Seorang gadis tergopoh-gopoh berlari. Ia membiarkan tubuhnya terluka oleh semak-semak berduri ditengah hutan. Dirinya sudah mati rasa untuk merasakan sakit yang terbiasa menderanya bertahun-tahun. Rasa tak aman menyelimuti akal dan tubuhnya. Dari jauh terdengar suara gonggongan anjing bergerombol untuk memburu gadis tersebut.
"Ayooo, cariii sampai dia dapat!" Suara parau dari seorang pria setengah baya memaksa para gerombolan anjing piaraannya untuk mengejar sang gadis. Sang gadis masih terus berlari meskipun dirinya sudah sangat lelah. Sejenak dia bersembunyi di belakang pohon yang tertutupi oleh semak-semak.
Sang gadis berpikir bahwa dirinya sebentar lagi akan mati, namun dalam batinnya memaksa harus berlari sejauh mungkin. Hingga pasrah dan menyerah, itu sudah takdir. Tubuh yang kurus dan bola matanya sayu melirik ke kanan dan ke kiri mencari pertolongan. Tubuhnya terguncang setengah menggigil apalagi mengingat masa kecilnya yang buruk dan terbawa trauma hingga hari ini.
"Cah Ayu, kemari! Terdengar sebuah suara menggema dari kejauhan. Suara parau dari pria setengah baya yang belum menyerah mengejar sang gadis. Suara yang terdengar dari jauh seakan mendekat dan menerkam si Gadis yang dikejar pria setengah baya. Begitu juga dengan pria setengah baya yang merasakan jika sang gadis berada dekat tak jauh dari dirinya.
"Kemari, aku takkan memukuli mu lagi. Aku akan membahagiakan mu nduk! Kemarilah!" Makin menggigil tubuh sang gadis setelah mendengar suara pria yang memburunya. Pikirannya kacau, memunculkan persepsi bahwa dia akan mati ditangan pria setengah baya. Dari belakang tubuh sang gadis muncul sebuah sosok pria lain memegang pundak sang gadis.
"Aaaarrrrrrgggghhhhh,,,,," Suara menyayat hati bergema di tengah hutan dan terdengar oleh pria setengah baya yang mencari sang gadis. Sang gadis menghilang entah dibawa kemana. Dirinya raib begitu saja. Begitu juga menghentikan langkah semua gerombolan anjing yang bingung mencari jejak sang gadis.
"Keparrraaattttt!" Pria setengah baya memaki dengan menendang batu sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Sang gadis yang dibesarkannya selama ini, kali ini bisa meloloskan diri. Namun entah mahluk apa yang membawa sang gadis hingga pria tua setengah baya ini kehilangan jejak. Awalnya seperti biasa, gadis yang selalu kabur dari rumahnya bisa dicari. Sikap arogan dan percaya diri yang begitu tinggi membuat pria setengah baya ini menyadari, tak selamanya sang gadis bisa ia temukan dengan mudah dan gampang.
Pria setengah baya ini berencana akan melaporkan pada lurah dan kepala adat setempat. Dirinya takut mendapat cap bahwa sebagai orang tua yang lalai terhadap anaknya sendiri. Padahal sudah sekian lama ia tak peduli dengan anaknya. Hanya sebuah keuntungan yang selalu ia dapat untuk menjadikan anak gadisnya agar berusaha mencari uang. Jangankan untuk melindungi anak gadisnya. Bahkan ia berupaya untuk menjual anak gadisnya dengan dalih menikahkan pada pria tua bangka yang ia damba-dambakan juga sebagai penghasil pundi-pundi uang dalam kehidupannya.
Sejak dari awal pria setengah baya inin sudah membayangkan dirinya hidup tenang dari memeras anak gadisnya sendiri. Dia tak membiarkan anak gadisnya mempunyai keinginan, bahkan mimpi dan harapan sang gadis dihapus begitu saja dari jalan kehidupan si gadis. Hanya pria setengah baya ini yang bisa menentukan segalanya bagi sang gadis. Seorang ayah yang menurut orang awam keras dalam mendidik anak gadisnya namun ternyata dibalik itu sang ayah telah memperdaya sang gadis demi kehidupan dan masa tuanya. Sedangkan sang ayah hanya malas-malasan dan bekerja ala kadarnya. Semua jerih payah yang membuat kehidupan dan kebutuhan tercukupi dipenuhi oleh si gadis. Dari bekerja di ladang milik orang lain bahkan menjual hasil ladang ke pasar