"Kita berpencar, kita akan bertemu di Desa Babakan," seru Saga sembari menoleh ke kereta yang dikendarai Saksana di belakangnya. Saksana mengiyakan seraya tangannya mencambuk kuda-kuda tersebut supaya dapat berlari lebih cepat lagi.
Akhirnya mereka pun berpencar ketika melewati jalan yang bercabang. Para prajurit sepertinya sudah semakin tertinggal jauh. Mereka seolah sudah hilang dari pandangan. Namun, Saga Winata masih tetap melajukan kuda secepat dan sejauh mungkin untuk memastikan dirinya aman. Kini dia melewati jalan berbatu dengan sisi kanan dan kirinya adalah padang rumput yang sangat luas.
Agak ke depan lagi dia melihat sepetak ladang jagung yang daunnya sudah rimbun dengan batang yang cukup tinggi. Dia berbelok untuk menerobos jalan, hanya ada jalan setapak yang membelah perkebunan jagung itu. Jalan yang sempit sehingga membuat badan kudanya harus bergesekan dengan dedaunan yang kasar.