"Tadi kekasihmu menelepon, dan aku mengangkatnya lalu kami berbincang akrab" Hanish yang tubuhnya penuh dengan peluh karena hampir seharian ini bermain bersama kedua monster kecil-nya Nara terdiam. Ia tidak bisa begitu mencerna apa yang diucapkan kakak perempuannya ini.
"Tunggu, apa tadi kau bilang?" terlihat kening Hanish membentuk sebuah pola garis, mengerutkan kedua alis nya bingung. Nara tertawa pelan, "Aella menghubungimu tadi, maka dari itu kau segera bersihkan tubuh bau keringatmu—" ada jeda sebentar, Nara kembali mengaduk sup yang tengah dibuatnya lalu melanjutkan, "Dan ia berpesan, jika kau sudah selesai agar segera menghubunginya kembali." Kakaknya mengerling jail pada Hanish.
Lelaki itu semakin terdiam, ia masih tidak yakin. "Aella .. maksudmu Aella tadi menghubungiku? Sungguh? Kau tidak berbohong bukan?" tanyanya bertubi-tubi. Nara mendengus kesal, Hanish terkejut ketika mendapati bahwa di hadapannya ada sendok sayur yang mengacung tepat ke arah wajah tampannya. Lelaki itu mengerti lalu ia terkekeh pelan dan berlari ke kamar.
"Astaga, aku tidak mengerti kenapa gadis manis seperti Aella mau dengan makhluk tidak jelas seperti Hanish" decaknya, ia menggidikan bahu dan kembali melanjutkan aktifitas memasaknya.
Sesampainya di kamar, Hanish langsung menuju kamar mandi guna membersihkan tubuh lengketnya. Ia mandi begitu cepat, karena tidak sabar ingin menghubungi gadis yang akhir-akhir ini berhasil membuatnya uring-uringan tak karuan.
Sekitar 20 menit kemudian setelah selesai berpakaian Hanish memandangi ponselnya gugup. Apa benar yang diucapkan oleh Nara? Kenapa Hanish tidak percaya? Selama ini gadisnya sukar dihubungi, menghilang bagaikan—astaga lupakan.
Hanish menekan tombol dial pada ponselnya. Menunggu beberapa saat, sempat ia ingin menyerah karena 2 deringan pertama tidak diangkat oleh si empu. Sampai pada dering ketiga, jantungnya serasa mau meledak ketika suara lembut yang dirindukan menyapa rungunya.
"Hanish? Apakah ini kau? Atau .. aku berbicara dengan kak Nara?"
Lelaki tersebut tidak menyahut, si gadis menggigit bibirnya pelan.
"H-halo? Apakah ada orang disana?"
Hanish tersadar, lalu ia segera menyahuti, "Y-ya ini aku El,"
Terdengar helaan nafas lega di seberang sana, Aella tersenyum. Jujur saja, selama ia menghindari Hanish seringkali dirinya merindukan lelaki jangkung itu. Tapi karena gengsi, jadi ia tahan saja rasa rindunya.
Hening. Tidak ada yang berbicara. Hanish berdehem sebentar guna menghilangkan kegugupanya,
"Bagaimana .. bagaimana kabarmu? Ah tidak, maksudku apakah kau baik-baik saja?"
"Aku baik .. mungkin,"
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu selama kita—ah maafkan aku,"
Hanish merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia bisa mengatakan hal tersebut dalam percakapan pertama mereka?
"Apakah kita bisa bertemu?"
"Y-ya? Ah maaf aku tidak fokus tadi .."
Aella terkekeh kecil di seberang sana, membuat Hanish gemas ingin memeluk gadis itu seketika.
"Besok. Apakah kau ada waktu? Ada banyak hal yang harus dibahas bukan?"
Tertohok. "Ah, baiklah. Dimana? Dan pukul berapa? Apakah kau mau ku jemput?"
"Tidak," Aella menggeleng disana, menolak untuk dijemput. "Jangan jemput aku, kita bertemu di café seberang taman kota bagaimana?"
