mendapatkan kelas 1A di bidang bisnis. Memang sulit untuk masuk sekolah bisnis apa lagi ini adalah sekolah internasional. Aku ini anak dengan kireteria pendiam, aku tidak popular justru dengan pakaian dasi di longgarkan dan kancing baju atas di lepas penampilanku seperti anak yang tidak niat masuk sekolah tapi nyatanya tidak.

Hari ini aku tiba di sekolah dengan seragam sekolah, rompi biru, dasi abu-abu dan celana putih. Aku mulai berjalan memasuki gedung sekolah. Sekolah ini dominan dengan anak-anak unggul semua, mereka dapat bersaing dengan baik di bidangnya masing-masing. Aku masuk kelas dan menaruh tasku di kursiku. Seseorang merangkulku dari belakang.

"Hai Axelle!"

Dia Harmoni Ivanka anak 1A di bidang bisnis. Dia anak yang sangat ceria dan terlebih lagi dia cantik.

"lagi apa? Mainlah sini sama yang lain"

Aku menoleh ke arah belakang dan ternyata teman-temanku sudah menunggu. Selain Harmoni ada Azura dan Altezza. Mereka semua mempunyai keperibadian yang sangat unik.

Azura Arkana anak kelas 1A ekonomi dia anak perempuan yang sangat pandai panjat sosial,dengan keahlian dia di bidang sosial media dirinya sangat di kenal satu sekolah bahkan di pandang sebagai anak kelas satu paling terhormat.

Altezza Edzard anak kelas 1A bidang bisnis. Sama seperti aku dia sangat suka di bidang bisnis. Tidak hanya itu Altezza adalah anak laki-laki yang sangat gemar dengan permainan olahraga, semua bidang olahraga dia kuasai dengan giat terlebih lagi dia anak kelas satu yang terpilih lomba nasional.

"Axelle kamu ini lambat sekali menarus tas saja"

"maaf hehe"

"ayo lah kekantin aku lapar"

"Ayo"

Kami semua berjalan kearah kantin dan banyak siswa kelas lain yang memperhatikan kami dengan sangat terbinar-binar. Aku menghelangkan nafasku. Kami berjalan kearah kantin dengan sangat santai, tidak lama kita sampai di kantin. Aku, Altezza,dan Azura duduk di bangku kantin sedangkan Harmony membelikan makannya.

"Axelle nanti ada praktek loh kimia"

"iyakah?"

"iya kamu ngga tahu?"

"Aku belum cek buku jadwal tadi pagi jadi tidak tahu"

"nanti kita Praktek di mana?"-Altezza

"di ruang kimialah masa iya di leb bahasa"

Perdebatan antara Altezza dan Azura sangat unik, mereka saling berbicara dan berdebat. Jujur saja aku tidak suka yang namanya perdebatan jadi kuputuskan diriku untuk duduk diam dan mengalihkan pandanganku dan berpangku tangan.

Harmoni datang dengan membawakan sekantung tas belanjaan.

"ini dia makanan sudah sampai! Pagi ini kita makan Roti lapis dulu biar ngga terlalu berat"

Altezza dan Azura berhenti berdebat mereka membantu Hermony membuka belanjaannya. Aku hanya terdiam dan menunggu Azura memberikan aku makanan. Azura memberikan aku makanan dan kami semua makan dengan tenang.

Jam pelajaran di mulai semua anak mulai berangkat ke rung kimia untuk praktek. Aku sudah menggunakan perlengkapan baju praktek dengan komplit. Azura sadang menuangkan beberapa cairan kedalam botol Harmony sedangkan aku dan Alzetta hanya mengukur panas dalam cairan. Aku memperhatikan pekerjaanku dengan telit namun pandanganku terarahkan oleh satu anak yang sangat serius di depanku. dia ketua kelas dari kelas kami, anak yang sangat pendiam dan dia tidak banyak bicara. Aku memperhatikan dia dengan jelas tanpa berkedip namun Alzetta memukul pundakku.

Aku menoleh kearahnya dan member kode seperti bertanya.

