Di suasana yang sedang berbeda itu, Pak Burhan meminta kami untuk memindahkan perlengkapan tidur ke kamar utama. Karena di kamar yang biasanya mereka tiduri jendelanya langsung terhubung dengan luar, mereka takut jika pocong itu mengetuk jendela malam-malam.
Sebenarnya itu terlalu berlebihan tapi mau bagaimana lagi, aku dan Mbak Santi tetap harus melakukannya. Pada saat kami sedang sibuk memindahkan bantal-bantal ke ruang utama, tiba-tiba dari luar terdengar seseorang yang mengetuk-ngetuk pintu gerbang.
Kami semua langsung diam tidak bergerak, seketika suasana menjadi diam dan sepi. Bu Sinta terbelalak melihat ke arah pintu, wajahnya menjadi tegang setelah itu ia beralih menatapku. Tapi kami masih terdiam, dan suara ketukan itu terdengar lagi.