Chereads / Perfect_Paradise / Chapter 1 - Part 1

Perfect_Paradise

KiranaSaguaro
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 20k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Part 1

Azzura Ventoura POV,

#University Of Athens, Athena

Hidup adalah sesuatu yang dinamis! Apa aku benar? Berpacu dalam waktu dan mengejar sesuatu. Aku, kau, dan mereka mungkin saja berlomba-lomba untuk mendapatkan sesuatu yang sama.

Sebelum sesuatu itu menjadi milik orang lain, maka salah satu dari kita harus mendapatkannya.

Athena hanyalah sebagian kecil dari kota-kota sibuk di dunia. Di kota yang sibuk ini, aku menempuh pendidikan doktoral sekaligus menjadi pengajar untuk strata sarjana.

Apa itu hebat? Tidak... Itu biasa saja...

"Hei Azzura!"

Langkah kakiku terhenti. Mendengar nama pemberian mendiang kakekku disebut oleh seseorang, aku menoleh ke belakang dan terdapat dua wanita datang menghampiriku.

Ah... Mereka sahabatku, Cloudy dan Rachel. Mereka sepasang kekasih sesama jenis. Sampai sekarang aku heran... Bagaimana bisa aku bersahabat baik dengan mereka?

"Apa kau sibuk malam ini?" tanya Cloudy.

Aku diam mengingat-ingat agenda hari ini, "Tidak."

"Itu bagus!" sahut Rachel.

Cloudy dan Rachel saling menatap dan tersenyum seolah sedang menyepakati sesuatu.

"Aku dan Cloudy ingin mengajakmu ke bar malam ini. Ini bulan yang melelahkan. Kita banyak menghadapi tugas penelitian jelang kelulusan, aku rasa kau juga memerlukan hiburan."

"Aku menghargai hal itu, tetapi kalian tahu bahwa aku---"

"Ayolah Azzura, hanya malam ini. Mari santai untuk sebentar saja."

Aku memandang dua sahabatku, kemudian memandang jauh sejenak memikirkan keputusan yang paling tepat untuk menanggapi undangan mereka.

"Baiklah."

Keduanya tersenyum, "baiklah, The Clumsies pukul sembilan malam," ucap Rachel.

Aku hanya tersenyum melihat keduanya pergi menjauh.

Sungguh? Mereka pergi begitu saja setelah aku menyetujui undangan itu. Ah... Baiklah, aku tidak mau peduli. Akan lebih baik jika mereka segera pergi dari lingkungan kampus.

Aku tidak ingin Cloudy menjadi bahan gosip karena kedekatannya dengan Rachel. Hubungan mereka bisa saja ketahuan jika mereka terlalu lama bersama di lingkungan kampus.

Aku juga tidak mengerti mengapa Cloudy harus memilih jalan untuk menjadi penyuka sesama jenis. Padahal Cloudy bukan sekedar mahasiswa doktoral, ia juga pengajar untuk strata sarjana sepertiku.

Aku, Cloudy dan Rachel bukan hanya sekedar sahabat. Kami juga rekan kerja. Aku turut menjadi pemilik sebagian saham club itu. Namun aku tidak pernah memusingkan bisnis club itu. Aku memercayai Cloudy untuk mengelola pembagian keuntungan dari bisnis ini. Aku rasa, Rachel dan Cloudy mulai memiliki hubungan sejak sering bersama mengelola Dragonfly Club.

Aku melanjutkan perjalanan melewati gedung utama kampus. Setelah keluar gerbang utama aku berbelok ke arah kanan menghindari jalan raya, ini adalah Athena dan aku hidup di tengah kompleks kampus.

Athena bukan hanya kota yang menyimpan historis peradaban manusia dan mitologi dewa dewi yunani, kota ini lebih dari sekedar semua itu. Terdapat banyak universitas di sini, membuat kota ini menjadi pusat pendidikan.

Setelah melewati empat blok aku mengambil arah ke kiri dan memasuki hunian rumah dengan warna dinding dominan putih.

Aku masuk ke dalam hunian yang telah menaungiku selama satu tahun dan menjadi tempat yang hangat di tengah pelarian.

Pelarian? Ah... Lupakan saja.

Di Athena, di kota yang sangat sibuk ini, aku tak bisa lari dari apapun, kecuali bersembunyi di balik selimut.

Aku meletakkan buku catatan harian, isinya bukan catatan harianku, hanya sebuah buku dengan catatan-catatan kecil yang ku dapatkan dari materi perkuliahan hari ini.

Aku melepaskan blazzer coklat tua yang sempat kupilih sebagai pakaian kuliah hari ini, blazzer itu berakhir di sofa empuk berwarna mocca.

Tubuh yang lelah pun menyusul untuk duduk di atas sofa. Aku menatap cermin super besar dan lebar di hadapanku. Cermin yang menutupi hampir seluruh dinding yang letaknya tepat di depan sofa tamu.

Sampai hari ini aku tak mengerti mengapa aku memilih dinding itu untuk meletakkan cermin yang terukur sangat besar.

Kemeja putih dengan dua kancing teratasnya terbuka, rambut coklat bergelombang dan kulit cerah.

Aku memandang diriku sendiri dalam cermin. Apa kiranya yang dilakukan wanita asia berusia 28 tahun di tengah kota ini?

Aku menaikkan kakiku ke sisi sofa yang lainnya dan perlahan memejamkan mata.

Apa yang diucapkan Rachel benar, seminggu ini kami disibukkan dengan sederet tugas penelitian dan rasanya tubuh ini sudah menjerit memohon untuk beristirahat dengan tenang.