Dua jam kemudian ponsel nara berdering, sebuah panggilan dari diego.
"Dimana aku harus menjemputmu?"
"Ah kau diego, kenapa gk ucapkan hello terlebih dahulu?" Gerutu Nara.
"Baiklah, Hello Nara!"
"Kau bisa menjemput ku di apartementku di daerah vice city"
"Oke, aku sudah berada di apartementmu sekarang".
"Jangan bercanda diego!"
"Iya serius. Kau bisa membuka pintu dan melihat aku dengan jelas"
Nara lalu melangkah mendekati pintu dan membukanya. Benar saja, diego sudah berdiri di depan pintu dengan jaket kulitnya ia tenteng.
"Kalau udh tau alamat aku ngapain nanya?" Gerutu nara
"Hanya untuk memastikan saja" diego cengengesan.
"Tunggu di lobi aja, aku akan mengganti bajuku dulu setelah itu baru berangkat".
Diego mengangguk lalu turun menunggu di lobi. Sepuluh menit kemudian Nara turun dengan tas jinjingnya.
"Aku sudah siap, ayo berangkat!" Perintah nara berjalan lebih dahulu dari diego.
Diego lalu menyetir dengan kecepatan 90 km/jam. Nara sedikit risih dengan kecepatan diego berkendaraan.
"Kau ini polisi, bagaimana bisa kau menyetir dengan kecepatan diatas rata-rata dan menyelip dengan mudah" tanya Nara dengan wajah penasaran nya.
"Aku punya pekerjaan lain sebelum kau mengenalku"
"Jadi kau dulunya adalah pembalap mobil liar dan akhirnya menjadi polisi?"
"Pacarku terbunuh karna kecelakaan saat balap liar. Sejak saat itu aku membenci balapan liar dan aku menjadi polisi untuk memberantas pembalap-pembalap liar lainnya" diego mulai mengarang cerita sesuka hatinya.
"Jadi kau trauma?"
"Bisa dikatakan seperti itu"
"Tapi jika kau trauma, kenapa kau masih bisa membawa mobil dengan sangat kencang lagi?" Tanya nara heran.
"Sudah kau diam saja"
Setelah diego berkata seperti itu nara menutup rapat mulutnya tentang masalah pribadi diego. Setelah memasuki kota madrid, diego mencari hotel untuk mereka beristirahat selama berada disini. Ia menghentikan laju mobilnya diparkiran sebuah hotel berbintang 5 yaitu Madrid Hotel. Mereka lalu melangkah masuk ke dalam hotel untuk mencari kamar.
"Diego, ini hotel berbintang 5 dan pasti sangat mahal"
"Tenang saja aku yang bayar"
"Gajimu sebulan bisa habis hanya untuk membayar hotel ini satu malam"
"Udah diem!Kamu itu seorang putri pengusaha besar yang pasti hidup dengan harta berlimpah. Aku gak mungkin membiarkan kamu tidur di sebuah hotel berbintang 2 ataupun berbintang3"
Nara kembali menutup mulutnya rapat rapat lagi mendengar ucapan diego yang sedikit membuatnya terkejut.
"Selamat malam, tuan & nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa wanita resepsionis
"Saya ingin memesan dua kamar" ucap diego.
"Maaf tuan, tapi hanya tersisa satu kamar lagi"
"Diego, kita cari hotel lain aja" nara berusaha mengajak diego untuk pergi.
"Mau sampai jam berapa nara? Sekarang udah jam dua dini hari!"
"Berapa semalam miss?" Tanya diego pada resepsionis
"Hanya 150 koruna(mata uang spanyol) untuk satu malam" jawab resepsionis dan membuat nara sedikit terkejut.
"Baiklah miss. Saya ambil kamar ini untuk 3 hari 2 malam"kata diego sambil mengeluarkan uang sebanyak 1000 koruna dari dompetnya kemudian memberikan pada resepsionis.
