Pesta mewah itu berakhir pada tengah malam. Rich dan Nara menginap di hotel kamar 210, kamar yang pernah menghiasi hari-hari Nara dan Diego. Brian, Vanessa, Dom, Shelly serta kedua orang tua Rich dan Nara pulang ke kediaman mereka di Barcelona.
Kamar Rich dan Nara sudah di hiasi dengan lilin yang indah dan semua aksesoris berwarna putih. Rich melepaskan Suit dan Dasinya kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Buka sepatu dulu baru tidur" ucap Nara sambil duduk dan melepaskan perhiasan yang menghiasi kepalanya tadi.
Rich tak berkutik sedikitpun dan tak berniat untuk membuka sepatu nya. Nara selesai melepaskan perhiasan dan beranjak mendekati Rich lalu melepaskan sepatu Rich. Rich terkejut melihat perbuatan Nara.
"What are you doing?" Rich terkejut.
"Bukain sepatumu" jawab Nara
"Ngapain?"
"Biar rapi" Nara selesai membuka sepatu Rich ia beralih ke lemari baju dan berencana mengganti bajunya.
Nara memakai gaun piyama malam berwarna cream. Ia membiarkan Rambut hitamnya terurai indah lalu berjalan mendekati Rich yang tertidur di sofa.
"Rich bangun! Ganti baju sana!" Nara memegang bahu Rich dengan lembut.
Rich membuka matanya lalu terkejut melihat Nara yang berada dekat dengannya.
"Kenapa sih?" Tanya Nara ketika Rich menatapnya aneh seperti itu.
"Gak, aku mau ganti baju" Rich beranjak pergi menuju ke lemari baju dan mengambil baju yang akan dikenakan.
Nara duduk di depan meja rias lalu mengambil handphone nya dan menelpon seseorang.
"Halo Nara!" Sapa penerima telepon.
"Gisel, gak ganggu gak nih?" Tanya Nara.
"Gak kok"
"Yakin? Udah jam dua malam loh"
"Aku masih di kantor FBI nih, lembur. Banyak tugas dari Captain hobs"
"Aku cuma mau nanya kabar aja sih" ucap Nara.
"Aku baik, kamu?" Tanya Gisel.
"Aku .... Baik juga sih, dikit" jawab Nara.
"Hhmm, aku tutup dulu ya" Gisel menutup panggilan tersebut secara sepihak.
Nara menghela nafas panjang. Ia bingung harus berbuat apa disini? Berdua dengan Rich selama dua hari!
Beberapa saat kemudian Rich keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos dan celana boxer berwarna putih diatas lutut.
Nara melirik ke arah Rich sebentar lalu kembali melanjutkan aktivitas bermain game di handphone nya lagi.
Rich berjalan mendekati Sofa dan merebahkan tubuhnya.
"Ngapain? Katanya mau tidur" Tanya Nara.
"Nih kan tidur" jawab Rich sambil menutup matanya.
"Jangan tidur disitu, disini aja" Nara duduk di kasur.
"Maksudmu?"
"Tidur disini, jangan di sofa ntar sakit"
"Gak apa" Rich mengambil selimut dikaki ranjang tidur.
Nara bangun lalu mencegat tangan Rich. "Tidur disini! Jangan bandel deh!" Omel Nara sambil menidurkan Rich dan menarik selimut untuknya.
"Kamu kenapa sih?" Rich kebingungan dengan sikap Nara.
"Maksudmu?" Nara makin kebingungan.
"Kenapa jadi peduli denganku?" Rich memperjelas pertanyaannya.
"Karna aku sekarang Istrimu!" Jawab Nara sambil tidur disebelah Rich dan menarik selimut.
"Tapi itu kan hanya didepan orang"
"Janji yang ku ucapkan malam ini adalah janjiku pada Tuhan dan aku akan bertanggung jawab atas janjiku kelak dihadapan Tuhan" jelas Nara.
"Tapi kan--"
"Good Night" Nara mematikan lampu tidurnya. Rich berdecak heran melihat tingkah laku Nara setelah pesta tadi.
*** *** ***
Sinar-sinar kecil matahari menyapa pipi Rich. Rich terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke sisi kiri untuk melihat Nara namun dia sudah bangun lebih dulu. Rich bangun lalu masuk ke kamar mandi dan menyikat giginya lalu mandi.
Selesai membersihkan diri Rich menuju Dapur kecil yang berada di kamarnya. Terlihat Nara sedang memanggang Roti menggunakan alatnya.
"Morning" sapa Rich.
"Oh kamu udah bangun! Bentar lagi kita sarapan!" Nara tersenyum tipis.
Rich hanya mengangguk lalu membuka freezer dan mengambil dua kaleng Softdrink dan meletakkannya di atas meja makan. Rich duduk di kursi meja makan yang hanya tersedia dua kursi.
