"Kang. Kalau jalan jangan terlalu cepat. Aku lapar!" keluh Saksana dengan napas terengah. Langkahnya yang kalah cepat membuatnya tertinggal di belakang. Lingga terlihat sebal akan suatu hal, dia melangkahkan kaki menyapu semak belukar yang menghalangi jalan setapaknya. Tak peduli jika kakinya harus tertusuk dan tersayat duri-duri tanaman liar.
"Gara-gara kamu kita harus jalan kaki." Lingga semakin mempercepat langkahnya. "Kamu seharusnya tahu kalau sudah lebih dari dua pekan kita belum menemukan hasil apa-apa."
"Bagaimana mau berhasil kalau kita tidak punya tujuan jelas." Saksana berlari kecil hendak segera menyusul langkahnya, dia meraih bahu Lingga. Menahannya supaya berhenti berjalan. "Sudah, Kang. kita istirahat dulu cari makan."
Lingga berhenti kemudian menatapnya kesal. Seolah Saksana telah membuat kesalahan yang cukup merugikannya.