"Arrrggggg…..!!!! Tidak ..! Tidak…! Kenapa jadi begini!" Teriak seorang bocah berambut hitam legam, dengan suara serak yang bergetar. Ekspresi wajahnya juga menunjukkan ketidakberdayaan, tampak benar-benar tak percaya bahwa hal yang sedang terjadi di hadapannya adalah nyata.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini Aria? Kenapa?" Titik-titik air mata mulai jatuh dari sudut mata sang bocah ketika ia melontarkan pertanyaannya tersebut.
"Arthur…! Uhukkk…!"
Dihadapan sang bocah, seorang gadis muda tampak terbaring dengan beberapa luka parah disekujur tubuhnya. Gadis ini memanggil nama sang bocah dengan susah payah, terlihat ingin menyampaikan sesuatu, sebelum kata-katanya terhenti karena ia mulai terbatuk dan mengeluarkan banyak darah dari dalam mulutnya.
"Tidak… tidak... tidak…! Tak boleh…! Kau tak boleh seperti ini!" Sang bocah yang di panggil Arthur, tampak semakin panik saat gadis di hadapannya batuk darah.
"Seseorang cepat kesini! Seseorang! Boss! Dimana boss!" Arthur yang tak tahu harus berbuat apa, segera berlutut dan menggenggam tangan sang gadis. Sambil terus meracau memanggil bantuan.
"Hmmm… kami sudah menyapu semua area di sekitar sini! Tak akan ada yang datang membantu kalian!"
Saat Arthur masih kebingunangan dan merasa frustasi dengan kondisi gadis yang ada di hadapannya, sebuah suara bernada dingin tiba-tiba terdengar dari arah belakang punggungnya.
Mendengar suara itu, sorot mata Arthur yang awalnya penuh dengan kepanikan, langsung berubah menjadi gelap. Ekspresi wajahnya juga menunjukkan kebencian yang teramat sangat.
"Kalian! Siapa sebenarnya kalian! Kenapa kalian melakukan ini!" Gumam Arthur. Bersamaan dengan gumamannya ini, aliran Mana kegelapan mulai menyeruak keluar dari dalam tubuhnya.
Dengan masih menggenggam tangan sang gadis, bocah ini menoleh kearah sumber suara. Menggertakkan giginya karena tak bisa menahan amarah.
"Siapa kami itu tak penting! Yang jelas, aku bisa merasakan aliran Mana orang itu di dalam tubuhmu! Jadi lebih baik sekarang katakan, dimana lokasinya berada dalam medan perang ini! Setelah itu kami akan membiarkanmu mati tanpa rasa sakit!"
"Bagaimanapun juga, manusia dengan atribut kegelapan sepertimu, harus di basmi dari Gaia Land ini! Kalian hanya akan menimbulkan malapetaka bila di biarkan hidup dan berkembang!" Jawab seorang pria berambut pirang yang saat ini berada tak jauh di belakang posisi Arthur.
Pria ini memakai pakaian sutra putih tipis, dengan balutan tali pengikat dikepala, aliran Mana beratribut cahaya juga terus menyeruak dari dalam tubuhnya. Membuat orang ini bagaikan dewa yang turun dari surga, memberkati lingkungan sekitar dengan energi kehidupan.
Beberapa pria lain dengan pakaian dan atribut cahaya yang sama, saat ini juga tampak berada di sekeliling pria ini. Mereka menatap bocah bernama Arthur yang tengah bersimpuh menggenggam erat tangan seorang gadis dihadapannya, dengan tatapan seolah dia adalah kotoran yang harus segera di bersihkan.
"Hmmm… sekarang aku tau siapa yang sedang kalian cari! Dan kalau kalian berharap aku akan menjawab pertanyaan kalian itu dan mengkhianati boss! Maka teruslah berharap! Karena hal itu tak akan terjadi!" Dengus Arthur. Aliran Mana kegelapan di dalam tubuhnya sekarang semakin bergelora dengan liar.
"Bocah tetaplah bocah! Kalau memang itu keputusanmu! Maka kau bisa mati sekarang juga! Kami akan mencari orang itu sendiri! Lagipula, wilayah ini juga tak terlalu luas!" Jawab pria berambut pirang, seraya kemudian memberi tanda pada anggota nya untuk menghabisi bocah tersebut.
"Majulah!" Bentak Arthur. Dengan atribut kegelapan menggelora dari dalam tubuhnya, ia menatap garang kearah kelompok yang ada di hadapannya.
"Arthur!"