"Terima kasih tuan & nyonya. Ini kunci kamarnya" kata repsionis tersebut menyerahkan kunci kamar pada diego.
Diego tersenyum sekilas pada repsionis tersebut lalu menari tangan Nara untuk berjalan mencari kamar dengan nomer 210 yang katanya berada di lantai 3.
"Ini dia kamarnya" diego membuka pintu dan membiarkan nara masuk terlebih dahulu.
Terlihat kamar hotel itu sangat luas. Terdapat satu tempat tidur, kamar mandi yang luas, ada sofa, dan dari luar kita bisa melihat seluruh kota madrid. Benar benar hotel berbintang lima.
"Indah sekali" nara berdecak kagum saat melihat keluar.
"Apa kau belum pernah kesini sebelumnya?" Diego heran dengan reaksi nara.
"Aku hanya sekedar lewat. Belum pernah menetap seharian di madrid. Lagi pula aku baru 2 tahun pindah ke spanyol"
"2 tahun dan kau belum pernah menghabiskan seharian pun di madrid? Sayang sekali"
"Sebelumnya aku dijerman. Orang tuaku tinggal di sana. Ayahku berasal dari jerman sedangkan ibuku dari jepang"
"Karna itulah namamu Nara Holmes?"
"Mungkin saja, setelah aku menjadi FBI, tugasku selalu berpindah-pindah. Sebelum di jerman aku lebih dahulu ditugaskan di amerika, tepatnya di LA"
"Jadi dimana orang tuamu sekarang?"
"Mereka ikut denganku pindah, seperti yang kau tahu ayahku adalah seorang pengusaha senjata, tapi sebelumnya dia adalah tentara jerman. Setelah 10 tahun dimiliter ayahku pensiun dan meneruskan perusahaan keluarga kami"
"Jadi keluargamu memang berdarah militer dan bisnis"
Diego tersenyum sinis pada nara tapi nara tak dapat melihatnya karna membelakangi diego.
"Mungkin saja" kata nara membalikkan tubuh nya dan berjalan kearah sofa lalu duduk disana.
"Udah malam, sebaiknya kamu tidur sana!" Ucap Diego
"Maksudmu kita akan tidur seranjang?" Tanya nara tak percaya.
"Jangan ngaco! Kau tidur disana dan aku akan tidur di sofa" diego menunjuk kearah tempat tidur.
Nara menarik nafas lega, ia kemudian bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk mengganti pakaian tidur. Beberapa saat kemudian nara keluar dengan piyama panjangnya kemudian berbaring dikasur yang empuk. Setelah diego cukup yakin bahwa nara sudah tertidur pulas, dia menelpon Brian.
"Hai rich!" Sapa brian.
"Halo brian. Aku sekarang berada di madrid"
"Untuk apa?"
"Untuk membajak kirimanku" diego tertawa kecil
"Sedikit lucu sih kalau kamu membajak kiriman kamu sendiri" brian tertawa di ujung sana.
"Aku juga merasa ini aneh"
"Baiklah rich, apa saja yang harus aku lakukan?"
"Kau kirimkan anak buah kita untuk menggagalkan rencana mereka. Kalau perlu tembak mereka" perintah diego.
"Aku mengerti"
"Oh ya brian, aku ingin kau melakukan sesuatu besok!"
"Apa?"
Diego lalu memberitahu apa yang harus dilakukan oleh brian besok.
"Baiklah rich, akan aku usahakan"
"Selehai saudagar" diego sengaja menggantungkan ucapannya karna ia yakin bahwa brian akan melanjutkan ucapannya.
"Sepemberani pejuang" sambung brian dan mengakhiri panggilan tersebut. Diego tersenyum licik membayangkan jika besok rencananya akan berhasil dan menggagalkan rencana Nara.
"Aku tidak akan membiarkan ini menjadi mudah" guma diego.
*** *** ***