"fokus! itu cairannya berapa panasnya biar di catat langsung"

Aku langsung melihat suhu di dalam cairan itu dan menyebutkannaya.

"210 Fahrenheit"

"tunggu sampai 212"

"iya"

Aku memfokuskan pandanganku kearah pekerjaanku kembali. Beberapa jam kemudian pelajaran berganti dan kami semua kembali keruang kelas. Aku berjalan dengan santai. Altezza, Harmony, dan Azura jalan tepat di depanku. Aku berjalan sambil melihat beberapa anak di kelas tapi tidak lama dari itu ketua kelas memanggi aku.

"Axelle"

Aku menoleh kearah panggilan itu dengan cepat.

"bisa bicara sebentar?"

Ketua kelas itu berjalan mendahului aku mungkin tujuannhya adalah supaya aku mengikutinya jadi aku mengikuti dirinya. Dirinya berhenti di bawah tangga dan kami berdua berbicara di situ. Tapi sebelum itu aku ingin mengenalkan dirinya. Dia Reyta Chariz Azucena adalah ketua kelas dari kelas 1A. dia anak yang rajin dan dia sendiri memiliki keperibadian pendiam tidak banyak bicara adalah karakternya.

"tadi kenapa kamu menatapku dengan sangat serius?"

Aku memandangnya dengan wajah yang datar tanpa eksperesi sekalipun.

"aku hanya sekilas saja menatapmu kenapa?"

Reyta terlihat curiga kepadaku.

"kenapa kamu menatapku curiga apa pendanganku ke kamu terlihat aneh?"

"ngga"

Tanpa basa-basi dia mulai meninggalkan diriku sendirian. Akupun jelas sangat bengung mengapa dirinya memanggil diriku hanya untuk berbicara tidak jelas membuang waktuku saja bukan?.

Aku pergi dari tempat itu dan berjalan perlahan memasuki ruang kelas, di dalam kelas aku langsung duduk dan termenung memandang langit. Tidak lama dari itu bu guru datang ke dalam kelas.

"Selamat pagi"

"Pagi bu!" jawab anak-anak serentak.

Guru di kelas kami sangat mempunyai sifat yang licik dan pendiam bisa di bilang dia guru yang amat sulit di tebak perasaanya. Guru di kelas ini guru baru. Arrabella nama yang unik dan sangat misteri bukan?.

"hari ini ibu akan memberikan kalian tema untuk perlombaan kelas terbaik nanti yang akan di laksanakan di sekolah besok. Kelas terbaik akan di pilih dari poin hasil kerja keras antar kelas dan saling mempercayai satu sama lain. Ibu akan memberikan meterinya dan menjelaskan persyaratannya."

Semua anak di kelas tampak bingung dan terkejut bagaimana tidak karena itu secara tiba-tiba. Aku melihat semua kondisi kelas yang saat itu mereka semua benar-benar terkejut bahkan ada beberapa yang tidak peduli.

"baiklah ibu akan jelaskan apa itu penilaian kelas. Penilaian kelas adalah setiap kelas akan di nilai dari segi keterampilan dan kepandaian dalam berfikir hitungan perpoin, jika salah satu kelas dapat mencapai poin tertinggi maka kelas itu akan di juluki sebagai kelas teratas jika mereka mendapat poin terus menerus maka mereka akan di juluki sebagai petinggi dewan kelas 1"

Semua anak di kelas mendengarkan dengan jelas dan memperhatikan kata-kata bu guru.

"sekarang ibu akan menjelaskan peraturannya"

Bu Arrabella memberikan masukan pesan di tablet setiap anak di mejanya. Anak-anak langsung membuka pesan itu, aku juga membukannya dan mulai membacanya.

"peraturan pertama: Tidak boleh menggunakan poin kelas untuk membeli informasi dari guru tanpa alasan.

Peraturan kedua: kejujuran akan di nilai sebagai poin tambahan.

Peraturan ketiga: harus menetapkan ketua dengan jelas dan tidak di bolehkan untuk mengganti tanpa alasan.

