Pagi ini terlihat begitu ramai di salah satu Café dengan nuansa warna putih yang begitu soft di padukan dengan warna coklat muda. Café yang memiliki dua tingkat itu sangat ramai di kunjungi oleh anak – anak muda hanya sekedar untuk quality time dengan kekasih atau pun mengerjakan tugas sekolah dan kampus yang tak ada habis nya. Baik indoor maupun outdoor semuanya penuh di isi oleh anak muda dengan laptop di depan nya dan juga buku yang berserakan di meja.
Gadis cantik yang tengah berdiri di depan kasir dengan bibir yang melengku di kedua sudut nya hingga menampakkan senyuman yang membuat siapa saja teduh melihat nya. Dia begitu ramah dan sangat cocok dengan wajah nya yang begitu manis, cantik dan juga terlihat begitu polos.
Dewi Aprhodithe.
Itulah julukan yang di sematkan oleh nya yang di berikan pelanggan untuknya. Gadis dengan nama lengkap Bae Jisoo tersebut tidak mempermasalahkan sebutan apa yang di berikan kepadanya oleh pelanggan atau pun orang – orang yang melihat nya di jalan.
Terkenal ?.
Tentu saja. Seorang Bae Jisoo begitu terkenal di kalangan masyarkat yang tinggal di dekat kota Seoul. Gadis pemilik senyum ramah tersebut terkenal karena kepeduliannya terhadapn orang – orang, belum lagi kecantikan nya dan juga senyum manis nya.
" Annyeonghaseo, selamat datang di Love Poem Café "sapanya ramah dengan sudut bibir yang di angkat ke atas. Gadis ini selalu tersenyum di mana pun diri nya berada, sekalipun dirinya memiliki masalah yang serius dirinya akan tetap tersenyum untuk menutupinya. Dia hanya tak ingin orang lain ikut tahu tentang masalah nya dan ikut bersedih.
Jisoo hanya ingin semua orang bahagia.
Jisoo yang terlalu sibuk dengan kopi yang ada di tangan nya itu tidak menyadari sama sekali keberadaan sosok gadis manis dengan wajah polos yang sudah berdiri di samping nya dengan kedua tangan nya yang membawa dua gelas membawa minuman kesukaanya dan juga kesukaan gadis berdress merah yang masih sibuk dengan kopinya.
Dengan jahil gadis tersebut memegang pundak Jisoo untuk mengejutkannya. " Kamchagiya ! " kaget nya sambil memegang dada nya yang berdetak kencang. Sedangkan gadis yang membuat kaget Jisoo sudah tertawa sambil memegang perutnya.
" Aduh Eonni perut ku sakit. Seharusnya tadi kau melihat bagaimana wajah mu saat kaget tadi, benar – benar lucu " gadis itu menyeka air matanya yang ada di ujung matanya dan menghentikan tawanya karena sudah tidak kuat.
Jisoo meniup poninya dan menatap kesal gadis yang ada di hadapanya. " Kau menyebalkan Hwang Eunji !! Aku akan membunuh mu nanti "
" Maafkan aku, aku hanya berniat bercanda saja tadi, habis nya kau tadi terlihat sangat serius sekali. Oh ya ngomong – ngomong kau belum selesai ? " tanya Eunji dengan suara yang lembut dan meletakkan minuman yang tadi ia bawa ke atas meja.
Jisoo mengerucutkan bibir nya dan menatap sinis gadis yang sudah berubah menjadi seekor kucing yang penurut kepada majikannya.
" Belum. Lebih baik sekarang kau mengganti pakaian mu dan setelah itu bantu aku untuk membuat pesanan " titah Jisoo yang langsung di turuti oleh Eunji.
" Baiklah. Aku akan mengganti pakaian dan membantu mu untuk membuat pesanan "
Gadis dengan gantungan kunci beruang tersebut segera meninggalkan Jisoo di depan dan pergi ke belakang untuk mengganti pakain sekolah nya dengan pakaian kerja. Tak membutuhkan waktu yang begitu lama untuk berganti pakaian, kini Eunji sudah sibuk degan nampan yang ada di tangan nya dan mengantarkan nya ke meja nomor 6 yang ada di pojok dekat dengan jendela yang langsung menghadap kearah luar.