Namun, saat Arthur hendak melangkah menerjang maju, gadis sekarat yang dari tadi menatapnya dengan tatapan seolah ingin menyampaikan sesuatu, dengan susah payah mengangkat tangannya dan meraih pergelangan tangan Arthur. Menggenggamnya dengan erat.
"Aria! Apa yang kau lakukan! Cepat lepaskan! Kegelapanku akan semakin memperburuk kondisimu!" Kata Arthur, saat melihat sang gadis mulai menggenggam tangannya yang sudah diselimuti dengan Mana kegelapan.
Mendengar kata-kata Arthur, sang gadis malah semakin mengeraskan genggamannya, membuat aliran Mana kegelapan mulai menyerap energi kehidupannya dengan cepat. Menyebabkan tangan sang gadis yang awalnya seperti giok putih nan mulus, sekarang berubah pucat tanpa darah.
"Kau… uhukk…!"
"Kau tak boleh mati! Kau tak boleh meninggalkannya juga!" Kata gadis tersebut dengan susah payah. Sebelum tak mampu lagi menahan genggamannya pada lengan Arthur.
"Kenapa? Kenapa kau melakukannya? Kenapa? Aku tak bisa mengerti! Kenapa? Harusnya kau tak perlu menerima serangan itu! Harusnya aku yang… kenapa…!!!!" Teriak Arthur. Aliran Mana kegelapan semakin menggila keluar dari dalam tubuhnya saat melihat keadaan sang gadis. Kini seluruh matanya juga mulai menghitam.
Tanpa menunda lagi, karena genggaman sang gadis telah lepas, Arthur melompat menerjang maju.
"Hmmm… malah mengambil inisiatif serangan! Kau hanya mencari kematian!" Kata salah satu pria berpakaian sutra. Kemudian mulai membentuk segel tangan.
"Segel Piramida kehidupan!" Teriak pria tersebut, setelah selesai membentuk segel tangan.
Bersamaan dengan teriakannya, pilar-pilar cahaya raksasa mulai terbentuk diatas langit tempat ia berdiri, kemudian dengan cepat menghujam kearah Arthur.
Pilar-pilar ini segera terangkai menjadi sebuah piramida raksasa begitu mendarat mengelilingi Arthur, menjebak sang bocah bersama kegelapannya di dalam ruang bertaburan cahaya gemerlap.
Mendapat tekanan dari atribut cahaya yang luar biasa kuat ini, kegelapan Arthur secara perlahan mulai melemah.
"Aaarrghhhhhh…..!!!!"
Sementara Arthur, kini berteriak parau, terlihat sangat kesakitan saat baluran cahaya gemerlap ini menyelimuti seluruh tubuhnya.
Arthur hampir menutup matanya, kehilangan kesadaran karena tak tahan lagi dengan rasa sakit teramat sangat yang diterimanya, sampai sebuah suara serak seorang wanita tua terdengar di dalam kepalanya.
"Sungguh lemah!"
"Apa kau menginginkankan kekuatan?"
"Serahkan jiwamu! Dan kau akan mendapatkan kekuatan itu! Aku akan membantumu menghabisi sampah-sampah ini!"
Bersamaan dengan munculnya suara itu, aliran Mana kegelapan yang terasa asing, dan berbeda dengan miliknya sendiri mulai menjalar, mengalir cepat dengan liar mencoba memasuki ranah Jiwa Arthur.
Arthur yang merasakan hal ini, bukannya mencoba menolak aliran Mana ini, tapi justru membiarkannya masuk. Membuat Aliran Mana kegelapan asing ini dengan cepat menyelimuti dan mengisi setiap sudut ruang yang ada di dalam ranah jiwanya.
"Ambil semua yang kau mau! Terserah! Aku sudah tak peduli lagi! Asal kau membunuh orang-orang ini!" Teriak Arthur dalam hati.
*Booooommmmm….!!!
Sebuah ledakan kegelapan raksasa menggema dengan liar, begitu kegelapan asing ini selesai menguasai ranah jiwa Arthur sepenuhnya.
***
"Sangat gelap!"
"Begitu sunyi!"
"Apa aku sudah mati?" Gumam Arthur.
Saat ini ia merasa sedang terjatuh kedalam kegelapan tanpa ujung. Tak tahu sudah berapa lama dirinya berada dalam posisi terjatuh ini. Mungkin sudah beberapa jam, beberapa hari, beberapa bulan, atau bahkan sudah bertahun-tahun.
Ketika pertama kali membuka matanya, ia sudah berada di dalam tempat ini, dalam kondisi jatuh yang seperti tanpa akhir. Hanya ditemani kegelapan total.