Peraturan keempat: pola berfikir akan di nilai sebagai poin tambahan. Sampai sini semuanya harus paham, jika kelas ini mendapatkan poin rendah makan kelas ini bukan lagi kelas A tapi kelas D."

Semua anak terkejut mendengarnya bahkan beberapa ada yang tidak terima itu.

"masa iya begitu?"-harmony

"peringkat kelas bisa saja turun dan naik dengan jelas kecuali kalian sudah termasuk sebagai petinggi dewan kelas 1"

Semua anak di kelas mulai ribut membahas masalah penilaian kelas. Aku hanya terdiam dan memandang langit dengan murung.

"jadi bagaimana ini?"-murid

"siapa ketua yang akan di pilih?"-murid

Bu arrabella tersenyum licik kepada satu kelas.

"ibu akan menyerahkan ini kepada ketua kelas sisanya kalian semua yang bertanggung jawab, satu kena maslaah semuanya akan menanggung akibatnya."

Bu Arrabella langsung meninggalkan ruang kelas dengan cepat.

Aku memandang langit dengan tatapan murung dan pikiran yang sangat tenang.

"baiklah semuanya dengarkan! Sebagai ketua kelas disini apa salah satu diantara kalian ada yang ingin jadi ketua atau malah saya saja?"

"kayanya ketua aja deh soalnya ketua lebih agresif dan paham soal ini"-Calandera

"kalau saya yang akan jadi ketua apa kalian semua setuju?"

Semua anak mengatakan setuju secara kompak.

"kalau begitu saya membutuhkan sekertaris yang selalu ada, apa dari kalian ada yang mau jadi sekertaris saya?"

Semua kelas terdiam dan hening namun Azura memecahkan keheningan itu.

"kayanya Axelle cocok deh jadi sekertaris anda soalnya sifat Axelle dan kamu sangat cocok sama-sama berdarah dingin"

Aku melirik Azura yang sedang menyeleneh itu dan semua kelas langsung mengucapkan setuju. Aku terkejut mendegar teriakan satu kelas itu.

"apakah kamu mau Axelle?"

Tawaran Reyta kepadaku seperti tawaran pekerjaan saja.

"iya sudah"

Aku mengucapkan itu dengan pandanganku kearah langit di luar sana. Reyta tidak membalas perkataanku dia langsung duduk di kursi tempat duduknya.

*******

Jam pelajaran sudah berakhir dengan cepat dan tiba saatnya waktu istirahat. Aku berjalan kearah pintu keluar kelas tujuanku kali ini adalah membeli sebuah makanan ringan untuk di makan di atap sekolah. Langkah kakiku terhenti setelah Reyta menarik tanganku kearah luar.

Dia menarik tanganku dengan cepat.

"kenapa?"

"aku butuh kamu, ikut aku"

Reyta berjalan dahulu sedangkan aku berjalan di belakangnya. Aku mengikutinya dengan pelan. Dia berjalan mengarah perpustkaan dan menaruh beberapa buku di meja yang dia bawa.

"ini ada beberapa pengalaman dan beberapa penjelasan tentang penilaian kelas aku ingin kamu baca dan mencatat poin pentingnya"

Aku mendengar itu tapi aku menolaknya langsung.

"ngga, aku ngga mau"

Reyta terlihat kesal kepadaku karena aku tidak mau menuruti permintaan dia.

"kamu sekertarisku maka itu adalah tugasmu!"

Aku terdiam tidak berbicara aku mulai meolaknya kembali.

"ngga, aku ngga mau menulis atau apapun itu tentang semua yang ada di buku ini karena dangan pengalaman sendiri bukannya lebih baik? kita ini anak kelas A Elit dan unggul"

Reyta mulai terlihat kesal kepadaku dia ingin memukulku tanganya sudah mengepal hebat. Aku terdiam dan melirik kearah luar jendela sekejap. Reyta mengayunkan tangannya untuk memukulku tapi aku mendorong tubuhnya kearah sela dinding perpustakaan.

Sebuah bola kasti melayang yang ingin memecahkan kaca tapi untungnya kaca tersebut kaca yang amat kuat dan tidak mudah retak atau pecah.

