"Nani? Kau tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya Dettebassa? " Boruto berteriak kesal ke arah Kurama yang tampak tidak perduli.
"Aku sedang tidur dan tahu-tahu ayahmu sudah terjebak dalam genjutsu"
"Dasar Bola bulu gak berguna, seharusnya tuh ada sedikit informasi, setidaknya kita bisa punya petunjuk untuk itu Dettebasa"
"Heh, memang aku perduli"
"Ya ampun.. Kalian berdua berhenti" Sarada berteriak marah melihat Boruto dan kurama saling melempar kesalahan.
"Kalau *kunyah* begitu *kunyah* kita *kunyah* lihat saja *kunyah* apa *kunyah* yang *kunyah* di mimpikan *kunyah* Nandaime -sama *kunyah*" Chocho memberi usul yang cukup cerdas membuat Boruto tidak lagi marah ke kurama.
"Ide bagus Chocho" Boruto membuat segel dan kembali layar besar muncul seperti sebelumnya, kali ini tampak Naruto kecil dengan baju kebanggaan berwarna jeruknya, sekelompok bunga sakura menutupinya dan memperlihatkan Naruto yang lebih tua dengan baju jeruk dan aksen hitam di atasnya, lagi.. Lagi.. Sekelompok bunga ceria menutup Naruto dan menggantikannya dengan Naruto dewasa dengan pakaian misi hitam dan celana berwarna jeruk.
"Woah.. Woah... Lihat... Itu aku.. Itu aku Dettebayo, Woah.. Aku terlihat keren... " Naruto heboh dengan para yang di lihatnya, memang bahkan sebagian besar perempuan di sana melihatnya dengan wajah sedikit memerah.
"Mata mu, menyeramkan,iiiih takuuut...'' kata anak pertama mengejek
Hinata kecil berdiri dengan tatapan murung di tengah cuaca bersalju. Di depannya, tiga orang anak nakal mengolok-olok matanya. Itulah yang membuat Hinata sedih.
'' Aku yakin sebenar nya kau itu monsterkan .'' Timpal anak ke dua.
''Dasar Byakugan Monster'' lanjut anak ke 3.
"Apa-apa mereka? "Protes Naruto melihat Hinata kecil yang di tindas.
" Tunggu, ini adalah kenangan ayah bukan kurama? "
"Memang"
"Dasar bola bulu, aku memintamu menunjukkan genjutsu yang di alami ayah, tapi kenapa kau malah menunjukkan memorinya Dettebasa"
"Untuk perbandingan antara genjutsu dan apa yang terjadi sebenarnya Bocah"
"Kaa-chan" Himawari menghambur ke pelukan ibunya, dia tahu meski itu sudah terjadi tapi rasa sakit itu masih ada.
"Kaa-chan tidak apa-apa Hima-chan" Hinata mencoba menghibur putri masa depannya itu.
Olok-olakan itu terus saja mereka lontarkan pada Hinata kecil tanpa kasian, hingga akhir nya Hinata kecil tidak kuasa menahan tangis nya yang selama ini di tahan nya, dan Hinata pun menundukan badan nya dan menangis. Sedang kan anak-anak itu tertawa terbahak-bahak '' hahahahahahahha''' seolah sangat puas telah mengolok-olok gadis tanpa dosa ini.
Saat itulah, ia muncul. Seorang anak yang waktu itu duduk sendirian di sebuah ayunan yang kebetulan tak jauh dari sana. "Hei kalian!" teriaknya sambil berlari ke arah tiga anak nakal itu.
''heh, siapa kamu?'' kata salah satu anak nakal itu.
"Aku.." anak bersyal merah itu memperkenalkan diri, "Uzumaki Naruto! Orang yang akan menjadi Hokage di masa depan'' kata Naruto Lantang.
" Tou-chan" Himawari melihat ayah kecilnya menyelamatkan ibunya, dia berhambur berganti memeluk ayah mudanya itu, meski Naruto gelagapan tapi dia membiarkan Himawari ada di pangkuannya.
