Chereads / Al Kahfi Land 1 - Menyusuri Waktu / Chapter 9 - Pantas Tak Pantas

Chapter 9 - Pantas Tak Pantas

Al Kahfi Land, Depok, 2004.

Di rumah Segi Empat Santoso bicara tentang permasalahan kantor pada Erlangga. Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, mumpung Erlangga bisa bicara tanpa marah-marah.

"Oke San, besok kita udah bicara lebih banyak tentang SDM dan soal keributan Desmond dengan Ali Tanjung. Sekarang gue mau balik ke anak buah Desmond yang ruangannya ada di ujung itu, siapa tadi nama panggilannya?" tanya Erlangga.

"Widi, Pak," jawab Santoso.

"Oh iya, Widi. Gue suka banget sama semua karya dia, lulusan mana sih?" tanya Erlangga.

"Sebentar, saya lihat datanya." Santoso membolak-balik kertas-kertas dokumen Widi.

"Sini gue lihat," pinta Erlangga.

Santoso menyerahkan kertas-kertas yang dipegangnya. Erlangga serius mengamati dokumen tentang Widi.

"Oh! Widi ini kan arsitek yang gue terima padahal belum sarjana itu. Karena ditolak Desmond, dia minta kesempatan bikin sketsa desain rumah kotak ini, ke elu kan?" tanya Erlangga.

"Betul, Pak," sahut Santoso.

"Hmm Widi, arsitek rumah Segi Empat ini. Berarti dia sudah kerja di sini sekitar hampir 3 tahun. Pengalaman kerja sebelumnya, hah, sales mobil?" tanya Erlangga heran.

"Iya sales mobil, Pak," jawab Santoso sambil tertawa kecil.

"Kenapa ketawa, San?" tanya Erlangga.

"Sales mobil mewah, Pak. Mobil mewah, lho, hehe," sahut Santoso menekankan.

"Menurut lu, Widi pantesnya jadi sales bemo?" tanya Erlangga sambil tertawa.

"Astaghfirullah, bukan begitu pak," sahut Santoso.

"Ya begitu! Kalian semua enggak jeli ngeliat detail! Makanya kerjaan kalian sering gue lempar ke tempat sampah! Gini San, dia pernah jadi sales mobil mewah, lu tahu enggak artinya?".

"Mungkin dulu penampilan dia berbeda. Memang di sini dia sering panas-panasan naik motor untuk ngawasin proyek."

"Nah itu, Desmond keterlaluan! Kita kan punya banyak mobil kantor. Udah itu lihat nih, laporan lu tentang joblist anak ini, semua kerjaan penting dia yang pegang, anak buah Desmond yang lain ngapain?" tanya Erlangga.

"Itulah, Pak. Tadi saya sangat setuju saat bapak bilang posisi Desmond harus kita kaji ulang, begitu pula anak buahnya yang lain," jawab Santoso.

"Orang sebagus ini kalo ketahuan kompetitor pasti dibajak. Hmm, gini San, gue mau naikin posisi Widi buat gantiin Desmond. Orang bego enggak usah kita pelihara! Soal ini biar gue yang ngomong langsung ke Widi."

"Baik, Pak."

"Mulai hari ini kasih Widi, mobil baru kita, sama yang paling penting, komputer bututnya lu ganti dengan yang paling canggih. Malu-maluin aja ada barang butut di sini."

"Yakin Pak, yang butut cuma komputer aja?" tanya Santoso mulai berani memberi pertanyaan iseng.

"Tumben lu berani becanda. Eh Santoso! Gue ini arsitek! Enggak boleh ada pemandangan butut di sini. Bangunan aja bisa gue renovasi, apalagi orang?"

Santoso tersenyum. Justru Pak Erlangga yang tumben mau becanda. Biasanya ngamuk-ngamuk terus. Mudah-mudahan dia bisa kembali seperti dulu.

"Untuk sementara segini aja dulu, terima kasih" ujar Erlangga.

"Sama-sama, Pak."

*****

Sebenarnya Erlangga tidak perlu repot merenovasi Widi, jika ia mengenal Widi di masa lalu. Menjadi Widi yang sekarang memang sulit untuk tampil seindah rekan-rekan kerjanya di sini.

Desmond menyerahkan hampir semua pekerjaan pada Widi karena bisa selesai dengan cepat dan pasti diterima Erlangga.

Pagi hari, Widi sudah harus berada di kantor untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan perencanaan yang membutuhkan komputer.

Siang hari, saat matahari sedang kejam-kejamnya, Widi harus keluar kantor dengan motornya meninjau proyek. Kadang-kadang ia mendatangi beberapa tempat yang jaraknya berjauhan. Widi malas berebut dengan teman-temannya yang selalu mengangkangi mobil kantor untuk urusan pribadi.

Di lokasi proyek, Widi berhadapan dengan orang-orang lapangan seperti mandor, tukang, preman bahkan maniak. Laki-laki saja, kalau lembek bisa disikat, apalagi perempuan.

Tampil cantik juga akan menyulitkan Widi untuk berjingkat di atas genangan air, melangkahi adukan semen, berkelit dari cat basah, zig-zag di antara tumpukan material, memanjat plafon dan sebagainya.

Saat debu, asap, panas matahari, guyuran hujan, cipratan becek menjadi santapanmu setiap hari, maka kulit gosong, komedo, daki, keringat, bau badan dan kawan-kawannya akan mengawinimu secara paksa.

Jadi, siapa perempuan yang bisa tampil cantik di alam Widi? Pantas ia sering tampil tak pantas.

*****

Widi baru saja kembali ke kantor setelah mendatangi lokasi proyek. Suasana kantor telah sepi. Setelah tiba di ruangannya, Widi menyalakan lampu, ia tertegun melihat komputer baru di dekat komputer lamanya. Widi menemukan catatan, ia membacanya.

Widi baru tiba di ruangannya setelah mendatangi lokasi proyek. Ia menyalakan lampu ruangannya, meletakkan helm cetok dan beberapa barang dari proyek lapangan.

Widi tertegun melihat komputer baru di dekat komputer lamanya. Ia menemukan catatan, lalu membacanya.

Widi,

Pak Erlangga memberi komputer baru ini untuk mendukung pekerjaan kamu. Tolong kabari anak IT untuk ambil komputer yang lama setelah data pekerjaan kamu pindahkan. Terima kasih.

Regards,

Santoso

Widi tampak senang sekaligus heran. Ucup ngasih komputer baru? Kok dia tahu aku butuh komputer bagus, jangan-jangan orang yang di koridor tadi pagi itu Si Ucup?

Widi mendekati kaca jendela luar untuk melihat rumah Segi Empat. Kata Mbak Sumi, Si Ucup sering di sana kalo malam.

Widi berusaha mencari Erlangga di balik kaca-kaca rumah Segi Empat, ia menemukan bayangan seseorang yang tidak terlihat jelas, Ucup sholat? Kata Mbak Sumi, pas waktu jumatan Ucup malah sering sengaja gelar meeting, tapi kok? Sudahlah, yang penting sekarang dia sholat dan baik, mau ngasih komputer ini. Sayang, mukanya enggak keliatan.

*****