Chereads / Pesan dari hati / Chapter 4 - The Most Wanted

Chapter 4 - The Most Wanted

Menjadi seseorang yang paling bodoh itu gak enak. Saat ini gue merasakan bagaimana rasanya menjadi bodoh, karena gak tau mereka semua siapa?

-Ophelia Erina Bintari.

Fajar dkk pun memunculkan senyum misterius nya di hadapan gue dan yang lain. Dan membuat pertanyaan bagi banyak orang.

"Sebenernya mau apa sih mereka kesini," batin gue.

Nazla dan yang lainnya pun memasang tatapan mengagumi mereka berlima. Gue yang melihat kejadian itu pun hanya bisa menatap mereka dengan tatapan jengah. Fajar yang memahami kekesalan gue pun langsung tersenyum singkat melihat ke arah mereka semua. Terjadilah keheningan di meja gue. Leo pun memecahkan keheningan di meja ini.

"Lia ini buat lo," ucap Leo sambil menyodorkan sebuah undangan yang sangat simple dan elegan ke arah gue.

"Ini apaan?" tanya gue sambil memegang undangan yang di berikan Leo.

"Gue harap lo dateng ya ke acara ultah gue," ucap Leo sambil tersenyum simpul.

"Gue gak bisa janji ya Le untuk dateng," jawab gue.

"Kenapa lo gak bisa janji dateng? Gak ada kendaraan? Baju? Make up? Atau gimana?" tanya Kevin bingung.

"Bukan itu maksud gue Vin. Gue gak bisa janji soalnya disini kan acaranya besok malem. Pas kebetulan sorenya gue ada acara di rumah guru ngaji gue. Tiga hari bapaknya. Gue pasti bebantu kesana," jelas gue.

"Ya, seenggaknya dateng lah meskipun cuma bentar Lia," ucap Fajar.

"Insyaallah deh ya," ucap gue.

"Besok sore gue jemput deh Li ke rumah," ucap Leo. Semua orang yang ada di meja itu pun langsung menghentikan aktivitasnya masing-masing.

Fajar menatap Leo dengan tatapan tidak percaya. Orang orang di sekitar gue pun menatap gue dengan tatapan tidak sukanya. Gue pun yang peka dengan situasi sekarang hanya bisa menghela nafas panjang.

"Gak usah Le. Gue dateng sendiri aja deh ya. Btw ini yang lain gak lo undang?" tanya gue dengan hati-hati.

"Cuma beberapa. Dan lo termasuk ke dalam list tamu istimewa," ucap Leo santai. Gue pun langsung memutar bola mata dengan malas.

Ini bocah lagi rame juga masih aja sempet sempetnya ngegombal di depan umum. Banyak cewe-cewe yang menatap gue dengan tatapan lapar mereka. Gue pun hanya bisa pasrah dengan keaadan gue selanjutnya. Masih bisa pulang apa engga ke rumah.

"Lo mah semuanya aja di bilang istimewa. Gue sama yang lain juga termasuk berarti," ucap Raihan dengan datar.

"Ya lorang solid gue. Ya masa bukan tamu istimewa," ucap Leo.

"Nah, berarti bukan Lia doang yang istimewa," ucap Raihan datar.

Gue pun langsung menghembuskan nafas lega. Ternyata Raihan tau apa yang gue rasain. Gue pun tersenyum tipis kearah Raihan. Raihan hanya bisa menatap gue dengan tatapan lembutnya.

"KHEM!" Tiba-tiba Fajar berdehem singkat dan membuat semua orang kaget dengan suara deheman itu. Gue dan Raihan pun langsung memutus kontak mata antara kita berdua dan menoleh ke arah Fajar.

"Ngapa lo Jar?" tanya Kevin.

"Biasa Vin. Ini tenggorokan gue gatel banget. Kayaknya ada yang nyangkut deh atau gak pengen batuk. KHEM! KHEM!" ucap Fajar sambil berdehem di hadapan semua orang.