"Ah .. baiklah, pukul berapa?"
"Pukul 10 pagi kuharap kau sudah bangun Hanish, jangan membuatku menunggu lama"
Hanish tersenyum senang, "Baiklah, aku akan tiba disana terlebih dahulu sebelum kau."
"Baiklah, sampai bertemu besok. Aku akan mandi dulu,"
Sedikit kecewa karena Hanish maish ingin berbincang lebih lama dengan Aella. Tapi apa boleh buat, "Sampai bertemu besok princess".
Panggilan pun diakhiri.
***
Pukul 08.00 pagi Hanish sudah ribut memilah pakaian. Nara sampai kesal dibuatnya. Pasalnya lelaki itu tak henti-hentinya merengek dan memintai pendapatnya sejak tadi, menggelikan dan menjijikan melihat Hanish merengek seperti ini. Tidak tahu umur sekali.
"BISAKAH KAU BERHENTI BERTINGKAH MENJIJIKAN SEPERTI INI HANISH? AMBIL PAKAIAN YANG TADI AKU SISIHKAN DAN SEGERA BERSIHKAN TUBUHMU! JANGAN GANGGU AKU PAGI INI ATAU KAU TIDAK KUIZINKAN PERGI! MENGERTI?!" Nara meledak.
Hanish tergugup, lalu dengan cepat mengambil kemeja hitam sebagai luaran dan kaos pendek berwarna putih, dipadukan dengan jeans berwarna denim. Ia masih melirik Nara yang sedang menatapnya tajam,
"TUNGGU APALAGI? CEPAT MANDI!" detik itu juga Hanish langsung melarikan diri ke kamar mandi. Sementara Nara tengah mengumpat sembari membereskan kekacauan yang dibuat adiknya itu.
Lihatlah, pakaian berserakan dimana-mana. Astaga kepala Nara sakit rasanya. Dosa apa ia memiliki adik menyebalkan seperti Hanish?
Beberapa saat kemudian, Hanish selesai membersihkan tubuhnya. Ia berjalan ke arah ranjang dan mendapati jika kamarnya telah rapih seperti semula. Pakaian yang disisihkan Nara di gantung di depan lemari, lelaki tersebut terkekeh pelan. Ia yakin jika Nara pasti marah besar padanya pagi ini.
Selesai berpakaian, ia mematut diri di depan cermin. Menyisir rambut—yang sebenarnya sudah sangat rapih—dan memakai wewangian. Hari ini ia ingin terlihat tampan dan wangi di hadapan kekasihnya.
Keluar kamar, ia mendapati jika dua monster kecil Nara tengah memakan sarapan mereka dengan tenang. Lelaki jangkung tersebut mengecup kedua pipi menggemaskan dua bocah tersebut, yang dibalas dengan pukulan tak berarti pada dada bidangnya.
"Memang kau mau kemana sih? Tumben sekali sudah bangun, biasanya kau masih bergumul mesra dengan ranjang tercintamu itu" tanya Nara heran. Memang benar, tak biasanya Hanish pagi-pagi seperti ini sudah bangun dan rapi.
"Aku akan kencan dengan Aella."
Nara mengangguk mengerti. Mereka semua makan dengan tenang, beberapa menit kemudian Hanish pamit pada Nara dan dua bocah menggemaskan itu.
"Aku akan pulang telat sepertinya, jika ada apa-apa segera hubungi aku mengerti?"
Nara memutar bola matanya malas, adiknya ini sangat posesif. Wanita tersebut mengangguk sambal mendorong pundak Hanish agar segera pergi dar hadapannya.
Di sepanjang perjalanan, Hanish tidak berhenti tersenyum. Lelaki itu amat senang hari ini, sudah tersusun rapi di kepalanya apa saja yang akan ia lakukan hari ini bersama Aella. Juga ia sudah menyiapkan penjelasan beserta bukti-bukti untuk meyakinkan Aella bahwa dirinya tidak ada hubungan apa-apa bersama Clarisa. Semua sudah rapi dan tertata.