Hari sudah mulai sore dan itu tak terasa sudah bahwa mereka sudah bekerja selama 9 jam lamanya, Jisoo yang sudah mengemas barang – barang nya dan Eunji yang sudah pulang terlebi dahulu karena ada tugas yang harus ia kerjakan. Jisoo tersenyum melihat Café yang sudah ia rintis dari nol kini sudah berkembang pesat.
Jisoo tak meyangka jika kerja kerasnya telah membuahkan hasil yang begitu memuaskan.
_
_
_
Jisoo merebahkan diri nya di kasur begitu dirinya sampai di rumah. Jisoo menatap jam yang terpasang apik di kamarnya dan kini jam sudah menunjukkan pukul 7 : 30 malam. Belum terlalu malam tapi menurut Jisoo ini adalah waktunya yang tepat untuk membersihkan diri lalu di lanjutkan malam sambil marathon menonton drama yang belum sempat ia tonton.
Saat di rasa tubuh nya sudah bersih, Jisoo segera keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sudah di baluti oleh piyama bergambar teddy bear, salah satu tokoh kartun favoritnya. Jisoo memijat pelan pundaknya yang terasa sakit. Jisoo kembali menatap jam yang ada di dinding dan sudah menunjukkan pukul delapan lewat 10 menit malam. Jisoo tersenyum tipis saat menyadari betapa lama dirinya ketika mandi.
Jisoo mengambil ponsel yang ada di dalam tas nya dan mengecek notifikasi yang masuk kedalam ponsel milik nya dan di sana Jisoo menemukan nama Bibi nya yang tengah mengirimi nya pesaan.
Bibi. 8 : 00 pm.
Bagaimana kabar mu ? kau baik – baik saja kan ?
sudah makan malam ? bibi mengkhawatirkan diri mu.
Sooya. 8 : 15 pm.
Kabar ku baik Bi. Bagaimana dengan Bibi ? aku akan makan nanti dan berhentilah mengkhwatirkan keponakan cantik mu ini bi.
Bibi. 8 : 16 pm.
Baiklah maaf kan bibi karena telah mengkhwatirkan diri mu dan bibi di sini baik – baik saja.
Jisoo tersenyum tipis saat membaca balas dari Bibi nya. Jisoo langsung merebahkan tubuh lelah nya di Kasur dan mungkin hari ini diri nya akan skip makan malam karena terlalu malas bangun dari magnet yang sudah menyentuh kulitnya. Jisoo memejamkan matanya dan mulai menjelajahi dunia mimpi yang begitu indah baginya, tapi itu sepertinya tak berlangsung lama karena kini tubuh nya sudah bermandikan keringat dingin, seprai yang sudah kusut karena di tarik dan di genggam kuat oleh nya. Jisoo kembali mengalami mimpi buruk yang teramat mengerikan jika di ingat, kenangan buruk yang begitu susah untu ia lupakan.
" Ayah Ibu jangan tinggalkan Jisoo, Jisoo takut, disini gelap.
Ayah ! Ibu ! "
" Ayah Ibu, Jisoo mohon bangunlah, Jisoo takut, sangat takut "
Tak lama setelah mimpi buruk itu menghampiri dirinya, Jisoo langsung bangun dari tidur nya dan menatap langit – langit kamarnya yang terlihat gelap. Dan Jisoo sangat benci dengan gelap, dengan hanya bermodalkan cahaya dari bulan, Jisoo mencari – cari ponsel nya, setelah 5 menit lamanya mencari kini Jisoo sudah menemukan ponsel nya dan segera menghidupkan senter yang ada di dalam ponsel miliknya.
Jisoo menghela nafas nya dan menatap bulan yang tengah memancarkan sinar nya di malam yang gelap gulita ini, Jisoo menyibak rambutnya kebelakang dan menduduk kan diri nya di balkon kamar.
Mimpi itu. Mimpi buruk yang selalu menghantui dirinya setiap malam, mimpi yang membuat dirinya mengalami depresi berat. Jisoo menatap figurann foto keluarganya yang sengaja ia letakkan di luar kamarnya, disana mereka terlihat bahagia sekali.