"Sarapan Datang!" Nara membawakan dua piring roti bakar isi.
"Hore!" Rich kegirangan seperti anak kecil.
"Kayak anak kecil aja" Nara tertawa kecil dan dibalas oleh Cengengesan Rich.
Rich dan Nara menikmati sarapan mereka tanpa ada obrolan sedikitpun. Handphone Rich berdering disaat sarapannya belum habis.
Drrt! Drrt! Drrt! Rich mengabaikan panggilan tersebut. "Dari siapa sih?" Tanya Nara yang merasa terganggu karena Rich tak mengangkat panggilan tersebut.
"Brian"
"Angkat aja" saran Nara.
"Gak penting, palingan cuma mau ganggu aja" Rich menolak cuek.
"Udah angkat!" Seru Nara.
Rich menghela nafas berat dan mau tak mau mengangkat panggilan dari Brian.
"Kenapa sih?" Rich to the point.
"Daniel dan Sam berulah lagi"
"Biarin aja mereka lakukan apa yang mereka mau!" Respon Rich dengan sangat tenang.
"Tiga gudang narkobamu di bakar, termasuk dengan basecamp" tambah Brian.
Rich menghentikan gerakan tangannya yang menyantap roti panggang buatan Nara. Ekspresinya yang tenang berubah menjadi terkejut dan marah. Mata nya mulai memerah.
"Ada apa Rich?" Tanya Nara penasaran.
"Pacar mu berulah lagi"
"Maksudmu Sam?"
Rich hanya mengangguk mengiyakan. "Apa yang terjadi? Dan tolong jangan panggil dia pacarku"
Rich tak menjawab, dia masih diam seribu bahasa. "Basecamp mana saja yang dibakar?" Tanya Rich.
"Delton, Chinatown, dan di wheltown" jelas Brian.
"Artinya aku hanya punya dua basecamp lagi" ucap Rich.
"Ya di Madrid dan di City Hunter. Aku berhasil melacak Daniel, dia sekarang di Madrid. Mungkin berencana untuk membakar gudangmu di Madrid" Brian memberikan semua informasi yang ia miliki.
"Thanks Brian, aku tutup telfonnya" Rich mengakhiri panggilan tersebut.
Rich mengusap-usap wajahnya. Bisnis yang ia rintis selama delapan tahun yang lalu kini diambang kehancuran. Mata Rich kian memerah dan wajahnya merah padam menahan kemarahannya. Nara Mulai gelisah, ia takutk Rich akan melakukan hal yang dilakukannya saat di Jepang dulu.
Rich bangun lalu membuka Freezer dan mengambil satu botol anggur penuh buatan perusahaan keluarganya. Rich kembali duduk di meja makan kemudian menuangkan anggur itu ke gelasnya hingga penuh lalu meneguknya dengan satu tegukan. Karna anggur itu buatan keluarga Collingwood, Nara tidak khawatir. Satu botol habis diteguknya sendiri dalam waktu singkat dan Rich muslim mabuk.
Rich kembali bangun dan membuka Freezer dan mengambil satu botol alkohol. Ia langsung meneguknya tanpa duduk ataupun memakai gelas. Nara mendekati Rich dan lalu merebut botol alkohol tersebut dari tangan Rich.
"Kembalikan!" Perintah Rich.
"Gak akan!"
"Cepat kembalikan!" Suara Rich mulai meninggi.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Nara.
"Kau ingin tahu? Sam keparat itu membakar tiga gudang dan basecamp ku! Kau tahu berapa banyak orang mati terbakar? Di satu Basecamp ada lima orang dan di satu gudang ada tujuh orang yang berjaga! Jadi 36 orang mati terbakar!" Rich mencengkram bahu Nara dengan sangat kuat hingga Nara meringis kesakitan.
Saat Nara meringis kesakitan Rich langsung melepaskan cengkeramannya. Rich mulai sadar dari mabuknya dan ia sadar bahwa telah melukai Nara.
"Maaf aku kelewatan" Rich merasa bersalah.
"Gak apa, kamu lagi emosi. Aku paham" Nara mengusap-usap punggung Rich memberikan kekuatan.
"Aku mau keluar, Saatnya Berburu!" Rich beranjak pergi namun tangannya dicegat oleh Nara.
"Aku ikut" pinta Nara.
"Gak!" Tolak Rich.
"Aku harus membantumu menangkap Daniel. Ingat kita ini Satu team" kekeh Nara.
Rich menghela nafas panjang lalu mengangguk setuju. Nara memberikan senyuman penyemangat.
"Kira harus ganti baju, pakai seragam FBI" ucap Nara yang dibalas oleh anggukan Rich.
*** *** ***