"Hokage? Ternyata Nandaime sama sudah ingin menjadi Hokage saat sekecil itu" Sarada mengamati seseorang yang menjadi panutannya itu.
''Jadi Hokage? Kata anak pertama sambil membungkukan badan nya sedikit mengejek.
''Mana mungkin? Timpal anak kedua.
Tak mau basa basi, Naruto kecil pun langsung mengeluarkan jurus ninjanya. "Kage Bunshin no Justu!"
Boft Bofft! Dua bunshin muncul, namun bukannya bayangan yang menyerupai dirinya, dua bunshin yang muncul malah bunshin-bunshin sekelas upil.
"Kawaii"Himawari dan gadis-gadis masa depan berkata dengan antusias, Naruto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
" Tou-chan bisakah kau membuat bunshin sekecil itu lagi? " Himawari bertanya dengan mata anak anjingnya.
"Hahaha... Aku tidak tahu Dettebayo" Himawari menggembungkan pipinya dengan lucu, Boruto tertawa dengan keras.
"Astaga... Meskipun aku sudah tahu hal ini, tapi aku masih tidak berhenti pada bagian ini Dettebasa" Boruto berkata di tengah tawanya, sebagian dari mereka yang mengganggap Naruto tidak lebih dari seorang pecundang hanya mencibir.
Sarada dan inojin menatap ibu mereka dengan kecewa, bagaimana mereka bisa merendahkan seseorang seperti itu? Mungkin memang benar Nandaime payah pada usia itu, tapi bukan berarti mereka bisa merendahkan orang seperti itu, Sasuke mencibir tapi dia hanya berkata "dobe" Neji juga menghina tapi juga hanya satu kata "gagal" Tapi kedua perempuan itu menghina Naruto dengan semua hal dan membandingkannya dengan Sasuke dengan pemilihan kata yang keterlaluan.
"Cukup! " Sarada berteriak keras, Boruto cukup terkejut karena kemarahan Sarada "aku tahu kau Ibuku tapi merendahkan seseorang adalah hal yang memalukan, dan kau juga bibi ino, lihatlah wajah putramu? Kecewa? Jelas, ibunya ternyata seseorang yang suka merendahkan orang lain" Sarada berteriak dengan keras membuat mereka semua diam.
"Sarada"
"Diam Boruto" Untuk kali ini Sarada tidak mengizinkan ibunya menginjak-injak Hokage yang di idolakannya "kalian berdua membandingkan Nandaime sama dengan Ayahku? Seharusnya kau bandingan saja dirimu dengan Ayahku, dan kau bu, kau selalu menginjak-injak Nandaime sama, apa kau sudah hebat? " Sarada mencemooh dengan kejam "kau bahkan menjadi beban untuk team 7, untuk Ayahku, untuk Nandaime-sama, untuk tuan ke enam, mereka berdua selalu berdiri di depanmu untuk melindungimu mati-matian, tapi kau? Kau hanya bisa menangis dan menangis, kau hanya memperdulikan Sasuke-kun.. Sasuke-kun.. Kau tidak pernah memperhatikan Nandaime sama sedikitpun, meski dia bertarung untukmu, kau selalu berkata Sasuke-kun, kau.. "
"Cukup Sarada, hentikan itu Dettebasa" Kali ini suara Boruto bahkan lebih keras dari Sarada.
"Tapi itulah Kenyataannya Boruto"
"Tapi tidak dengan cara ini Dettebasa, kau mencintai Ayahku? Kau mengagumi Ayahku, tapi Ayahku tidak butuh belas kasihan Sarada, dia tidak butuh itu Dettebasa" Boruto terengah-engah "jika ayah tau tentang ini dia akan mengatakan apa yang ku katakan, dia tidak ingin kau menjadi seperti ini, jadi jangan kecewakan Ayahku Sarada, jangan buat dia merasa bersalah karena demi dia kau mengatakan hal-hal itu pada ibumu, kau mengerti Dettebasa? " Saudara tidak bisa menahan air matanya, Sarada menu buruk Boruto dan meminta maaf atas apa yang terjadi karena dia terlalu impulsif, semua orang terdiam termasuk Sakura dan Ino.
