Sincerely
CoffeeShop, Kebon Sirih, 2014
Bijaksanalah saat kau mengetahui hal yang tidak orang lain ketahui. Mengakses dunia lintas waktu akan membuatmu terdampar di semesta tiada berdimensi, merubahmu menjadi insan terasing, dan tidak lagi sejalan pada anggapan tentang warna semesta. Sekali lagi kuharap, bijaksanalah saat kau kembali.
*****
Bandung, 1999
Bandung merupakan kota paling istimewa menurut Uge. Kota sejuk itu mampu membuat secangkir kopi hitam panas bereaksi cepat pada tubuh, melebur bersama darah, membanjiri otak kanan dengan segudang inspirasi.
Kata Uge, Bandung tidak seperti kota-kota dingin lain, kesejukannya malah membuat orang menjauhi selimut tebal. Atmosfernya membuat jari lincah merangkai kalimat, pensil menari di atas kertas, nada berjumpa syair, bahkan pisau cutter anak muda iseng, mampu menyulap benda sepele bernama kardus menjadi furnitur yang memenangkan kontes desain. Kota yang sangat memanjakan manusia otak kanan.
Uge pernah mendengar selentingan, konon Tuhan menciptakan kota Bandung saat tersenyum, sehingga ia menghubungkannya dengan tekstur nada bicara orang Bandung. Kata Uge, logat Sunda seolah mengikuti lekuk kurva senyum, sehingga ancaman preman sekalipun tetap terdengar ramah, tapi jangan lantas anda ingin membuktikannya. Lebih baik nada itu keluar dari mojang Priangan, karena menurut Uge, kecantikannya juga merupakan bukti lain kisah senyum tadi.
Itulah sebabnya kota Bandung dinobatkan menjadi kota yang penghuninya paling bahagia di muka bumi, tetapi sekali lagi, ini cuma konon atau katanya. Uge sendiri lupa, entah siapa yang pertama kali menceritakan kisah itu, yang jelas Uge mencintai Kota Bandung, sudah 4 tahun ia menetap di kosan Bodas untuk menimba ilmu di ITB jurusan arsitektur.
*****