Jisoo mengingat jelas bagaimana kecelakaan yang menimpa mereka berlima. Saat umur nya yang baru menginjak 12 tahun. Di malam yang gelap dan hujan yang mengguyur jalanan Ilsan pada saat itu kecelakaan maut terjadi, dimana dalam kecelakaan tersebut Ayah dan Ibunya meninggal di tempat sedangkan dirinya terluka ringan dan adik nya yang mengalami koma hingga saat ini.
Dan pada saat itu lah Jisoo mengalami trauma terhadap gelap, hujan dan petir.
" Aku merindukan kalian. Ayah dan Ibu, aku merindukan kalian, sungguh "
_
_
_
Pria yang memiliki paras tampan bak pangeran yunani itu tengah menatap sosok gadis yang ada di depanya yang tengah mngobrol dengan seorang pria yang tak kalah tampan darinya, dan dirinya mengetahui siapa pria yang tengah mengobrol dengan gadis tersebut dan gadis itu adalah kekasih nya sendiri.
Pria itu adalah sahabatnya sendiri. Park Jimin. Sahabat nya yang sudah bersama dengan diri nya selama bertahun – tahun lamanya, ia tidak menyangka jika Jimin akan merebut kekasihnya dan dia juga tidak meyangka bahwa kekasih nya bermain di belakang nya bersama sang sahabat.
Dia kecewa, benar – benar kecewa dengan dua orang yang mengisi hidup nya, mereka yang selalu membuat dirinya tertawa di saat dirinya tertekan karena pekerjaan kantor yang selalu menumpuk. Seokjin hanya bisa tersenyum kecut memandangi dua insan yang kini berciuman mesra di depan sana. Kini hidup nya sudah benar – benar hamcur karena dua orang yang paling berharga di hidupnya.
" Sial, brengsek " umpatan pun akhirnya keluar dari bibir tebal seorang Kim Seokjin.
" Pantas saja aku lihat mereka berdua sering keluar tanpa sepengetahuan ku. Kau bahkan menolak untuk berkencan dengan ku. Aku mengerti sekarang apa alasannya kau sering menolak ajakan kencan dari ku "
Pria tampan itu segera pergi dari sana pergi dari tempat persembuyiaan nya dengan perasaan marah dan juga perasaan benci yang semakin membucah, baying – baying sahabat nya dan juga kekasih nya yang tengah berciuman di taman dengan romantisanya membuat nya kembali marah.
Hati nya sungguh perih dan juga sakit.
Itulah yang di rasakan oleh pemuda tampan tersebut sekarang.
Berjalan gontai tak tentu arah dengan pandangan yang kosong. Tak ada binar kehidupan yang terlihat di mata indah tersebut, berkali – kali mengumpat bahkan berkali – kali juga dirinya menabrak pejalan kaki lainnya, cairan bening pun masih berjatuhan di pipi gembil nya. Seokjin yang sekarang begitu rapuh. Segitu besar efek seorang Jang Nera di kehidupan nya.
Seokjin mendudukan dirinya di kursi yang ada di halte bus dengan bayang – bayang Jimin dan juga Nera di pikirannya. Seokjin memilih untuk meninggalkan moil nya di taman dan mungkin ia akan menyuruh seseorang untuk mengambil nya besok pagi.
Saat ini yang di butuhkan oleh nya hanya lah ketenangan dan bagaimana cara diri nya untuk menghilangkan baying – baying menjijikan tersebut dari pikirannya. Menatap kosong pemandangan yang ada di depan nya, dia tertekan saat kembali mengingat kenangan indah Antara dirinya dan juga kekasih nya.
Gadis yang berharga dalam hidup nya yang sudah membuat dirinya kecewa.
" Aku membenci kalian berdua ! "
Seokjin meneguk habis alcohol yang ada di depan nya dan menghiraukan panggilan sahabat nya yang menyuruh dirinya untuk berhenti minum, Seokjin benar – benar sudah sangat mabuk.
Pria tampan berbahu lebar tersebut menelungkupkan wajah nya di antara tangan nya.