''Hokage Dattebayo!'' Hokage Dattebayo! Kata Bunshin-bunshin upil Naruto.
Dan seketika itu ke 3 anak itu pun kembali tertawa terbahak-bahak "Hahahahahaha''
singkat cerita, Naruto yang harusnya menolong justru malah dihajar habis-habisan. Wajahnya dipukuli, syal merahnya dipakai mainan, Naruto tak bisa berbuat apa-apa. Sampai akhirnya mereka bertiga pergi , meninggalkan Naruto dan Hinata yang sudah puas mereka permainkan.
"Ayah... Apa itu sakit? " Tanya Himawari sembari menyentuh pipi ayahnya, Naruto tergagap sekali lagi, ada seseorang mengkhawatirkannya, ada seseorang yang menyayanginya, Dia yang tidak pernah punya keluarga dan selalu di benci, dia memiliki putra dan putri yang mengerti tentang dirinya, mata biru gelap itu berkaca-kaca dan memeluk Himawari dengan erat.
"Tou-chan baik-baik saja Dettebayo"
"Menangislah kalau kau ingin menangis Dettebasa"
"Siapa yang menangis Dettebayo" Dia menyangkal tapi air matanya mengalir dengan deras, Boruto hanya tertawa kecil.
''Hei,ini belum berakhir,ayo lanjutkan lagi,aku belum kalah" teriak Naruto saat tersadarkan diri tapi nihil anak-anak itu sudah pergi jauh.
"Anu, kamu baik-baik saja?kata Hinata khawatir
''yah , aku tidak apa-apa..''jawab Naruto
''Gomen ya'' ucap hinata lagi menyesal.
''Sudah lah, Aku pergi dulu'' kata Naruto senyum sambil berdiri.
Dengan malu-malu Hinata mengucapkan Terimakasih ke Naruto, "Arigatou.."kata Hinata membungkukan badan nya.
"Yah! Sampai jumpa lagi ya!" Ucap Naruto dan kemudian pergi.
Seiring dengan semakin jauhnya Naruto, Hinata terus berdiri melihatnya, Sambil memegang erat syal merah punya Naruto yang sudah rusak akibat dijadikan mainan oleh tiga anak itu.
"Ya ampun, itu akan menjadi awal kisah cinta yang cukup rumit Dettebasa"
Itu lah pertemuan pertama mereka Uzumaki Naruto dan Hyuga Hinata, Yang kelak akan menjadi tokoh penting dalam sejarah Dunia Ninja.
*Akademi Konoha*
Guru Iruka sedang memberi pelajaran pada murid-muridnya. Dan khusus hari itu, Ada sesuatu yang guru Iruka inginkan murid-muridnya tulis di kertas. Guru Iruka bertanya, "Kalau dunia akan berakhir besok, siapa orang yang ingin kalian ajak untuk menghabiskan hari terakhir kalian?"tanya Iruka sensei pada murid-murid nya ini.
"Mana mungkin dunia berakhir!" Ucap Naruto dengan senyum nakalnya.
"Eh, itu kepala sekolah? " Mitsuki berkata dengan cukup terkejut.
"Pasti merepotkan punya murid seperti Nandaime-sqma dan Boruto" Shikadai berkata dengan malas.
"Apa maksudmu Shikadai? " Boruto protes taoi Shikadai hanya memejamkan matanya tidak peduli.
"Yah, Anggap saja bulannya jatuh dan menghancurkan Bumi." ucap Iruka menjelaskan.
