Chereads / KILLER GIRL / Chapter 2 - KG 1 • Matre

Chapter 2 - KG 1 • Matre

.

.

.

"Lah ngapa Lo, Na? Muka udah jelek jangan di jelek jelekin gitu dong," Ucap seorang gadis yang baru saja datang menghampiri Shavana kemudian dengan santainya menduduki meja di hadapan Shavana.

"Berisik Lo! jangan bacotin gue dulu." Jawab nya ketus

"Elah sensi banget. Pms Lo?"

"Fan mending Lo diem deh. Ntar gue gamparin sampe subuh juga, lo."

Mata Fanya membola "Baperan kaya cewe."

"Gue emang cewek! Emang Lo pikir selama ini gue apa hah?!" Sungut Shavana dengan mata melotot ke arah Fanya

"Iya Lo emang cewek. tapi, jiwa Lo laki, Na," Jawab Fanya berniat menggoda sahabat gilanya itu.

"Tai Lo!" Umpat Shavana.

"Eh tapi serius nih ya, tuh si botak ngapa demen banget ngerusuhin Lo ya?" Tanya nya pada Shavana

"Kalo Lo nanya ke gue, gue nanya ke siapa Anjir?!!"

Fanya menatap Shavana dengan mata memicing."Sewot Mulu heran deh, gue."

"Maka nya mending lo diem deh."

"Na, Lo tau kan? Kalo gue diem itu, rasanya kayak mau ayan, Na."jawab Fanya mendramatis.

"Amin."

"Bangsat!" Kesal Fanya

"Na, nanti malem, mau gak temenin gue?"

"Ngapain?"

"Ketemuan sama calon gebetan." Jawab Fanya santai

"Lagi?"tanya Shavana kesal.

"Na, Lo tau lah kalo yang kemarin kemarin itu nggak ada  yang cocok sama gue. Jadi, nanti Lo temenin gue ya pliss," Ucap Fanya dengan wajah memelas

"Yang kemarin itu bukan nggak cocok sama Lo! Tapi Lo nya pilih pilih anjir. Ogah ah." Tolak Shavana kesal.

" Ayolah Na, pliss," ucapnya memohon.

"Udah tau gimana orangnya?" Tanya Shavana tidak santai.

Fanya menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Belom sih-- tapi kan...."

"Tuh kan! Ogah. Lo aja sana sendiri." Kukuh Shavana memotong ucapan Fanya.

"Yang kemaren-kemaren aja kagak jelas." Lanjutnya

"Yaelah Na, ayolah plis, sekali ini aja. Lagian juga cowok yang kemaren itu, gue bisa ngebaca tuh cowok dari mukanya. Keliatannya tuh dia pelit, masa iya gue pas jalan sama dia cuma makan angin doang? Bukan gue banget."

Sementara Shavana hanya memasang wajah malas mendengar ucapan Fanya. Sahabat gilanya itu benar benar  matre.

"Lo nya aja yang matre kampret!" Sarkasnya

"Hey anak muda! Dengerin nih ya mamah muda berbicara. Matre itu wajar sayang, kalo ada cowok yang bilang kita sebagai cewek itu matre. Berarti dia gak mampu mencukupi kita, gak punya uang tuh berarti!" Jawab Fanya menggebu-gebu.

"Serah Lo," ucap Shavana malas.

...

"Woyyy perhatian! Hari ini pak Didin nggak Dateng, jadi kita freeclass lagi." Andi sang ketua kelas berteriak di depan sambil menaiki salah satu kursi yang ada di sana untuk mengumumkan bahwa guru kesayangan mereka tidak hadir dikarenakan sakit.

Hal tersebut tentu saja membuat seisi kelas bersorak gembira.

"Kantin aja yuk Fan?" Ajak Shavana pada Fanya yang sedang menelengkupkan wajahnya di meja.

"Ayo lah, laper gue. di sini juga berisik anjir,"

Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri koridor menuju kantin.

Saat tiba di pintu kantin, Shavana menghentikan langkahnya, mata nya memicing tajam melihat siapa yang berada di dalam kantin.

"Balik deh fan, ada dedemit," Ucap Shavana mengarahkan dagunya ke pojok kantin.

"Cuek aja sih Na, anggap aja ghaib," Jawab Fanya cuek.

Shavana hanya berdecak kesal, kemudian berjalan menuju meja yang berada di tengah kantin, Shavana berlalu begitu saja mendahului Fanya.

"Dasar bagong! Gue di tinggal," kesal fanya sambil berlari kecil menyusul Shavana.

....

"Ken, doi tuh," ucap Rahmat sambil memonyongkan bibirnya menunjuk ke arah Shavana.

Membuat Keenan dan satu lagi temannya Daffa menengok ke arah yang di tunjuk Rahmat.

Setelah melihat objek yang di tuju, wajah Keenan langsung sumringah menatap ke arah gadis galak itu.

"Gue kesana dulu." Pamit Keenan pada teman temannya

"Siipp, take care bro," Jawab Daffa.

Keenan mengangguk, setelahnya, langsung melesat begitu saja.

Daffa dan Rahmat tak habis pikir dengan laki-laki itu. Dari awal masuk sekolah tak pernah menyerah mengejar gadis blasteran yang galaknya seperti ibu tiri. Dasar bebal.

Sampai di tempat yang di duduki Shavana dan Fanya, Keenan langsung duduk begitu saja di sebelah kanan Shavana, sebelah tangannya ia gunakan untuk merangkul bahu gadis itu. Sementara tangan kanannya ia gunakan untuk mencomot kerupuk nasi goreng milik Shavana.

Shavana yang melihat nya langsung melotot marah kepada Keenan, di tepisnya tangan Keenan dari bahunya, kemudian menarik piring nasi goreng miliknya saat Keenan akan mencomot kerupuk miliknya untuk kedua kali.

"Ngapain Lo kesini?!" Tanya Shavana galak. Matanya melotot tak terima

"Jangan gitu dong cantik, kan gue jadi gemes," ucap Keenan dengan santainya, sambil mengacak-acak Surai Shavana.

"Diem Lo!" Seru Shavana sambil menepis tangan Keenan yang berada di kepalanya.

"Galak, tapi Ken suka,"  ucap Keenan genit.

"Najis!" Jawab Shavana ketus. Kemudian memakan makanannya dengan santai seolah tak ada Keenan di sebelahnya.

Keenan yang tangannya tidak bisa diam, terulur untuk memainkan rambut Shavana sesekali menariknya pelan membuat Shavana berdecak kesal, sesekali juga menepis tangan Keenan.

Namun Keenan tetaplah Keenan, si manusia botak bebal itu tak terusik sedikit pun.

"Gue duluan," ucap Shavana pada Fanya.

Kemudian berlalu pergi

"Lah sial gue di tinggal. WOII NA TUNGGU MAKANAN GUE BELOM ABIS NIH!" Teriak Fanya namun tak di hiraukan oleh Shavana.

Keenan terkekeh sambil menatap punggung Shavana yang perlahan hilang dari pandangannya.