Pintu gereja terbuka sangat lebar, dan dari sana tampak sosok wanita dengan gaun yang menjutai. Wanita itu tersenyum saat memasuki altar, dan hal itu membuat Kevin ikut tersenyum juga – tidak ini tidak seperti yang kalian bayangkan, bukan Kevin yang menikah tapi mantan kekasih Kevin yang baru saja mengakhiri hubungan mereka 2 hari yang lalu. Gila memang, 2 hari lalu saat mereka putus, wanita itu memberikan sebuah undangan yang membuat dunia Kevin runtuh seketika.
Setelah pengucapan janji suci Kevin segera meninggalkan gereja tersebut, sekarang dirinya berada di apartemen miliknya dengan keadaannya yang sangat menyedihkan.
"Dasar wanita brengsek, seharusnya gue gak pernah percaya sama dia" Kevin menonjok dinding kamarnya hingga punggung tangannya berdarah
Seolah tidak bisa merasakan sakit, Kevin menonjok dinding kamarnya secara beruntun. Tak lama kemudian dia menghentikan kegiatannya menonjok dinding, dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur yang ada di sampingnya.
"Brengsek, kenapa selalu berakhir seperti ini"
Kevin terus mengeluarkan umpatan, hingga tanpa sadar dirinya sudah jatuh ke alam mimpi.
.
.
.
"Sialan gue bangun kesiangan lagi" Kevin mengambil hpnya dengan cepat, dan melihat jam yang ditampilkan di layarnya, "Udah jam segini, sekalian bolos saja lah"
Setelah berganti pakaian Kevin keluar dari kamarnya, dan dia bisa mencium bau makanan yang tak pernah dia cium selama tinggal di apartemen.
Seorang wanita menghampiri Kevin yang masih melamun, "Hah udah gue duga lu gak bakal kuliah setelah patah hati"
"Lu! Ngapain lu disini hah?" Kevin sontak mundur dan menunjuk sosok wanita itu dengan ekspresi kaget
"Tentu aja gue mau menikmati momen dimana seorang Kevin Mahardian sedang patah hati, karna wanita yang dicintainya ternyata berselingkuh dan memutuskan untuk menikahi pria lainnya" wanita itu tersenyum sinis, dan hal itu membuat Kevin kesal
"Diem lu tante-tante jomblo" Kevin membalas perkataan wanita itu
Wanita itu terlihat kesal dan memukul kepala Kevin dengan sangat keras, "Berani-beraninya lu, panggil gue dengan benar"
"Shit ini sakit tante" wanita itu memukul Kevin lebih keras lagi, "Akh iya iya, Lani Bhaskara"
Lani tersenyum, "Nah begitu dong, sekarang lu makan sana, gue udah masak makanan favorit lu"
Dengan gontai Kevin menuju ruang makan, dan mulai memakan masakan Lani. Kevin melirik ke arah Lani yang sedang sibuk memainkan Hpnya.
"Omong-omong, lu ngapain kesini?"
Lani melirik ke arah Kevin, "Makan dulu sana, baru kita ngomong"
Kevin mendengus kesal, dan dengan cepat dia menghabiskan makanannya karna dia ingin cepat-cepat mengusir Lani dari apartemennya.
"Jadi, jelasin sama gue sebelum gue nendang lu keluar dari sini" Kevin melipat kedua tangannya dihadapan Lani
"Om Radi nyuruh gue tinggal disini, karna gue pindah kampus"
"Apa-apaan lu ayah aja gak pernah ngomong soal ini sama gue, ngibul ya lu" Kevin memasang wajah curiga
"Tentu saja om Radi ga bakal ngomong sama lu, soalnya lu kan jadi bodoh semenjak ditinggal mantan lu nikah" jawaban sarkas dari Lani membuat Kevin kesal
"Ngapain juga sih lu pindah? Pindah kemana lu?"
"Terserah gue dong mau pindah apa enggak, dan gue pindah ke kampus lu"
"Fuck, ngapain lu pindah ke kampus gue" Kevin tampak ingin sekali menjabak rambut Lani, tapi pasti dirinya akan kalah melawan Lani, karna Lani adalah atlit taekwondo
"Terserah gue dong, oh iya kata om Radi juga karna kita satu kampus lu harus nganter jemput gue selama sepeda gue belum dateng" Lani mengucapkannya tanpa sungkan sama sekali, dan hal itu membuat Kevin sangat ingin menendang Lani
"Kalau gue mau ngongkrong ama temen-temen gue gimana dong?"
"Yah tinggal ajak gue atau lu mau ngajak gue sekalian" Kevin akan membuka mulutnya lagi tapi Lani menahannya, "Udah ya gue capek habis mindahin barang-barang, gue tidur dulu ya, bye jomblo"
Lani meninggalkan Kevin yang kini sedang menjabak rambutnya kesal, karna dirinya selalu kalah berdebat dengan Lani yang notabenenya bercita-cita menjadi pengacara. Mari kita berdoa, semoga saja suatu hari nanti tidak akan terjadi perang antara Lani dan Kevin.