"Kalau pun Bumi harus hancur, Kuharap yang jatuh bukan Bulan, tapi daging.." ucap Chouji, dan kompak satu kelas pun tertawa.
"Like father, like daughter" Inojin berkata dengan santai.
Tapi sungguh, Pertanyaan ini benar-benar menyulitkan Naruto. Tak seperti anak-anak lain yang punya keluarga, Atau setidaknya orang yang disayangi untuk menghabiskan waktu bersama, Naruto tak punya siapa-siapa itu yang menyulitkan Naruto.
"Ayah tak punya, ibu juga tidak, haah.." Dan akhirnya Naruto pun melipat-lipat kertas kosong itu menjadi nya mainan pesawat dan menerbangkannya keluar jendela.
Beberapa murid termasuk salah satunya Hinata melihat pesawat itu terbang tepat di depannya sebelum akhirnya meluncur keluar jendela. Dan ditambah dengan teriakan guru Iruka, "Hei Naruto!" Satu kelas kini fokus pada Naruto.
''Jangan melempar kertas mu begitu''Nasehat Iruka pada Naruto.
''Tapi tetap saja tidak mungkin lah dunia kiamat Dattebayo'' kata Naruto enteng.
"Hahahaha... Seperti Boruto " Mereka serempak berkata dengan antusias.
'' Aku kan bilang andaikan saja..'' kata Iruka lagi.
'' Tuh kan memang tidak akan pernah terjadi. '' kata Naruto malas.
Akhirnya setelah melihatnya, Hinata yang semula masih bingung bisa dengan tegas menulis siapa orang itu. Nama orang itupun ia tulis di selembar kertas yang ada di atas mejanya.
Waktu berlalu, dan anak-anak yang berada di kelas akademi itu sudah tumbuh dewasa.
''Ini merupakan hukum dari langit'' Seorang lelaki menatap ke sebuah celah yang mengarah langsung ke Bulan. "Hukum langit atas klan Hyuuga.." Lanjutnya.
"Eh siapa dia? " Neji bertanya melihat hal itu, apa maksudnya hukum dari langit untuk klan Hyuga?
"Toneri Otsusuki" Hiashi menjawab pertanyaan itu dengan nostalgia yang tidak pernah dia inginkan.
Malam itu, Di tempat yang tampaknya cukup jauh dari desa, Beberapa klan Hyuuga termasuk pimpinan mereka, Hyuuga Hiashi berkumpul, Menemui seorang lelaki misterius yang tampaknya memiliki niat jahat.
''Aku ingin bertanya padamu untuk terakhir kalinya. Hyuga Hiashi, berilah jawabanmu. Jawaban yang akan menentukan masa depan nasib Klan mu.'' Kata lelaki misterius itu lagi.
"Dia.. " Hinata tidak bisa menyelesaikan ucapannya.
"Toneri Otsusuki" Hiashi menjawab dengan jawaban yang sama.
"Inilah.. jawaban Klan Hyuuga!" Hiashi justru melompat dan menyerang lelaki itu.
"Bodoh sekali.." Ucap lelaki itu, Yang menghilang bagaikan hantu tepat ketika serangan Hiashi mendarat di tubuhnya.
Setelahnya, puluhan pasukan shinobi misterius muncul. Ninja-ninja dengan tubuh yang dibalut menggunakan perban. Entah dari mana mereka muncul dan menyerang orang-orang Hyuuga.
Klan Hyuuga tak hanya diam, mereka bertarung sekuat tenaga untuk menghabisi mereka. Namun meski kekuatan pasukan itu tak seberapa, jumlah mereka terlalu banyak. Seorang klan Hyuuga bahkan direbut oleh puluhan pasukan musuh.
Meski Hyuuga memiliki jutsu pukulan tangguh yang mampu mementalkan sekian banyak dari mereka, musuh seolah tak ada habisnya. Terlebih, mereka memiliki kemampuan untuk menembakan bola-bola peledak yang sangat mengganggu.
