Chereads / Bukan Istri Tapi Estri / Chapter 12 - #012: Resepsi

Chapter 12 - #012: Resepsi

"Wah ... ini pengantin cowoknya juga udah dateng nih," kata salah seorang ibu-ibu yang berpapasan dengan Endra saat berada di pintu masuk rumah. Endra tahu ibu-ibu itu, rumahnya tidak jauh dari rumah Endra yang juga bekerja di perkebunan teh milik ibunya, tapi Endra lupa siapa namanya.

Endra akhirnya tersenyum sopan. "Tadi saya udah sempet liat istri kamu loh. Bener-bener cantik yah, persis seperti yang ibu kamu bilang. Kayak bidadari." Ibu-ibu itu tertawa riuh. Endra hanya membalasnya dengan tetap tersenyum-senyum sopan.

"Ya udah, tadi istri kamu kayaknya udah mulai dirias deh. Sana kamu ikutan nyusul," kata ibu-ibu itu lagi memperingatkan.

Endra kali ini mengangguk pamit. Dia sebenarnya cukup terkejut mendengar informasi tadi. Kenapa Sarah tidak memberitahunya sama sekali. Padahal Endra yakin, Sarah sudah tahu perihal resepsi di rumahnya ini.

Akhirnya, Endra cepat-cepat mencari keberadaan Sarah. Dia ingin mendapat sedikit klarifikasi dari perempuan itu. Terlebih, mendengar ucapan ibu-ibu tadi yang mengatakan Sarah sudah mulai dirias, itu artinya dirinya juga akan sama diriasnya untuk kemudian disejajarkan di pelaminan. Setidaknya, Endra wajib diberitahu soal itu kan?

"Mas Nda ..." panggil Tyas, adik perempuan Endra yang masih kelas dua SD.

Endra melihat ke sumber suara. Adiknya itu keluar dari ruang tengah sembari membawa dua buah toples cemilan. Bergegas Endra mendekat menghampiri adiknya itu.

"Tyas liat Ibu nggak?" tanya Endra tanpa basa-basi.

"Liat."

"Di mana?"

"Lagi sama Mbak Sarah di kamar Mas Nda. Eh, tau nggak, Mas, kamar Mas Nda jadi bagus banget loh, Tyas jadi pengen tidur di kamar Mas Nda deh," celoteh adiknya riang.

"Ya udah kalau gitu nanti Tyas coba tidur di kamar Mas aja."

"Tapi nggak dibolehin sama Ibu. Katanya, kamar Mas Nda cuma boleh buat pengantin aja. Tyas nanti juga mau jadi pengantin aja ah kalau gitu."

Endra tertawa. Dia mengusap rambut adiknya penuh kasih. "Itu toplesnya mau dibawa ke mana?" tanya Endra kemudian.

"Ke depan. Kata Ibu kalau meja di depan toplesnya ada yang kosong, harus langsung dituker lagi, biar tamu-tamunya tetep bisa nyemil."

"Oh ya udah, Tyas lanjutin aja naruh toplesnya. Mas mau ke kamar dulu."

"Mas Nda juga mau dirias kayak Mbak Sarah ya?"

"Kayaknya sih iya."

"Abis itu Tyas juga ikutan di rias kan? Tyas udah ngajakin satu temen Tyas juga buat nemenin Tyas jadi pengantin kecilnya," tatapan mata Tyas berkilat-kilat senang saat mengatakan itu.

Endra tersenyum. "Iya, nanti Tyas juga ikutan dirias kok."

"Asyiiiikkkk." Tyas mulai kegirangan.

"Eh, ati-ati. Nanti toplesnya jatuh lagi."

"Ah, iya juga. Ya udah, Mas. Tyas mau ke depan dulu ya."

Endra mempersilahkan. Lantas setelah itu, dia kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya berada. Letaknya di ruangan sebelum dapur. Rumah Endra ini memang cukup luas. Rumahnya berbentuk memanjang ke belakang dengan lima kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang tengah yang luasnya setara dengan empat kamar tidur, satu ruang dapur, dua kamar mandi, dan satu gudang penyimpanan teh yang bahkan luasnya setara dengan seluruh ruangan yang ada di rumah ini.

Benar saja, saat Endra sudah melewati ruang tengah, dia bisa melihat pintu kamarnya sudah didekorasi dengan nuansa yang sama seperti yang ada di teras rumahnya. Buru-buru Endra membuka pintu.

Endra langsung dibuatnya terkejut saat melihat pemandangan di dalam kamarnya. Sarah akan memakai kebaya putih dengan tubuh hanya berbalut dalaman saja.

"Ma-maaf." Endra sadar diri dan akan langsung beranjak pergi.

Tapi tertahan oleh suara seseorang. "Endra, mau kemana kamu. Ibu tadinya mau nyariin kamu kok. Kebeneran banget kamunya malah muncul," ibu Endra yang memang ada di ruangan itu langsung berseru.

