Chereads / Sang Putri Merah Tua / Chapter 5 - Kedatangan Tamu... Lagi

Chapter 5 - Kedatangan Tamu... Lagi

Disebutkan dalam mitos negeri manusia: Sang Putri Merah Tua memiliki kekuatan yang dapat menghancurkan dunia. Karena itu, ia begitu kejam terhadap umat manusia. Membunuh, memburu, menindas, dan memusnahkan siapapun yang dianggap penghalang oleh sang putri. Maka dari itu, disebutkan bahwa ia dikutuk oleh alam semesta dan tak diterima keberadaannya di muka bumi.

Mitos tersebut ada dengan tujuan sebagai pengingat agar tidak sombong dengan kekuatan atau kelebihan yang dimiliki.

…namun Arifa melakukan semua itu karena kasih sayangnya terhadap makhluk dunia bawah yang ia kuasai.

..

.

"Ada apa Master Azofir?" tanya Fafnir setelah melihat sang raksasa diam mematung menatap langit-langit dalam waktu yang lama.

"Master Azofir?" Fafnir memanggilnya kembali.

"Yah… aku mengkhawatirkan Paduka di atas sana," jawab Azofir dengan suara tertahan.

"Hei, hei, Anda meremehkan kemampuan pelayanku?" tanya Fafnir dengan nada gurau.

"Tentu tidak. Namun kau pun menyadarinya, Paduka Arifa tak pernah berinteraksi dengan manusia. Apakah ia akan baik-baik saja, ya?" Azofir menunjukkan kekhawatirannya terhadap sang pemimpin.

"Bukankah kalian begitu dekat? Taruhlah kepercayaan padanya seperti ia memercayai kita!" ujar sang manusia naga tersebut dengan percaya diri.

"Hm… mungkin kau ada benarnya, aku saja yang rada paranoid belakangan ini,"

Azofir, ialah panglima iblis yang memiliki peringkat tepat dibawah Arifa. Bisa dibilang ialah wakil pemimpin dunia bawah. Ia adalah seekor iblis raksasa yang memiliki tiga mata membentuk seperti simbol radioaktif. Ketiga matanya tersebut dapat berputar arah dengan bebas seperti kincir angin. Badannya sebagian besar tertutup oleh kulitnya yang tajam-tajam dan keras mengalahkan baja terkuat di dunia. Tangannya yang luar biasa besar dan memiliki kuku yang sama besarnya dengan jari-jemari tangannya membuat dirinya tampak sangat menakutkan. Belum lagi ekornya yang panjang dan besar serta memiliki lapisan luar yang tajam pula. Walaupun Azofir memiliki sepasang sayap peri besar di punggungnya, ia tak dapat terbang. Ia lebih mengandalkan sepuluh kakinya yang tajam dan mirip kaki lipan.

Dikala Azofir menunggu kembalinya sang putri, ia memilih untuk bersemayam dekat kastil sang putri. Kalau ia berkeliling, maka kemungkinan besar ia akan menghancurkan jalanan yang ia lalui karena tubuhnya yang besarnya mengalahkan makhluk dunia bawah lainnya. Azofir kemudian mengaktifkan sihirnya lalu menampilkan peta hologram di depannya. Pada peta tersebut, ia dapat melihat bagaimana keadaan dunia bawah secara menyeluruh.

"Semuanya tampak baik-baik saja… hm?" Azofir menangkap adanya aktifitas abnormal pada peta.

"Tak terlalu mengganggu sih… tetapi ada baiknya kita lihat apa yang terjadi pada wilayah itu…" Azofir kemudian mengetuk suatu titik pada hologram tersebut. Alhasil, tampilan peta kemudian berubah menjadi sorotan layaknya kamera pengawas. Sorotan tersebut ada karena kelelawar-kelelawar yang memantau semua jalur di dunia bawah dari langit-langit.

"Wah, wah… bukankah ini menarik?"

Di layar hologram tersebut, ada seseorang yang tampaknya seperti manusia yang mengancam monster-monster di depannya dengan pedang. Azofir memutar posisi matanya agar ia dapat melihat lebih jelas lagi.

"Kukira para penakluk dungeon telah musnah, ternyata masih ada saja," sebut sang panglima menyengir. Dari mulutnya tampak uap mengepul ketika nafasnya dihembuskan. Ia kemudian memerintahkan beberapa makhluk kecil yang mirip seperti dirinya untuk pergi melihat manusia itu lebih dekat.