Kini posisi aku dan Reyta layaknya orang berkencan. Aku seperti ingin mencium kening Reyta. Pandangan Reyta persisi tepat di hadapan dasiku.

Reyta mendorong tubuhku dan berdiri tegak menatapku dengantatapan kesal. Aku hanya terdiam dan tidak bereksperesi.

"sekarang apa yang harus kita lakukan?"

Reyta menanyakan itu sambil membetulkan rompinya.

"kita pantau semua kelas siapa tahu dapat informasi yang bagus"

Reyta menatapku kembali dengan tatapan yang datar dia mulai berjalan meninggalkanaku. Aku menghelangkan nafas tapi saat itu juga Reyta menegurku.

"ngapain diam saja! Ikut aku"

Aku menoleh ke arahnya dan mengikutinya kembali. Kali ini aku berjalan bersampingan dengannya.

Kami berdua menuju kelas 1D dan kami mulai berbicaradengan ketua kelas di sana. Anak kelas 1D terlihat sangat ramah terlebih lagi ketua kelasnya. Yag sangat bertangung jawab.

"Hai! Reyta ya? Ketua kelas 1A ya? Salam kenal aku Vanesa dan ini sekertaris aku Gilbert"

"oh iya salam kenal"

Vanesa Anjelia adalah keta kelas 1D yang sangat cantik. Dia pintar di bidang matematika dan informasi. Anak dengan skil yang sangat luar biasa.

Gilbert Revan Daylon sekertaris kelas 1D. dia anak bahasa di kelasnya. Suka menghafalkan berbagai macam kata-kata. Anak yang sangat di bangkan oleh guru bahasa Indonesia.

"kalian sedang mencari apa?"

"kami ingin tahu apakah kalian akan menggunakan poin nantinya saat penilaina kelas?"

"sepertinya tidak karena itu sudah menjadi aturan bukan?"

"hum…benar juga, anak di kelas 1D yang mempunyai poin terbanyak siapa?"

"sepertinya Gilbert kaena dia yang paling unggul di kelas kami"

"yasudah aku hanya ingin menanyakan itu"

Reyta menarik tanganku seperti memberikan sebuah kode. Aku melirik Reyta dan aku memberikan ucapan terima kasih dan salam.

"terima kasih ya, kami hanya butuh menanykan info poin saja"

Aku menunduk seperti memberikan hormat kepada mereka.

"eeh…tidak usah seperti itu, tidak apa kalau kalian hanya sekedar menanyakan sesuatu"

Aku berdiri kembali dan mengaggukan kepala lalau aku dan Reyta pergi meninggalkan kelas D. berikutnya kami berdua pergi ke kelas C untuk sekedar menanyakan hal yang sama. Kami memanggil ketua kelas dan sekertari kelas.

"yo! Ada perlu apa?"

"saya Reyta ketua kelas 1A ingin menanyakan, apakah kalian akan menggunakan poin kelas saat penilaian kelas?"

"entahlah mungkin tidak mungkin iya"

Dia yang menjawab pertanyaan Reyta adalah Aydin Ardias. Ketua kelas 1C yang sangat di kelas dengan kekerasannya. Anak ini sangat mencintai kekerasan di sekolah terlebih lagi kepada hukuman.

"dimana sekertaris kelas 1C?"

"ohh…Koichi dia sedang mengikuti praktek mesin di leb sana bersama kakak Osis"

Ya, benar Koichi Akio adalah sekertaris 1C yang sangat pandai di bidang mesin. Dia sangat paham dengan mesin dan dia sendiri pernah menciptakan robot dnegan kualitas teknologi di era 2025 ini.

"terima kasih kami hanya ingin menanyakan soal poin saja"

"oke sama-sama"

Aku menundukan kepalaku sedikit dan merilik Aydin hanya sekilas. Selanjutnya adalah kelas 1B. kami berdua pergi kekelas itu dan berjalan santai. Sesampainya di sanakami mulai berbicara dnegan ketua kelas di sana dan sekertarisnya.

