Chapter 5 - {Chapter 5}

{Chapter 5: Keluarga Baru, Masalah Baru}

"Nama yang bagus, semoga dia yang akan membuat kita selalu mengingat kakek besar Chen" Ucap seorang wanita, yang sekarang kuanggap sebagai Ibuku yang baru.

*bruk*

*brak*

*plop*

"Sial, mereka sudah memulai revolusinya. Ilya, jaga anak kita, aku akan berjuang disana, aku mempunyai tugas penting di revolusi kali ini. Semoga rezim Incendi akan runtuh selamanya pada hari ini." Ucap laki-laki yang kuanggap sebagai ayahku yang baru.

Ayahku memeluk Ibuku, dan mengatakan..

"Sepertinya, kalau aku tidak pulang setelah matahari terbenam, bawa Chen sejauh mungkin. Aku tidak ingin ia melihatnya memiliki pendirian yang sama dengan Incendi, hidup diasuh oleh tirani tak berahlak sepertinya" Ucap ayahku sambil sesekali meneteskan air mata.

"J-Jangan mengatakan itu! Kamu jangan sesekali mengatakan itu. Kamu harus pulang dengan selamat" Balas ibuku, menjawab dengan suara terputus oleh tangisnya.

Ayahku mengambil Busur Silangnya (Crossbow) yang ia pakai saat berada di lingkaran militer kerajaan, saat sebelum Rezim Incendi berkuasa.

"Ingat, selalu tutup pintu rumah. Aku mempunyai satu Crossbow didalam lemari baju. Ingat, jangan keluar rumah, revolusi ini berbeda dengan yang tahun lalu" Ucap Ayahku, benar-benar tidak bernada, datar.

*cklek*

"Pulanglah, aku ingin memperlihatkan Chen dengan wajah tampan ayahnya. Kumohon, berusahalah untuk pulang dengan selamat" Jawab Ibuku, benar-benar sedih saat melihat Ayahku menutup pintu rumah dan berlari kearah kumpulan besar tentara revolusi lainnya.

*****

Matahari sudah tenggelam bersama dengan cahaya yang mengiringinya. Waktu berjalan sangat cepat, karena banyak yang tidak menyadari bahwa waktu sangatlah penting. Ibu hanya duduk termenung selagi aku yang tidak bisa apa-apa ini hanya terbaring diatas sofa di ruang tamuku.

"Ayahmu belum pulang-pulang, Chen. Bagaimana ini?" Tanya Ibuku kepadaku, yang bahkan belum bisa berbicara.

*tap-tap*

*tap-tap*

"Sepertinya, ini rumah yang mendukung para pemberontak ini! Bakar sekarang!" Ucap seseorang yang berada diluar rumah kami.

"Kapten, masih ada orang didalam sana, aku tidak bisa melakukannya" Ucap seorang berjubah putih yang mungkin akan membakar rumah kami.

"Kau menolak perintah langsung atasan?! Kau mau berakhir diikat dan dibakar?! LAKUKAN SEKARANG!!" Teriak Kapten itu kepada orang berjubah putih itu.

Dengan terpaksa, ia mulai merapal sebuah sihir. Aku yang masih bodoh ini melihat tangannya mengeluarkan sebuah api besar, dan siap untuk membakar kami didalam.

"Shit, aku tidak ingin berakhir seperti Mei" Pikirku saat melihat api yang berada ditangan orang itu makin membesar.

Ibu langsung mengemas semua barang yang benar-benar diperlukan, dan Crossbow peninggalan Ayahku. Ia mengangkatku dan langsung pergi dari sana.

*duar*

*duar!!*

Tepat saat Ibu berlari dan mencapai hutan, rumah kami langsung menyatu dengan tanah. Beruntung, kami masih selamat dan terus berlari, sampai disebuah perbatasan antara kerajaan..

*****

Ibuku tetap menggendongku, dan terkejut saat melihat perbatasan itu.

"Hancur, tidak mungkin. Semuanya hancur" Ucapnya, benar-benar pasrah. Aku juga menyerah, mengingat aku baru saja dilahirkan kembali ke dunia lagi.

Bangunan yang menjaga perbatasan antara kerajaan ini dengan yang lainnya sudah hancur, benar-benar hancur. Banyak tentara dari rezim Incendi membantai para penduduk tak bersalah itu, dan beberapa yang mungkin tentara kerajaan lain juga masih melawan mereka.