Sang penakluk dungeon yang dimaksud sebenarnya adalah manusia yang iseng datang dengan maksud penasaran akan kebenaran adanya dunia bawah. Ia memakai tak lebih dari zirah ringan dengan pedang yang tak terlalu hebat.

"J-Jika memang benar, ini pasti sudah termasuk wilayah dunia bawah…" kata manusia berjenggot putih tersebut dengan gemetaran.

"Tidak… ini memang benar-benar dunia bawah. Aku yakin itu! Jika tidak begitu, aku tak akan gemetaran seperti ini,"

Manusia tersebut memiliki beberapa luka di tubuhnya. Ia masuk ke dalam dunia bawah secara dengan menggunakan sihir tingkat tinggi. Alhasil, banyak pembuluh darahnya yang pecah akibat dari pemaksaan sihir tingkat tinggi tersebut.

"Dari tadi aku telah membunuh beberapa monster yang menyerangku entah dari mana. Mereka… bukanlah monster seperti di permukaan… aduh, ini terlalu menegangkan, apakah aku kembali saja ya?"

Si manusia lalu memutuskan untuk meneruskan untuk melihat lebih jauh lagi. Setelah itu, ia akan kembali ke permukaan. Namun di depannya…

"AH! M-Monster?! Tidak… itu adalah… IBLIS?!" si manusia terkaget setelah melihat sekumpulan makhluk kecil setinggi lutut yang berwujud mirip Azofir mendekati dirinya dengan agresif. Salah satu iblis itu berusaha mencabik manusia tersebut sambil mengeluarkan desisan.

"Kampret, orang lagi takut banget langsung dikejar-kejar iblis mini, ada-ada saja! HIYA!" manusia itu lalu bertempur melawan iblis-iblis kecil itu.

Ia mengayunkan pedangnya dengan cepat mengarah salah satu iblis yang terlalu dekat kakinya, ia memutar pijakannya lalu menebas salah satu iblis yang melompat kearahnya lalu dilanjutkan dengan tebasan ketiga mengenai dua iblis sekaligus.

"HAH!" si manusia itu melompat ke dinding bebatuan lalu ia mempertahankan posisinya dalam keadaan miring. Ia lalu merapalkan mantra sihir suci,

--Light of Heaven!

Bola cahaya besar meluncur ke arah kumpulan iblis-iblis kecil yang tak gentar bergerak ke manusia itu. Bola cahaya itu menyentuh salah satu iblis lalu meledakkan cahaya putih suci. Cahaya tersebut memusnahkan lebih dari dua puluh tiruan kecil Azofir.

"Guhah… gawat, atma-ku terpakai banyak untuk sihir tadi. Tetapi apa boleh buat, daripada aku mati disini…" si manusia agak terengah-engah. Ia kemudian melompat ke puncak batu yang ia pijak sebelumnya dengan miring.

"Hah…?!" si manusia terkejut, "eheheheh… ku memang bodoh. Mereka kan makhluk jahannam, tak mungkin mereka akan kalah dengan mudah,"

Di pandangannya masih terdapat iblis kecil, malahan lebih banyak jumlahnya.

"Tempat ini memanglah dunia bawah… tampaknya aku harus kembali sekarang dan memberi tahu yang lain, hup!" manusia tersebut melompati beberapa batu dengan cepat. Ia ingin segera keluar dari tempat aneh tersebut.

"Cukup sampai disitu, cacing tanah!"

"Urgh?!"

Si manusia terhenti karena di depannya berdiri iblis yang memiliki postur tubuh manusia dan memiliki tubuh bercangkang dan ekor kalajengking.

"S-Siapa kau?!" tanya si manusia dengan paksa.

"Wah, wah… kasar sekali. Sadarilah posisimu, dasar cacing! Hah, Manusia memanglah musuh makhluk dunia bawah, ya," ujar sang iblis.

"A-Apa?! Jadi tempat ini benar-benar dunia bawah?" tanya sang manusia dengan agak gemetaran.

"Tentu saja," balas sang iblis dengan percaya diri. "Kau bilang kau akan kembali ke dunia mu? Itu sudah mustahil, sob. Kau tak akan kubiarkan kembali dan memberi tahu kawanmu, karena hal tersebut akan merepotkan bagi ratu kami!" tambahnya.

"Ratu…? Ti-Tidak mungkin, apakah pemimpin mereka… tsk!" Si manusia lalu menarik pedangnya kembali, ia pun menghunuskan pedangnya lalu mengaktifkan sihir suci pada pedangnya.