.
.
.
Dan keesokan harinya mereka benar-benar berangkat ke kampus bersama, dan hal itu membuat Kevin di bully oleh teman-temannya.
"Wah Kevin kalau move on cepat juga ternyata" Vino kini memasang wajah mengesalkan yang membuat Kevin ingin sekali menonjok wajah Vino
"Iya nih, masa baru kemarin ditinggal nikah kemarin sekarang udah bawa yang baru" Devan ikut menggoda kevin dengan mencolek dagu Kevin
"Udah dong weh diem dulu, oh iya kenalkan gue Arkha Adinata, taman Kevin dari SMA" Arkha sebagai satu-satunya yang waras disana mengajak Lani berkenalan
"Oh iya gue Lani Bhaskara, teman Kevin dari masih bayi" setelah berkenalan Lani melanjutkan acaranya menertawakan Kevin
"Oh hai Lani, gue Vino Lazuardi dan yang itu Devan Setyawan" Vino dan Devan menghentikan acara menggoda Kevin, kini mereka berdua beralih pada Lani
"Ya salam kenal, gue mahasiswa pindahan dan gue anak jurusan hukum" Lani tersenyum
"Gue sama Vino jurusan arkeologi, kalau Devan jurusannya sama kayak Kevin, jurusan soiologi" Arkha berbicara lagi kali ini dia tersenyum pada Lani
Lani membalas senyum Arkha dan melirik arlojinya, wajahnya menjadi panik seketika, "Uh teman-teman maaf, kelas gue 10 menit lagi mulai jadi gue pergi dulu ya, Kev jangan lupa kita pulang bareng juga"
"Yo sante, lari sana woy gedung juruan hukum jauh!" Kevin berteriak karna Lani sudah berlari lumayan jauh
"Ciee ciee Kevin, katanya cuma temen tapi perhatian gitu"
Vino dan Devan sontak kembali menggoda Kevin, dan itu membuat Kevin harus menahan amarahnya supaya tidak kebablasan memukul kedua temannya itu.
.
.
.
Sudah berjalan 3 bulan sejak Lani tinggal bersama dengan Kevin, dan hal ini membuat Lani juga menjadi dekat dengan teman-teman Kevin termasuk Arkha. Anehnya setiap kali Lani berdekatan dengan Arkha, Kevin akan selalu berusaha memisahkan mereka berdua.
Seperti hari ini, saat Arkha duduk berdekatan dengan Lani, Kevin akan dengan alaminya duduk diantara mereka berdua. Hal itu juga tidak luput dari penglihatan Vino dan Devan.
Saat ketiga orang itu sedang sibuk berdebat, Vino dan Devan bermain Ps sambil saling berbisik.
"Eh Vin gue mencium bau-bau cinta segitiga nih"
"Gue juga Van, si Arkha diem-diem ternyata bisa suka orang ternyata"
"Gue kira Arkha tipe anak alim gitu, itu juga si Kevin bilangnya cuma temen tapi pas Lani dideketin malah dia kagak terima"
"Alah gatau deh, kita fokus main aja lah"
Dan hal ini terus terjadi hingga beberapa minggu kemudian, mereka berkumpul lagi dirumah Kevin. Setelah semua orang pulang, Lani menarik Kevin ke ruang tamu.
"Lu itu ada masalah apa sih sama Arkha!" Lani berteriak tepat didepan Kevin
Kevin yang tak terima dirinya dibentak, membalas bentakan Lani "Gue sama Arkha ga ada masalah, yang bermasalah itu lu" Kevin menunjuk Lani
"Gue punya masalah apa sih sama lu hah" Lani merasa tidak terima dirinya dituduh bahkan saat dirinya tidak tau dimana letak salahnya
"Lu suka kan sama Arkha!" teriakan Kevin membuat Lani terdiam, "Mulai sekarang silahkan lu urus diri lu sendiri, ga usah sok perhatian lagi sama gue"
Sebelum Kevin meninggalkan ruang tamu, Lani menahan tangan Kevin "Iya gue emang suka sama Arkha" Kevin mendecih medengar pernyataan Lani, "Dan fine, gue bakal urus diri gue sendiri"
Kevin melepaskan tangan Lani yang menahannya, dan berjalan menuju kamarnya dengan emosi yang tidak bisa dia kendalikan lagi. Di dalam kamar, Kevin kembali menonjok dinding kamarnya untuk menyalurkan semua emosinya
"Bangsat, bahkan lagi-lagi endingnya kayak gini, muak gue lama-lama"
Kevin meraih Hpnya dan dia menelepon ayahnya, Kevin kembali mengatur emosinya saat telponnya dijawab oleh ayahnya. Malam itu mereka membicarakan sesuatu yang sangat penting, dan setelah panggilannya ditutup oleh Kevin, dia menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
"Semoga gue bisa bahagia habis ini"
.
.
.