" Seokjin berhenti lah minum, kau sudah sangat mabuk. Kau seperti orang yang sedang putus cinta saja " Seokjin tertawa sinis saat mendengar kalimat yang terucap dari bibir pria yang ada di depan nya, walau dia sudah mabuk berat, Seokjin masih mendengar jelas kalimat yang di ucapkan oleh pria pendek yang ada di depan nya.
Tanpa aba – aba, Seokjin memukul telak wajah sahabat nya hingga sudut bibir dari pria yang di pukul oleh Seokjin mengeluarkan darah segar.
Jimin. Park Jimin.
Pria yang di pukul oleh Seokjin beberapa menit yang lalu, Seokjin berjongkok di hadapan Jimin yang sedang mengelap sudut bibir nya dengan jempol tangan nya sambil menatap Seokjin dengan pandangan penuh tanya.
Dirinya tidak tahu apa salah nya hingga membuat Seokjin memukul dirinya dengan keras bahkan sampai berdarah di depan banyak orang.
Tak ada raut marah, kesal atau pun dendam di mata pri tersebut sesaat setelah Seokjin memukul telak wajah nya, bahkan untuk membalas nya pun perbuatan Seokjin pun tak ada di dalam pikiran pria tersebut.
" Kau kenapa Kim ? " Jimin berdiri dan memegang pundak sahabat nya yang tengah tertunduk lesu di bawah lantai marmer yang dingin.
Perlahan kedua tangan Jimin memeluk tubuh rapuh sahabat nya dan membisikkan sesuatu yang membuat perasaan Seokjin menjadi sedikit lebih lega. Tangan Seokjin pun perlahan terangkat dan memeluk balik sahabat nya dan air matanya pun jatuh tanpa di sadari oleh nya dan setelah itu hanya kegelapan lah yang datang menghampiri dirinya.
_
_
_
Pagi sudah datang, burung berkicauan dengan merdunya, harum masakan perlahan masuk ke dalam indra penciuman pria tampan yang kini masih memejamkan matanya, perlahan mata indah nya terbuka karena terpapar sinar matahari pagi yang masuk kedalam retina matanya. Seokjin, si pria tampan yang baru bangun dari tidur panjang nya.
Perlahan badan nya mulai bangun dari Kasur dan membuka pintu balkon yang tertutp rapat, menghirup udara pagi dan juga melihat pemandangan indah di pagi hari adalah salah satu hal paling di sukai oleh pria Kim tersebut.
" Masakan nya benar – benar wangi " monolog Seokjin dan segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang sudah bau oleh alcohol dan juga keringat di pagi hari.
Tak membutuhkan waktu yang lama kini Seokjin sudah rapi dengan pakaian casual nya dan berjalan menuruni tangga yang ada di dalam Apartemen milik nya. Seokjin tersenyum tipis saat bau makanan tersebut semakin wangi di indra penciumannya.
Siapapun yang masak Seokjin mengucapkan banyak – banyak terima kasih. Senyum yang tadi mengembang seketika lenyap saat melihat siapa yang tengah berada di dalam dapur Apartemen milik nya.
Park Jimin.
Pria yang kini Seokjin benci karena sudah merebut Nera dari nya, sahabat yang ternyata berwajah dua.
" Sedang apa kau Park ? " Seokjin mengambil gelas di samping tubuh Jimin dang mengisi nya dengan air putih yang dingin yang dia ambil dari lemari es.
Jimin tersenyum tipis saat melihat Hyung tampan nya suah bangun dan juga sudah berpakain rapi, setelah sup nys selesai ia buat, Jimin segera meletak kan nya di atas meja makan.
" Sedang membuat kan Hyung sarapan dan juga sup pereda mabuk agar perut mu tak lagi mual "
Seokjin terkekeh pelan dan segera duduk di meja makan, ia segera mengambil makananya tanpa mengucap kan sepataha kata pun kepada sahabat nya yang sudah membuat kan nya sarapan.
" Masakan mu memang enak Park tapi maaf hari ini aku sedang tak ingin sarapan bersama " tolak nya begitu dirinya baru saja menyedok kan satu sup yang kini suda jauh dari jangkauannya.
Dengan lesu Jimin mengangguk dan membiarakan sahabat nya tersebut pergi dalam keadaan perut kosong.
" Sebenarnya apa yang terjadi dengan mu Hyung ? "
Bersambung.