Arthur masih membuka matanya, berharap menemukan suatu yang bisa ia lihat atau raih dalam kegelapan ini, sampai sebuah aura aneh terasa menyelimuti tubuhnya, membuat matanya kembali menjadi berat. Tak kuasa menahan berat di matanya, Arthur kembali tertidur.
***
*Buuuggg…..!!!!
*Buuuggg….!!!!
*Buuggg…..!!!!
"Cepat bangun! Jangan pura-pura pingsan!"
*Byuuurrr…!
Arthur tak tahu berapa lama ia tertidur, sampai tiba-tiba beberapa tendangan, serta bentakan keras yang diakhiri dengan tubuhnya dilempar kedalam sebuah sungai, membuatnya bangun seketika.
"Hahhh….!!! Apa yang terjadi!" Seru Arthur kaget, merasakan hawa dingin dari air sungai menusuk tulangnya.
"Akhirnya kau bangun juga! Sebagai seorang budak! Kau terlalu banyak tidur!" Bentak seorang dari atas sungai kepada Arthur.
"Budak?"
Mendengar bentakan tersebut, Arthur segera mendongak menatap pria yang membentaknya.
"Yah, budak! Apa kau masih terbuai mimpi indah dari tidurmu barusan? Sampai melupakan siapa dirimu?"
"Kalau begitu, dengan senang hati aku akan kembali menyadarkanmu! Kau adalah budak dari keluarga Macan Kumbang Illahi yang baru saja di musnahkan! Hahhahah…!!!"
"Sekarang apa kau sudah ingat?"
*Buugggg….!
Teriak orang yang berada diatas sungai, mengakhiri semua kalimatnya dengan kembali memberi tendangan keras kearah kepala Arthur.
Namun, tak seperti harapan orang tersebut, yang berharap mendapat tendangan keras memuaskan dikepala Arthur, dengan satu tangan, Arthur menangkap kaki pria tersebut, tepat sebelum mengenai kepalanya.
"Apa yang baru saja kau katakan? Budak apa? Keluarga Macam Kumbang Illahi apa? Aku adalah Arthur Wild! Tuan muda Dari House of Wildbear!" Bentak Arthur. Seraya menarik kaki pria tersebut. Melemparnya keras kearah tebing yang berada disisi sungai.
*Braaakkk….!!!
Dalam sekali lempar, tubuh sang pria segera menabrak dinding tebing dengan keras, membuat banyak retakan dilokasi pendaratannya. Seketika ia kehilangan kesadaran.
"Hmmm.. kenapa tubuhku terasa berbeda?" Gumam Arthur, tampak sudah tak peduli dengan pria yang dilemparnya barusan. Fokus mencoba mengalirkan Mana kegelapan miliknya.
"Kenapa seperti ini?" Gumam Arthur lagi, semakin heran saat ia merasa kendalinya pada Mana kegelapan yang ada di dalam tubuhnya menjadi terbatas.
Ketika Arthur masih berfikir tentang apa yang terjadi, secara tak sengaja ia melihat pantulan dirinya sendiri pada genangan air sungai yang ada di hadapannya.
"Apa-apaan! Apa yang terjadi?" Kali ini Arthur tidak lagi bergumam, tapi berteriak kaget saat melihat wajah asing di dalam pantulan air sungai.
"Hihihihi…!"
Didalam kebingungan Arthur, mendadak suara tawa seorang wanita tua terdengar di dalam kepalanya.
"Siapa?" Bentak Arthur. Semakin frustasi dengan semua hal aneh yang terjadi disekitarnya.
"Siapa lagi? Aku adalah jiwa kegelapan yang ada di dalam tubuhmu! Bukankah kau sebelumnya sepakat menyerahkan jiwamu padaku?"
Mendengar itu, Arthur akhirnya kembali ingat tentang peristiwa terakhir sesaat sebelum ia tak sadarkan diri.
"Hmmm… apakah aku sudah mati? Apakah aku berada di alam baka?" Tanya Arthur.
"Bodoh sekali! Kau belum mati!"
"Emmm… tapi bisa dibilang kau memang sudah mati! Ahh… bagaimana aku menjelaskannya agar otak kecilmu dapat mencernanya dengan mudah?"
"Begini saja! Anggap saja kau sudah mati! Tapi aku membuatmu mendapatkan kehidupan baru! Tubuh baru, dan di dunia yang baru juga!"
"Tempat kau berada sekarang, bukanlah alam baka! Tapi juga bukan Gaia Land tempat kau tinggal sebelumnnya!" Kata suara wanita tua didalam kepala Arthur. Dengan intonasi nada dingin yang terdengar menyeramkan.
"Dunia ini disebut Tartarus Land!"