"Oya, oya, apakah kau ingin bertarung denganku?" tanya sang iblis dengan congkak.

"Beritahu kami, siapakah ratu kalian?" si manusia tersebut bertanya lantang.

"Hah? Seorang makhluk rendahan sepertimu ingin tahu nama suci ratu kami?!" Teriak sang iblis. "Kau benar-benar tidak sadar posisimu."

"Daritadi kau berkata buruk tentang kami. Kau sendiri tidak paham posisimu, dasar makhluk jahanam!" Manusia tersebut membalas perkataan sang iblis. Tentunya sang iblis tidak tinggal diam mendengar hal tersebut, apalagi dari makhluk yang ia anggap lebih rendah dari lalat.

"Paham posisiku…? Heh… heheheheheh…. Mulutmu licin juga ya. Seorang manusia rendahan menyuruhku, Scorpio untuk sadar akan posisiku?!"

Sang iblis yang bernama Scorpio itu langsung mengambil ancang-ancang untuk menghancurkan si manusia.

"Scor…pio…?" gumam si manusia dengan mata panik. Dalam sekejap keberaniannya lenyap. Seketika tubuhnya gemetaran. "Gawat… ini benar-benar gawat sekali… seharusnya aku membawa buku bestiary itu…" pikir sang manusia. "Seingatku… Scorpio adalah nama iblis yang menjelma seperti manusia kalajengking… yang dapat membunuh seratus orang dalam waktu singkat…" pikirnya lagi.

"Oya, oya? Ada apa, sampah? Di mana keberanian bodohmu tadi? Kenapa sekarang kau gemetaran? Bukankah kau dengan tegak berani menghunus pedangmu itu padaku?! BUKANKAH KAU SIAP BERTARUNG?!!" tanya Scorpio layaknya sedang membombardir yang tiada hentinya.

"Grr…" si manusia berkeringat dingin. Ia menatap sang iblis kalajengking dengan amat takut sampai-sampai tak tahu mana kiri dan kanan. Pegangan tangannya pada pedangnya sudah tak stabil lagi.

"Baiklah jika kau tak memulainya, biarkan AKU YANG MEMULAINYA!!!"

Dalam pemikirannya yang sudah tertutup kabut keputusasaan, si manusia bergumam, "Aku akan mati, aku akan mati, aku akan mati, aku akan mati…!"

Scorpio meluncur dengan cepat, dalam waktu singkat ia mengubah tangannya menjadi bentuk seperti capit kalajengking untuk dihujamkan ke manusia tersebut. Ajaib, manusia itu refleks menangkis serangannya. Capit Scorpio seketika meleleh seperti es yang mencair.

Walaupun demikian, sang iblis tidak tampak takut sedikitpun. Ia hanya sedikit terkejut melihat refleks si manusia itu. Kemudian ia teringat sesuatu, "Oh ya… aku lupa tentang pedangmu yang kau tambahkan sihir suci…"

Sang manusia ternyata menolak untuk mati. Dalam hatinya ia berkata, ia tak ingin mati! Ia mempunyai keluarga yang harus ia nafkahi, yang harus ia lindungi! Jika dirinya kalah sekarang, siapakah yang akan melindungi keluarganya? Demi melindungi orang-orang yang ia sayangi, ia bangkit dari rasa takut yang menjalar pada dirinya.

"Jangan remehkan aku, iblis!" manusia itu menaruh semua kekuatannya pada pedangnya lalu menyerang balik Scorpio. Pertempuran hebat pun terjadi.

Scorpio tidak ingin tubuhnya meleleh karena sihir suci, maka ia langsung mengeluarkan dua pedang bergerigi dari dalam pakaiannya dan langsung membalas tebasan si manusia. Kedua sisi saling menangkis dan menyerang dengan hebat. Tabrakan dan gesekan logam pedang membuat percikan api yang dahsyat saking hebatnya.

Dengan gelagat congkaknya, Scorpio memuji si manusia, "Lumayan juga untuk ukuran cacing tanah. Tetapi…! Kau tetap tak akan menandingiku!"

Kedua sisi berusaha menahan serangan satu sama lain. Kekuatan mereka hampir berimbang, namun karena si manusia memiliki sihir suci, ialah yang diuntungkan dalam pertarungan ini.

Si manusia baru ingat akan satu hal, musuh yang ia hadapi tidak hanya mengandalkan pedang. "HA!" sang manusia memutar badannya dengan cepat lalu menendang bagian dada iblis itu. Scorpio hampir terpental, "Tsk, sampah ini berhasil membaca gerakanku?!"