Endra dibuatnya bingung. Matanya tidak berani memandang tubuh Sarah. Dia tahu diri, Endra akan dimarahi habis-habisan saat dirinya sampai berani melihat tubuh terbuka Sarah itu. Meski tidak tertulis di surat perjanjian, tapi seminggu sebelum pernikahan terjadi, Sarah juga membuat surat penjanjian baru yang isinya lebih ke ranah pribadi. Semisal, dilarang menyentuh bagian tubuh Sarah dengan alasan apapun. Pada saat berada di rumah, sebelum masuk ke kamar Sarah, Endra diwajibkan mengetuk pintu dan menunggu sampai Sarah mengijinkannya masuk. Dilarang memandangi tubuh Sarah kecuali mata pada saat berbicara. Dilarang melakukan hal-hal yang akan menjurus kearah seksualitas. Khusus dalam hal ini, Sarah juga akan mengancam Endra dengan pasal pelecehan seksual.

Jadi, mengingat betapa seriusnya Sarah menyikapi soal ini, Endra tidak akan bertindak bodoh dengan mencuri-curi pandang kearah tubuh Sarah. Dia tidak tertarik menerima beragam makian kalau sampai Endra berani melanggar aturan Sarah itu.

"Ibu tau kok, kamu masih malu-malu gitu. Tapi ayo buruan ke sini, Sarah udah mau selesai kok. Giliran kamu selanjutnya." Ibu Endra malah berkata demikian.

Endra bingung. Dia masih berdiri sembari menundukkan wajahnya dalam-dalam. Setidaknya untuk mengulur waktu agar tubuh Sarah secepatnya dipakaikan kebaya dan sudah tidak terbuka lagi.

"Endra~!!!!" Ibu Endra mulai hilang kesabaran. "Buruan sini, atau ibu jemput kamu pakai mobil ambulan."

Mendengar nada suara ibunya yang lumayan emosi, Endra jadi tidak bisa tinggal diam. Perlahan-lahan kepalanya terangkat. Dan untunglah Sarah sudah selesai memakai kebayanya. Endra jadi bersedia untuk mendekat.

"Kamu ini yah, pura-pura malu gitu, biasanya juga malu-maluin," komentar ibunya saat Endra akhirnya mendekat. Endra tidak berani melihat Sarah. Tatapannya hanya tertuju pada ibunya dan pada perias pengantin yang ada di sini.

"Ya udah tuh, liat istri kamu yang udah selesai di rias," kata ibu Endra kemudian.

Endra seperti sedang disuguhkan buah simalakama. Yang manapun pilihannya akan selalu memiliki resiko. Jika Endra menolak permintaan ibunya, dia yakin ibunya akan terus mengomelinya tanpa ampun. Tapi jika dia sampai berani melihat Sarah seperti yang ibunya inginkan, maka Endra juga harus bersiap menerima makian dari Sarah saat nanti mereka hanya tinggal berdua.

Sebenarnya, Endra dibuat bersyukur karena acara kemarin sangat jauh dari acara resepsi pada umumnya. Hanya menjalani prosesi pernikahan yang sah secara hukum maupun agama. Kemudian ditutup dengan acara makan bersama di sebuah gedung minimalis yang mana ke seluruhan tamunya adalah para karyawan Sarah di SR Fashion. Endra tahu, acara itu dirancang Sarah untuk mengelabui orang tuanya bahwa antara dirinya dan Sarah benar-benar telah menikah dan disaksikan banyak orang.

Saat acara itu digelar saja, Endra sudah dibuatnya ekstra hati-hati bila mana sedang bersama ibunya. Endra selalu pura-pura tertawa riang dengan Sarah berada di sampingnya. Dan selama acara itu berlangsung, Endra tetap tidak bersentuhan dengan Sarah sama sekali. Hanya berdiri beriringan, tentu saja tetap dengan jarak beberapa inchi. Kalau kedua orang tua Endra pergi dan tidak melihat mereka berdua, Sarah akan langsung memelototi Endra untuk secepatnya menjauh setidaknya satu meter dari tempatnya berdiri.

Tapi kali ini, semuanya akan membuat Endra seperti berada di tengah-tengah ranjau. Jika memang resepsi yang diadakan orang tuanya ini adalah resepsi pada umumnya. Sungguh, Endra tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya Sarah saat Endra melanggar aturannya. Saat nanti Endra menjalani serangkaian resepsi pernikahan yang pasti akan melibatkan banyak orang. Dan mereka semua bukanlah karyawan Sarah, yang artinya, mereka semua hanya tahu kalau antara Endra dan Sarah memang benar-benar sepasang suami istri!

Seharusnya dari awal, Sarah memberitahukan hal segawat ini padanya kan?