"Reyta ya? Anak 1A? kenapa kesini?"

"iya,aku ingin menanyakan apakah kamu akan menggunakan poin kelas untuk penilaian kelas nanti?"

"memangnya kenapa?"

"aku hanya ingin bertanya soal itu"

Anak ini sangat teliti dan berhati-hati. Grady Haden adalah ketua kelas 1B. dia sangat ahli dalam meainkan dramanya terlebih lagi dia anak yang snagat berhati-heti dalam tindakannya. Karakter yang sangat unik bukan?.

"sepertinya tidak, bukanya itu sudah jelas di larang?"

"iya saya tahu tapi mungkin saja kalian akan melanggarnya"

"mana mungkin juga kami akan melanggar itu"

"di kelas kalian siapa yang mempunya poin tertinggi?"

"Gladwin"

Nama itu sangat unik bukan? Gladwin Galen adalah sekertaris kelas 1B dia adalah anak hukum yang sangat teladan. Mematuhi semua peraturan adalah kunci utama di hidupnya.

"terima kasih aku hanya ingin menyakan poin saja tidak lebih"

"baiklah"

Aku dan Reyta meninggalkan kelas 1B. selepas itu aku balik kekelas dan mulai duduk di kursiku dan memandang langit dengan termenung.

Reyta menghampiriku kembali.

"sepertinya kita harus membicarakan ini"

Aku mengubah posisi dudukku dan mulai memperhatikan Reyta.

"masing-masing kelas kita tahu siapa saja yang mendapatkan poin terbanyak, kelas 1B Gladwin, kelas 1C belum di ketahui,dan kelas 1D Gilbert. Mereka semua adalah anak-anak ungguldi kelasnya sedangkan dikelas kita yang mendapatkan poin tertinggi hanya kamu"

Aku tetap terdiam tidak berbicara dan sesekali aku hanya mengaggukan kepalaku.

"apakah kita bisa membelikan informasi dari guru?"

Aku terdiam dan mulai angkat bicara.

"bisa"

Reyta terkejut dan berfikir.

"bagaimana bisa sedangkan itu di larang sama sekali"

Aku berdiri dari dudukku dan muali mengajak Reyta kepada bu Arrabella.

"iku aku"

Reyta mengikuti aku dia benar-benar ingin tahu bagaimana caranya. Aku dan Reyta menemuin bu Arrabella di sebuah taman belakang sekolah dia sedang menghirup sebatang rokok. Sangat naïf bukan padahal dia wanita. Aku menghampirinya dan mulai berbicara.

"ada apa?"

"kami ingin membeli informasi"

Bu Arrabella terkejut dan tersenyum licik. Dia menoleh kearah kita berdua.

"beli informasi dengan apa?"

"poin, poin kami bukan poin kelas."

"ehh….huhh….apa kamu tidak paham dengan peraturan yang sudah saya jelaskan sebelumnya?"

"saya paham."

Bu Arrabella terkejut mendengar itu dia menghirup sebatang rokok itu dan menghembuskan asapnya. Dia menatap kami dengan sarang serius.

"poin kelas 1A mendapat poin 225 sedangkan poin tertinggi di kelas adalah poin saya 600 poin jika menggunakan poin kelas makan akan beresiko untuk tertangkap basa jika dengan poin pribadi tidak akan tertangkap oleh siapapun"

Bu Arrabella terkeut mendengar itu dia tersenyum licik di hadapanku.

"kamu paham juga ya Axelle, apa yang akan kamu beli dari saya?"

"informasi mengenai orangperorang"

"orang perorang? Berapa poin kamu akan memebeli informasi itu kepada saya? 550 poin apa itu cukup?"

Reyta sontak terkejut dia menoleh kearah aku dan Bu Arrabella pun sama reaksinya dnegan Reyta.

"oke, kirimkan sekarang juga poin itu"

Aku mengirimkannya lewat ponsel sekolahku dan dengan santainya aku melakukan itu.

"kamu gila ya! Poin itu harga diri kamu!"

