Siena mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia melihat sekeliling ruangan yang tampak asing. Entah, itu pantas di sebut kamar atau tidak. Di sana hanya ada tempat serba kayu. Sampai tirai pun terbuat dari kayu.
"Kau sudah bangun?"
"Siluman!" seru Siena ketika melihat pria yang entah kapan dia datang.
"Aku mohon jangan makan aku. Dagingku tak enak, lagipula hanya sedikit, kamu tak akan kenyang jika memakanku," ucap Siena memelas.
"Daging mu tipis?"
Siena mengangguk cepat. "Iya, dagingku tipis tak enak karena tak berlemak."
"Kalau begitu, makan lah!" Pria itu berjalan ke sisi kanan ranjang lalu mengambil makanan yang ada di nakas dekat dengan tempat tidur.
"Tidak, tidak, Aku tidak lapar." Siena menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jika kau tak makan, apa bedanya dengan aku yang akan memakan dirimu? kamu sama-sama akan mati hanya berbeda penyebabnya saja," ujar pria itu.
"Iya juga ya." Siena meringis. lagipula ia memang lapar karena saat berangkat ia belum sempat sarapan lalu tenaganya habis untuk berjalan dan berteriak hingga berujung pingsan.
Pria itu tersenyum tipis. Ia sangat menyukai gadis berambut hitam legam yang ada di hadapannya saat ini. "Namaku Dios."
"Kau memiliki nama?" Siena terkekeh geli, ia pikir serigala tak memiliki nama.
"Tentu saja aku memiliki nama, aku juga memiliki pekerjaan sama seperti kalian manusia," balas Dios.
"Oh ya? apa di sini juga sama dengan tempatku tinggal?" Dios mengangguk sebagai jawaban.
"Oh ya, namaku Siena Dawson's." Siena mengulurkan tangannya.
"Nama yang bagus." Dios menerima uluran tangan Siena.
Jujur saja, Siena terpana dengan ketampanan Dios tetapi ia masih waras, ia tau Dios bukanlah manusia. Ia tak mau lengah karena ia takut, ini adalah taktiknya untuk membuat mangsanya lengah supaya mudah menyantapnya.
"Apa yang kamu pikirkan?" Dios menaikan sebelah alisnya, melihat ekspresi wajah Siena.
"Ah tidak, tidak ada." Siena tak mungkin jujur jika ia takut Dios akan memakannya. "Emm, apa kamu bisa antarkan aku pulang setelah aku menghabiskan makanan ini?" tanya Siena hati-hati.
"Kamu ingin pulang?" Rasanya berat bagi Dios jika harus mengantarkan Siena pulang. Dios merasa ada debaran di hatinya ketika pertama melihat mata Siena yang indah. "Apa kamu tak ingin mencoba jalan-jalan di sini? tempat ini sangat indah," sambung Dios mencoba untuk merayu Siena.
"Aku rasa tidak, aku mungkin lebih baik pulang saja." Siena enggan berlama-lama di tempat mengerikan seperti ini. Nyawanya di pertaruhkan setiap harinya.
Mata Dios berubah memerah. Ia tak suka dengan penolakan. Mau tak mau, Dios akan memaksa Siena untuk tinggal bersamanya sejenak samapai ia yakin jika Siena adalah Matenya.
Dios memejamkan matanya sejenak untuk meredam emosinya. Ia tak mau, Siena akan takut dan melarikan diri.
Dios membuka matanya kembali dan terlihat matanya sudah berubah seperti semula. Jika emosi Dios tengah setabil, matanya berwarna coklat. Jika ia marah akan berubah merah dan apabila ia sangat marah akan berubah hitam pekat mengerikan.
"Apa kamu tidak mau memberikan aku imbalan sebagai balasan telah menolong nyawamu?"
"Tentu saja aku akan memberikan kamu imbalan. Berapa uang yang kamu inginkan?"
"Uangmu tidak akan berguna di sini."
"Lalu apa yang kamu inginkan?"
"Aku ingin kamu tinggal di sini selama satu Minggu. Setelah itu, aku akan mengantarmu pulang. Bagaimana?"
"Tidak, aku harus pulang. Orangtua dan kekasihku pasti akan cemas padaku. Apalagi di sini tak ada sinyal. Oh ya, saat kau menolongku, apa kau membawa barang-barangku juga, kemari?"
Dios tertawa kecil melihat Siena yang sangat cerewet. "Ya, aku membawa serta barang-barangmu kemari." Dios menunjukkan koper Siena di pojok ruangan.
"Ah terima kasih, jika tanpa barang-barang itu. aku tidak bisa lakukan apapun karena aku tak kuat dengan dingin. Aku akan sakit. Jadi, tolong kamu ambil koperku, lalu ambilkan aku jaket!" Perintah Siena seenaknya.
"Apa kau sedang memerintahku, heh!!"
Seorang Dios, Alpha dari Snow Pack. pimpinan terkuat dan paling di segani. Tak ada yang berani kepadanya namun kali ini ia di perintah oleh seorang manusia lemah.
"Aku tidak sedang memerintahmu, tapi aku sedang meminta tolong padamu," kialh Siena sambil tersenyum menampilkan deretan gigi-gigi putihnya.
"Aku menyukai keberanian mu." Dios mengambilkan jaket milik Siena. "Cepat pakai dan ayo kita keluar!" ajak Dios.
"Baiklah, setelah makanan ini habis. Ternyata, makanannya sangat enak. Ini daging apa?" tanya Siena masih lahap menyantap makanannya.
"Manusia," jawab Dios singakat namun berhasil membuat Siena mual ingin segera memuntahkan makannya.
Wajah Siena pucat pasi, perutnya terasa bergejolak ingin memuntahkan semuanya. Mana mungkin ia bisa memakan, kaumnya sendiri.
Dios tertawa puas melihat ekspresi Siena. "Santai saja, aku berbohong. Itu daging rusa yang kamu makan."
"Kau mengerajaiku! awas kamu ya!" Siena turun dari tempat tidur lalu berlari ke arah Dios yang masih tertawa.
"Jahat, kamu jahat." Siena memukul-mukul lenagan Dios.
"Cukup, hentikan! tapi sungguh kamu lucu sekali." Dios menggenggam kedua tangan Siena dan Dios semakin merasakan getaran yang tak wajar di hatinya saat dekat seperti ini.
"Apa kamu benar-benar Mateku," gumam Dios dalam hati.