Aku hanya menangis, bukan keinginanku untuk menangis, sebab aku belum menyusu selama hari ini. Ibuku benar-benar sudah hampir menyerah. Tiba-tiba, ia berlari lagi kedalam hutan dan, aku tidak tahu lagi, aku sudah bermimpi indah ditengah kerusuhan ini.

Kami menemukan sebuah rumah kecil disana, dan itu merupakan rumah baruku disaat krisis ini....

*****

"Akhirnya, k-kita selamat. Tapi, Ayahmu tidak akan pulang lagi nak" Ucap Ibuku sambil mengelus-elus kepalaku. Aku sudah tahu Ayah tidak akan pulang, tapi semua sudah terlambat, sebenarnya revolusi ini hanya omong kosong.

Kami berlindung didalam rumah kayu, yang benar-benar tak terurus yang mungkin bertahun-tahun. Kok tahu? Pikiranku tetaplah seperti yang lama, tapi hanya hidup ditubuh baru yang bernama Chen.

*tap-tap*

*tap-tap*

"Aku melihat ada Ibu-ibu disini, ia menggendong anaknya" Ucap seseorang diluar, tampaknya ia sedang mengincar Ibu, dan aku.

Tiba-tiba, Ibu mengambil Crossbow-nya dan pergi keluar dari rumah, untuk memberi 'halo' kepada orang-orang itu.

"Ibu-ibu! Ada ibu-ibu" Jawab rekannya saat melihat Ibu keluar menggunakan Crossbow.

"Mungkin aku yang kalian cari, tapi jangan pernah menyentuh anakku" Teriak Ibuku kepada orang-orang itu.

*jleb*

"Lari! Woy, lari kalau mau hidup lebih lama!"

Satu panah Crossbow mendarat dikepala salah seorang dari mereka, yang lain langsung kabur tanpa peduli rekannya yang mati tadi, memang Ibu akan sangat mengerikan saat marah ataupun, entahlah, mungkin melindungi anaknya.

"Chen, semoga kamu akan menjadi seperti Ayahmu, sebagai orang yang berguna bagi banyak orang" Ucap Ibu sambil menggendongku kembali.

*****

Beberapa tahun sudah terlewat, aku tidak mungkin menceritakan semuanya dari aku makan sampai buang air, terlalu banyak kata-kata yang terbuang-buang dan, waktu yang ku punya. Aku sudah dapat berbicara dengan lancar saat umurku yang sekarang adalah lima tahun (5). Hobiku yang sekarang adalah, mengejar kupu-kupu yang sedang terbang, dan membuat peledak.

....

"Nak, buka mulutnya, a...." Aku membuka mulutku selebar-lebarnya agar sendok yang bukan main besarnya dapat memasuki mulutku

Hmmm.... Masakan Ibu, lebih enak ketimbang masakan yang sering aku santap saat sebelum berada disini, yang dulu lebih berasa seperti memakan daun, gitu-gitu aja rasanya. Kurang asik nan menarik untuk dinikmati.

"Anak pintar, tapi makanan kita sudah habis, Ibu akan keluar sebentar ya untuk 'mengambil' makanan untuk kita" Ucap Ibu sambil tersenyum, ia pergi dengan membawa Crossbow-nya. Aku tahu apa yang akan dia lakukan, dia akan pergi 'mengambil'.

*bruk*

Sesaat pintu tertutup, aku langsung kabur dari pintu belakang rumah, menuju sebuah kolam yang dimana aku suka bermain air disana.

*jbur*

"Segarnya! Aku sudah tidak mandi selama berbulan-bulan lamanya, bauku sudah melampaui kentut sigung" Ucapku kepada diriku sendiri.

Aku kembali berendam didalam kolam itu, dan melihat sesuatu yang aneh, sangat-sangat aneh. Tanah yang berada didasar kolam itu, aku seperti pernah melihatnya didunia sebelumnya, benar-benar persis sekali.

Anehnya lagi, selama bertahun-tahun, aku baru menyadarinya sekarang. Sebuah tanah liat yang sangat-sangat mirip dengan 'Semtex'.

Aku mengangkat diri dari kolam itu, berpakaian dan mengambil beberapa tanah itu. Aku mencoba untuk membuat sebuah 'Kembang Api 2.0' disini.

"Teksturnya sama, baunya sama, warna juga sama. Aku harap, ini memiliki kekuatan yang sama kuatnya dengan Semtex yang asli"

Aku menyimpan beberapa tanah itu dan kembali kerumah, sebelum Ibu sampai duluan, Ia akan mengamuk jika melihatku basah seperti ini.

Setelah itu, saatnya membuat 'Kembang Api 2.0' atau 'Alat Diplomasi'.....