"poin ini tidak ada apa-apanya yang terpenting poin kelas jika poin kelas bocor maka harga diri tidak adapat menutupinya."

Bu Arrabella tersenyum licik mendengar itu.

"kamu pandai juga Axelle"

Aku menunjukkan ponselku tanda bukti bahwa poin sudah terkirim.

"okelah, untuk anak kelas 1A yang perlu kamu jaga adalah Levina dia adalah anak yang sangat di incar oleh Aydin Ardias. Levina anak yang pandai dalam berbaur di sosial media dia memposting berbagai foto dengan unik dan Aydin adalah salah orang yang mengakui kalau dia adalah fans beratnya jadi tolong jaga Levina tapi jangan lupa juga untuk jaga Reyta karena dia ketua. Untuk kelas 1B yang perlu kamu pantau adalah Grady dia anak yang sangat jenius dalam memainkan perannya. 1C sudah pastu Aydin dia anak yang sangat keras pandangan selalu tersorot kepadanya. 1D Gilbert kalian harus sangat berhati-hati dengan Gilbert dia anak yang pandai dengan kata-kata jangan terbawa emosi atau yang lainnya tetap tenang"

"itu saja?"

"iya, yang ibu tahu hanyalah sepintas itu tidak ada lagi yang lain"

Aku merasa sangat tenang tapi Reyta tidak aku rasa Reyta tidakpahamdengan ucapan Bu Arrabella tadi.

"baiklah hanya itu yang ingin saya tanyakan"

"oke, tapi jangan lupa untuk jujur karena itu akan menambahkan nilai kalian"

Aku meliriknya sekilah dan mengagukkan kepalaku. Aku menarik Reyta untuk segera meninggalkan Bu Arrabella dan kembali kekelas.

"anak yang sangat jenius"

********

Jam pulang sekolah berbunyi aku segera pulang kerumah kali ini aku ulang menggukan kendaraan yang di sediakan sekolah untuk anak-anak yang tingal jauh dari sekolah. Era sekarang kendaraan sudah semakin banyak terlebih lagi dengan fasilitas teknologi yang berkembang.

15 menit kemudian aku sampai di rumah. Aku tinggal sendiri sejak SMA ini aku menyewa salah satu gdung arpatemen yang lumayang berkelas. Aku tinggal sendirian di arpatemen ini. Orang tuaku mengijinkan aku untuk tinggal sendiri asalkan aku bisa hidup mandiri. Sampai di rumah aku masuk menarush sepetuku dnegan rapih dan masuk kekamar untuk berganti pakaian dan mandi. Selepas itu aku menyiapkan makan malam dan kembali kekamar duduk di meja belajar untuk fokus kembali belajar. Di era sekarang ini ilmu semakin di gunakan dengan sangat cepat dan waktu sudah tidak bisa di mainkan kembali. Aku mulai membuka buku pelajaran menyalakan komputer dan mulai belajar dengan tenang, tapi ada satu kebiasaanku yang tidak di ketahui orang banyak.

Kalau ada waktu luang atau jenuh saat belajar biaranya aku suka mencari tahu siapa saja teman-temanku entah dari sosial media ataupun yang lainnya. Bu Arrabella member tahuku tentang Levina teman sekelasku kalau dia suka foto dengan tempat yang sangat menyenangkan. Aku sudah mengetahui sebelum bu Arrabella member tahu aku tentang itu. Aku mencari beberapa orang lagi saat aku jenuh tapi saat aku tidak jenuh lagi aku mulai fokus kembali kepelajaranku.

Waktu sudah menunjukan pukul 21:00 yang artinya sudah malam. Aku mulai membereskan semua buku yang aku gunakan beljar tadi, aku menutup komputerku, aku membuang beberapa kertas yang berhamburan, dan aku juga membersihkan bekas makan malam yang tadi aku makan. Setelah itu semua selesai aku beranjaka ke tempat tidur dan mulai berdoa dan tertidur. Biasanya aku tidur sekitar jam 11 malam tapi kali ini tidak aku tidur lebih awal karena besok adalah hari pertempuran di sekolah yang sangat luar biasa.