Mbak Uma terlihat bahagia sekali ketika bisa merasakan pelukan ibunya, begitu juga tantenya ikut terharu melihat mereka. Aku terdiam menyaksikan semua itu, biarkan mereka larut dalam rasa harunya satu sama lain. Tangan kiriku masih menggenggam satu benda yang belum aku berikan kepada ibu, sejak tadi kalung ini masih ada di tanganku. Aku sendiri juga heran kenapa bisa begitu, tapi aku masih akan menunggu, jika suasana sudah tenang maka aku akan langsung memberikannya.
Lama sang Ibu memeluk Mbak Uma, sampai akhirnya beliau beralih memandangku. Senyumnya begitu lembut, wajahnya sekarang terpancar keceriaan.
"Siapa namamu Nak?" tanya ibu sambil memegang daguku.
"Nimas Bu" jawabku selalu tersenyum.
"Kau benar-benar mirip dengan anak ibu" ucapnya sambil terus memandangi wajahku.
Aku melihat bahwa ibu ini memang penuh kasih sayang kepada anak-anaknya, hal yang wajar jika Vero sangat sedih ketika dia pergi.