Scorpio meluncurkan ekornya yang sepanjang satu meter itu kearah manusia tersebut dengan cepat. Namun si manusia sudah menyadari dan mewaspadai serangan itu, ia tidak menangkis serangan tersebut melainkan menghindarinya dengan melompat kesamping. Tanpa membuang waktu, ia langsung menebas ujung ekornya yang gagal mengenai target. Alhasil, Scorpio kehilangan sengatan ekornya.

"Beraninya… Beraninya kau melakukan ini padaku! GRRRR!!!" Scorpio menjadi jauh beringas. Ia lalu merunduk sedikit lalu mengaktifkan sihir andalannya. "Kau akan membayar ini semua!"

--Anthrax Sting Barrage

Scorpio lalu menolak tanah dibawahnya lalu ketika diudara, sihirnya dilepasnya. Dalam waktu singkat, seribu lebih serangan beruntun berwujud seperti seperti meteor hijau dihempaskan kearah manusia itu. Jika terkena satu saja, maka manusia tersebut dipastikan mati.

"G-Gawat!" si manusia dengan cepat mengaktifkan pelindung,

--Mighty Barrier!

Pelindung manusia tersebut muncul tepat waktu. Serbuan sihir Scorpio menghujani pelindung itu. Perlahan, pelindung tersebut retak, namun untungnya tidak hancur. Sehingga si manusia dapat bertahan hidup.

Anthrax Sting Barrage memiliki proyektil yang terdiri atas racun paling mematikan yang pernah ada di dunia permukaan. Jika manusia terekspos racun tersebut, maka tanpa waktu lama, mereka pasti mati. Untungnya, manusia di depan Scorpio berhasil menahan serangan tersebut.

Manusia tersebut lalu berlari dengan pedang terhunus sambil berteriak. Ia mengaktifkan sihir suci secara maksimal dan menghabiskan seluruh atma yang tersisa pada dirinya untuk menghabisi Scorpio. "B-Bahaya, dia akan menebasku!"

"Tamatlah riwayatmu disini, makhluk jahanam! Rasakan ini!" teriak sang manusia.

*KLETANG!

Scorpio mengira dirinya akan ditebas dengan sihir suci dahsyat tersebut. Namun ketika ia membuka matanya, ia melihat si manusia telah kehilangan kedua tangannya dan pedangnya tertancap ke tanah. Sihir sucinya telah lenyap begitu saja. Cahaya yang menyinari ruangan bawah tanah menghilang seketika. Sang manusia berteriak dengan kerasnya karena rasa sakit yang luar biasa menusuk dan mencabik-cabik dirinya.

"Aku tarik kembali perkataanku, Scor."

Sesosok wanita berambut merah berjalan dengan luwes dari belakang manusia itu. Di belakangnya ada sesosok iblis berkimono dengan pedangnya yang barusan disarungkan. Scorpio langsung refleks berlutut dihadapan wanita itu.

Wanita tersebut berkata, "…Manusia… memanglah sampah."

"Baginda… Tuan Putri Arifa…" Scorpio menyambut dengan suara tertahan. Ia merasakan hawa yang tidak menyenangkan berhembus dengan kuat di sekitar sang putri.

"Se-Selamat kembali, Paduka… mohon ampuni saya karena telah kalah melawan sampah itu…"

"Tidak apa. Saya ampuni engkau," kata sang putri dengan nada tenang namun terasa mengancam. Arifa berjalan pelan mendekati iblis kalajengking itu dan menatapnya. Scorpio tak berani membalas tatapan merah matanya yang tajam.

"Apa yang bisa saya bantu, Tuanku?"

"Dasar bodoh…" kata Arifa pelan sambil menyeringai. "Kau dari dulu selalu begitu, Scor. Aku datang mengatakan jika engkau sebenarnya mengatakan kebenaran mengenai manusia, namun kau membalas kedatanganku dengan sangat kaku."

"M…Maafkan aku…"

"Heehe. Kau memanglah lucu." Arifa mengusap kepala Scorpio dengan lemah lembut. "Sifatmu yang seperti itu, aku tidak membencinya. Namun jika kau bisa lebih luwes lagi padaku, aku akan senang."

"Tuan putri… mohon maaf mengganggu…" Mantira mengucapkan permisi. "Apa yang akan kita lakukan pada manusia ini?"

"Oh, dia? Setelah melihat fluktuasi kekuatan yang besar dan berelemen suci dari dirinya… aku merasa… mungkin dia bisa kita gunakan."