Keesokan harinya Kevin sama sekali tidak keluar dari kamarnya, dan hal itu membuat Lani khawatir. Tetapi tiap kali Lani akan membuka pintu kamar Kevin, dia teringat pertengkarannya dengan Kevin kemarin malam. Akhirnya hari itu Lani sama sekali tidak bertemu dengan Kevin.
Besoknya lagi, Lani mendapati Kevin keluar kamarnya dengan sebuah tas yang cukup besar, Kevin melewati Lani begitu saja seolah Lani hanyalah angin
"Mau kemana lu?" Lani bertanya dengan judes
Kevin menatap Lani dengan datar, "Bukan urusan lu" dan setelah itu Kevin sudah menghilang dari pandangan Lani
Selang beberapa menit setalah kepergian Kevin, Lani segera menelepon ayah Kevin untuk memberitahukan hal ini
"Halo om, ini Lani"
"Ohh iya Lani, ada apa?"
"Kevin barusan pergi dari apartemen, dia juga bawa tas besar gitu om"
"Loh Lani, kamu belum diberitahu Kevin ya, dia dapat tawaran beasiswa di Auckland, dia juga bilang sama om kalau apartemennya diserahkan sama kamu"
Sempat terjadi hening, karna Lani masih mencoba menerima informasi yang baru saja didapatkan
"Ohh gitu ya om, kalau gitu makasih infonya ya om"
"Iya sama-sama"
Lani dengan cepat menelepon teman-teman Kevin termasuk Arkha untuk memberitahu hal ini.
.
.
.
Di bandara Kevin melihat ayahnya dengan raut wajah datar, "Ayah kok malah ngasih tau Lani sih"
"Yah setidaknya biar dia tau kalau sahabatnya pergi keluar negeri" ayahnya menjawab dengan santai
"Tapi kan aku mau pergi diem-diem"
"Ya setidaknya ayah tidak memberitahukan lokasi aslinya"
"Terserah, jangan lupa berikan suratnya pada Lani"
"Baik-baik di Paris, jangan lupa kunjungi makam ibumu nanti ayah akan menyusul" ayahnya memeluk Kevin
Kevin tersenyum, akhirnya dia masuk ke dalam bandara dan menghilang dari pandangan ayahnya.
Saat Kevin sudah akan take off, Lani dan yang lainnya baru saja tiba di bandara. Saat mereka melihat ayah Kevin yang akan berjalan menuju parkiran, mereka segera berlari menghampiri ayah Kevin.
"Om, Kevin mana?" tanya Lani dengan wajah khawatir
"Ohh dia sudah mau take off harusnya" ayah Kevin melirik arlojinya, "Kebetulan kamu ada disini, anak itu menitipkan surat untukmu. Oh iya Kevin juga bilang jangan nyusul dia, kalau gitu om pergi dulu ya" setelah memberikan surat tersebut ayah Kevin berjalan meninggalkan Lani dan teman-teman Kevin
Lani membuka surat tersebut dan menemukan sebuah kertas dan sebuah foto mereka berlima, Vino dan Devan mengambil foto tersebut, saat ini mereka semua sedang menahan diri supaya tidak menangis. Lani membuka lipatan kertas tersebut dan disana terlihat tulisan tangan Kevin yang sangat rapi, Lani mulai membaca surat tersebut
'Ini gue Kevin Mahardian temen kalian, kalau kalian udah baca surat ini artinya gue gabakal bisa nemui kalian lagi karna pasti gue udah terlalu nyaman sama negara yang bakal gue tinggalin nanti. Gue nulis ini karna gue terlalu males ngomong sama kalian, soalnya kalau gue ngomong langsung kalian pasti heboh banget. Gue pindah karna gue mau mencari kebahagian gue, jadi kalian gak perlu khawatir sama keadaan gue.
Sebelum gue mengakhiri surat ini, gue cuma mau ngomong kalau gue sebenernya bingung sama Tuhan, kenapa tiap kali gue patah hati malah Lani yang dateng kenapa bukan temen-temen gue yang lain. Dan gue baru sadar pas nulis surat ini kalau gue jatuh cinta sama Lani, tapi karna gue ga bakal bisa nemuin kalian lagi, gue serahin ke Arkha buat jaga Lani.
Buat Vino,Devan dan Arkha makasih udah mau jadi temen gue, yah walaupun kalian nyebelin sih menurut gue. Tapi gue bersyukur sama Tuhan karna udah ngasih gue temen yang setia, habis ini karna kita ga bisa kumpul lagi kalian jangan sedih ntar gue ngakak.
Tambahan nih, kontak lu semua udah gue blokir, gue juga bakalan ganti nomor, gue ga bakal punya sosial media, dan gue sangat meminta pada kalian semua buat gak nyariin gue, karna gue mau memulai hidup baru gue di negera yang baru dengan bahagia. Segini aja yang bisa gue tulis, semoga kalian semua bisa bahagia, gue pergi dulu'
-Jomblo yang selalu sial, Kevin Mahardian-
END