Gue pun langsung menatap Fajar dengan tatapan datar. Fajar pun menatap gue dengan tatapan meledek. Gue pun langsung menatap Fajar dengan tatapan mengancam.

"Awas aja lo ntar!" Fajar pun hanya tersenyum puas melihat tatapan ancaman dari gue. Ia malah makin menjadi menatap gue dengan tatapan meledek gue.

"Kalo misalnya lo mau gue jemput chat gue aja besok Lia. Pasti gue jemput plus gue anter pulang ko," ucap Leo santai.

"Halahhh modus aja lo Leo. Mau berapa cewe lagi yang mau lo deketin? Gak cukup apa adek kelas yang kemarin lo baperin?" Tanya Rian santai.

"Gue gak suka sama dia. Dianya aja yang kebaperan sama gue. Gue tipikal orang yang setia jadi gue gak akan melepaskan apa yang gue punya," ucap Leo santai.

"Dasar kang modus. Dah lagi Leo tobat. Kasian cewe-cewe yang lo PHPin mereka itu suka sama lo nya beneran gak boongan. Mikir ngapa sih kalo adek cewe lo digituin gimana?" tanya Kevin.

"Gue kan dah bilang, gue setia sama satu cewe. Gue gak main main sama doi gue. Merekanya aja yang ganjen deketin gue," jawab Leo.

"Untung muka lo cakep Leo. Kalo gak cakep cewe-cewe pasti pada ngabur gak mau deket sama lo lagi," ucap Fajar santai.

"Emang cewe yang lo maksud siapa?" tanya Raihan.

"Pertanyaan itu yang gue tunggu tunggu daritadi. Lo pasti mau tau kan cewe yang gue maksud siapa? Cewe yang gue maksud itu adalah cewe yang sekarang lagi megang kartu undangan ulang tahun gue," jawab Leo dengan santai.

Gue yang merasa lagi megang kartu undangan itu pun langsung melepaskan kartu undangan itu dengan cepat. Gue pun langsung menatap Leo dengan tatapan tidak percaya.

"Maksudnya?" tanya gue.

"Lo akan tau jawabannya besok Lia," ucap leo sambil tersenyum manis.

Gue pun langsung menoleh ke arah orang orang di sekitar gue. Banyak cewe cewe yang menatap Leo dengan tatapan gak percaya. Ada yang menatap kecewa, ada yang menatap gak terima, ada yang menatap marah dan masih banyak lagi.

Tak sengaja gue pun melihat ke arah Queen nya SMA gue. Dia menatap gue dengan tatapan meremehkan gue bersama teman temannya. Gue langsung mengalihkan pandangan gue ke arah lain agar tidak terjadi kontak mata dengan dia. Nazla yang peka dengan perasaan gue pun langsung menepuk pelan bahu gue.

"Lo jangan takut. Kita semua sama lo. Kita semua akan bela lo. Jika dia berani nyakitin lo sedikit aja dia bakalan abis sama gue dan yang lain. Jangan takut. Karena ketakutan lo yang bisa membuat lo hancur," bisik Nazla.

Nadin pun langsung mengkode gue dengan anggukan pelan. Gue yang paham dengan kode itu pun langsung tersenyum singkat.

"Bener kan kata gue. Lo itu gak sendiri banyak orang yang sayang sama lo, gue dan yang lain akan tetep bela lo meskipun kita harus mempertaruhkan semuanya. Lo aja bisa kenapa kita gak bisa? Tetep PD jangan takut dengan bullyan!" bisik Nazla.

"Hadehhhh itu mata bisa biasa aja gak sih, bentar lagi gue colok tu mata sama garpu ini!" teriak Sinta.

Semua orang yang ada di meja itu pun langsung mentap Sinta dengan bertanya-tanya. Fajar pun langsung menatap Raihan dengan tatapan bertanya ada apa? Raihan yang tak tau apa apa hanya menggidikkan bahunya.

Bersambung.