Chereads / Mystic Boy / Chapter 17 - Sadewa (Chapter 17)

Chapter 17 - Sadewa (Chapter 17)

Dewa membuka perban yang membalut kedua tangannya. Luka-luka itu masih ada di tangannya, tetapi sudah mengering. Dewa sangat senang, karena tangannya telah terbebas dari balutan perban yang sangat membuatnya tidak bisa bebas.

Belle menatap Dewa dari sudut kamar laki-laki itu. Sejujurnya, ia sangat sedih. Sudah sekitar delapan tahun mereka tinggal bersama, tapi Dewa sangat jarang tersenyum. Ia baru melihat senyuman itu ketika Dewa sudah jatuh hati kepada gadis lain. Sungguh miris, bagaimana mungkin dirinya bisa jatuh cinta kepada manusia? Padahal sudah lama saling mengenal, tetapi, ia baru menyadari tentang perasaannya. Belle merasa bahwa dirinya sangatlah bodoh ...

"Apa lihat-lihat?" tanya Dewa dengan wajahnya yang begitu datar. Lamunan Belle pun langsung buyar begitu saja, makhluk itu pun menjadi sedikit gugup.

"E-eh? Tidak apa-apa," sahut Belle. Ia pun buru-buru menghilang dari hadapan Dewa. Tentu saja Dewa merasa heran, tidak biasanya Belle seperti itu. Tetapi, ia tidak ingin terlalu memikirkannya.

Beberapa saat kemudian, ponsel Dewa pun berbunyi.

"Halo?" ucapnya. Mendengar suara di telepon itu, Dewa pun langsung menjauhkan ponsel dari telinganya. Suara Benny benar-benar menggelegar.

"Eh, muka boyband! Cepetan ke sini lo, keburu filmnya mulai. Gue sama Amor udah nungguin daritadi!" omel Benny dari telepon. Laki-laki itu terlihat sedang bersama Amor di sebuah bioskop. Dewa pun mengembuskan napas panjangnya.

"Iya, iya. Gue bentar lagi ke sana. Gue kan baru balik kerja ," sahut Dewa.

"Ya udah, buruan," ujar Benny. Ia pun menutup teleponnya. Dewa hanya bisa pasrah mendapat ajakan dari mereka sebelum serangkaian ujian berlangsung. Padahal, sebenarnya ia tidak terlalu suka menonton film. Apalagi, film yang akan mereka tonton adalah film yang tidak disukai oleh Dewa, yaitu film bergenre ... romance.

*****

Dewa akhirnya sampai di bioskop. Syukurlah, rupanya filmnya belum dimulai. Benny terlihat menunjukkan tiket-tiket yang ia beli itu.

"Nah sekarang, giliran lo yang harus beliin kita cemilan. Cepat ya," pinta Benny sembari tersenyum memamerkan seluruh deretan giginya, sedangkan Amor tersenyum geli melihat tingkah kedua sahabat itu. Dewa terpaksa menuruti permintaan Benny yang menurutnya menyebalkan itu. Berani sekali Benny menyuruh-nyuruh dirinya?

Ia pun pergi ke tempat menjual popcorn serta minuman-minuman dalam gelas plastik yang tidak jauh jaraknya dari bioskop. Tetapi saat ia hendak sampai, seorang gadis yang membawa popcorn tak sengaja menabrak Dewa hingga tempat popcorn itu remuk.

"Maaf, aku nggak sengaja," ucap gadis itu sembari menoleh ke arah Dewa. Laki-laki itu menunjukkan raut wajahnya yang datar.

"Nggak apa-apa," sahut Dewa, ia pun langsung menuju ke penjual popcorn dan membeli makanan serta minuman, sedangkan gadis itu masih memandangi Dewa dengan pandangan terkagum-kagum.

"Anjir ... di Indonesia ada cowok seganteng itu?" gumam gadis itu, sedangkan yang dipandang justru tak begitu memedulikannya.

*****

Dewa kembali menghampiri Benny dan Amor yang masih menunggu di sana. Namun, Dewa justru terpaku di tempat sekaligus merasa takut. Sebab, ia melihat sesosok bayangan hitam yang berdiri di belakang Benny dan Amor.

Sosok ini adalah yang paling ditakuti oleh Dewa. Karena, jika ia melihat sosok itu, sudah bisa dipastikan bahwa akan ada orang yang akan meninggal dalam waktu yang tidak lama lagi. Tapi, siapa yang akan meninggal?

Melihat raut wajah Dewa yang berubah menjadi sedikit ketakutan tentu saja membuat Benny dan Amor jadi bingung.

"Lo kenapa, Wa?" tanya Benny. Dewa memijit-mijit pelipisnya sendiri, ia berharap bahwa ia hanya salah lihat. Benny dan Amor terlihat sangat mengkhawatirkan Dewa. Laki-laki itu pun tersenyum getir kepada dua orang itu.

"Kita ... M-masuk aja, y-yuk ..." ajaknya sembari memegang tangan Benny dan Amor, serta menariknya ke dalam gedung bioskop.

*****

Selama film berlangsung, Dewa sama sekali tidak bisa fokus menonton. Sebab, sesosok bayangan hitam itu terus menghantui pikirannya. Ia berpikir, siapa yang akan meninggal? Benny, Amor, atau ... dirinya sendiri?

Ia tidak keberatan jika nyawanya yang akan diambil. Tapi, bagaimana jika itu adalah nyawa orang lain, terutama nyawa orang-orang terdekatnya? Dewa benar-benar tidak tahu harus berbat apa.

Ia melihat ke belakang untuk memastikan apakah sosok bayangan hitam itu ada di sini atau tidak. Ia berharap bahwa sosok itu telah menghilang agar ia tidak lagi melihat kematian. Namun sayangnya, sosok itu justru terlihat di sudut ruangan paling belakang. Dewa menelan ludahnya sendiri dan kembali menatap layar dengan sedikit ketakutan. Kenapa sosok itu masih ada?

***** TBC *****