Chereads / Balasan Atas Cintaku / Chapter 16 - 16. Akhirnya

Chapter 16 - 16. Akhirnya

1 bulan kemudian...

Lulla sedang memperhatikan Miya dan Mey yang bicara tanpa henti. Ia tidak mengerti kenapa manusia bisa kelewat hiperaktif begini. Tawa dua orang itu lolos saat selesai membicarakan sebuah gosip dan berganti dengan gosip lainnya. Lulla memang hanya jadi pendengar, tapi ia sudah mulai bisa beradaptasi dengan dua orang itu, dan mereka jadi makin lengket seperti tiga sekawan sekarang ini. Ke kantin bertiga, ke perpustakaan bertiga, dan kerja kelompok selalu minta bertiga.

Berteman dengan orang yang banyak bicara ternyata tidaklah mengganggu sama sekali. Justru karena mereka banyak tertawa, kebahagiaan yang mereka pancarkan tertular pada Lulla. Iya, sekarang tawanya sudah bisa lepas, dan kondisi mentalnya sudah lebih baik, sebaik saat belum bertemu yang namanya Arvan Oktano.

"Ku dengar anak-anak pertukaran pelajar pulang hari ini." Miya memulai cerita baru lagi.

"Benarkah? Tapi pacarku tidak memberitahuku apapun." Sungut Mey sambil mengaktifkan layar ponselnya.

"Berarti kau tidak penting di hidupnya." Ujar Miya iseng.

"Eh enak saja. Aku akan menonjoknya kalau sampai itu terjadi. Oh, ini dia mengirimiku pesan." Mey agak melompat kegirangan mendapat pesan dari orang yang ditunggu-tunggu.

"Tapi... apa Oktano menghubungimu, Lulla?" Miya bertanya hati-hati.

Lulla menggeleng. "Dia bilang akan menghubungiku kalau sudah sampai sini."

"Kapan dia bilang itu?"

"Satu minggu yang lalu." Lulla mengedip polos.

Oktano masih sama kok, masih tidak peka. Hanya saja intensitas berkirim pesannya dengan Lulla lumayan meningkat setelah malam itu. Yang tadinya tidak pernah berkirim pesan, kini meningkat jadi 1 kali seminggu. Itu saja sudah lumayan, pikir Lulla.

Buku-buku sudah dibereskan dari meja, dan mahasiswa di kelas ini, bahkan dosen sudah melangkah pergi meninggalkan kelas. Tapi Lulla jadi yang terakhir beranjak dari tempat duduknya karena Miya tiba-tiba memintanya untuk menjaga tasnya dulu, orangnya sendiri ada urusan mendadak di toilet.

Di saat ia baru saja berdiri, seseorang yang tinggi besar menubruk tubuhnya, memeluk Lulla dengan sangat erat.

"Aku sudah tahu sekarang, Lulla." Ujar orang itu sambil kembali mengeratkan pelukannya.

Lulla batuk-batuk karena sesak napas.

Oktano melepaskan pelukannya, dan tangannya kini beralih menangkup kedua pipi Lulla. Mereka saling beradu tatap tanpa banyak kata, dan selanjutnya Oktano mendekatkan wajahnya untuk mencium Lulla tepat di bibirnya.

Lulla sendiri sudah lemas sejak tadi, apalagi karena ciuman Oktano yang kelewat lembut.

"Aku yang bodoh di sini, aku minta maaf." Oktano menatap tepat di mata gadisnya.

Lulla menyingkirkan tangan Oktano dari pipinya, memilih untuk meletakkan dua telapak tangan itu ke dalam genggamannya.

"Kau tahu, ku rasa kita sama-sama bodoh." Lulla lantas tersenyum setelah mengatakannya, begitupun Oktano yang mendengarnya.

"Aku selalu salah paham padamu, melakukan banyak hal untuk balas dendam, tapi ternyata kau belum membuka isi suratku. Itu membuatku malu."

Oktano terkekeh. "Aku harusnya bisa lebih berani. Pengecut sepertiku juga merasa malu karena disukai oleh orang sepertimu."

Sekali lagi Oktano memeluk Lulla erat.

"Semua salah paham ini sampai di sini saja, mengerti? Ah, aku rasanya bisa gila kalau menahan perasaanku lebih lama lagi."

Lulla sendiri hanya semakin mengusakkan kepalanya di bahu Oktano. Mengiyakan.

---

Oktano yang baru saja pulang dari luar kota langsung melesak masuk kamarnya. Ucapan 'selamat datang kembali di rumah' yang diucapkan ibunya sambil membawa kue pun hanya ia respon singkat. Ia harus memastikan sesuatu dulu.

Di atas rak buku ia meletakkan hadiah dari Lulla, sengaja ia taruh di tempat tinggi agar tidak ada yang banyak tanya. Ia masih ingat saat Lulla bilang menulis sepucuk surat dibalik origami bintang paling besar.

Benar saja, saat Oktano membuka toples penuh origami itu, ada satu origami bintang paling besar berwarna ungu.

Ia memandangi bintang buatan itu sejenak.

"Dasar bodoh, kenapa kau baru membukanya sekarang, Oktano!" Ia memaki-maki dirinya sendiri.

Dibukanya origami itu dengan hati-hati agar tulisan yang ada di dalamnya tidak mendadak robek. Sesaat setelah membaca tulisan mungil itu, Oktano tertegun.

'Kalaupun kita tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya,

aku tetap ingin kau jadi milikku untuk sebentar saja.

Aku ingin bisa jadi bagian dari hidupmu,

meski hanya satu kali dalam seumur hidupku.'

THE END

.

.

.

A/N : Jangan lupa mampir ke akun wattpadku (starsinbottle) untuk banyak cerita lainnya 💕