Hiashi mencoba untuk menghindar dan masuk ke dalam gua, namun musuh menembakan serangan itu lagi dan meruntuhkan guanya.
"A... Apa yang mereka inginkan Tou-sama? " Hinata bertanya dengan ngeri, itu bukan pertarungan biasa.
"Hinata Hyuuga" Jawaban Hiashi membuat semua orang dari masa lalu tercengang, Hinata?
"Tapi kenapa? "
"Kaa-chan, kita lihat dulu oke? " Himawari berkata dengan imut.
Di hari yang cerah, Di lapangan akademi ninja Konoha, Naruto sedang memperagakan suatu gerakan taijutsu pada murid-murid yang berkumpul di lapangan. "Perhatikan ini!" akan ku contohkan gerakan nya ya'' kata Naruto pada Anak-anak di depan nya ini.
Naruto pun langsung memperagakan nya Hiiiyaaaatttt caatttt , Anak-anak di depan nya Cuma bisa kagum melihat contoh yang di peragakan Naruto ini.
"Naruto senpai!" murid-murid dari dalam Akademi berteriak histeris. Puluhan murid yang rata-rata perempuan bersorak mendukung Naruto. "Naruto senpai!" Naruto Senpai!''
Begitu banyaknya gadis-gadis itu lorong sekolah dan jendela sampai kelihatan penuh. Dari luar pagar sekolah, Ino, Shikamaru, dan Chouji yang kebetulan lewat melihatnya. Lantas Ino berkata, '' Tak ku sangka dia jadi Stake ( Pusat perhatian)
"Apa barusan kau bilang Steak (makanan)?"
" Bukan Steak tapi Stake pusat perhatian, Maksudku populer di kalangan gadis-gadis gitu.." ucap Ino ke Chouji.
'' Yah, ini berkat usaha nya dalam perang 2 tahun lalu, dan mengubahnya jadi pahlawan desa'' ucap Shikamaru.
"Kurasa aku jadi Populer Dettebayo" Naruto menggaruk tengkuknya dengan konyol, jujur saja dia tidak pernah mendapatkan perhatian dan senyuman banyak orang seperti yang ada di layar sekarang, hidupnya benar-benar gelap, banyak orang yang mencaci maki nya tanpa alasan, tapi melihat semua itu dia tersenyum, dia bisa mendapatkan hati semua orang tanpa menunggunya untuk menjadi Hokage.
"Yah.." ucap Ino dan kemudian mereka lanjut berjalan.
Benar sekali, semenjak kejadian dua tahun yang lalu, ketika perang berakhir, Naruto di anggap sebagai pahlawan di desanya. Bahkan mungkin bukan cuma di desanya, Konoha, Naruto juga dianggap sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan dunia. Jadi pantas saja, saat ini Naruto memiliki begitu banyak fans, yang rata-rata gadis berusia muda.
"Ya ampun, tidak bisa di percaya, ne Naruto? " Tenten bertanya dengan santai, tidak dia tidak bertanya dia menggoda.
"Arigatou Gozaimasu.." ucap ibu-ibu pemilik toko setelah Hinata selesai berbelanja.
Sore itu, tampak Hinata sedang membeli peralatan untuk merajut. Ada sesuatu yang ingin ia buat, sesuatu yang nantinya akan ia berikan pada orang itu.
Sementara di Naruto, tampak ia sedang berada di kedai ramen Ichiraku.
''Nah,makan ya'' Kata Naruto kepada bocah-bocah di sampingnya.
''iya, arigatou, Selamat makan'' kata mereka kompak.
Ya, saat ini Naruto tidak sendirian di kedai itu, ada bocah-bocah yang seperti nya murid-murid nya di samping kanan dan kiri Naruto, terus terlihat juga kiba,shino dan akamaru disana.
"Ya ampun Akamaru, lihat itu kita, kau sudah besar" Kiba mengelus Akamaru ringan, Akamaru yang sudah cukup besar itu menggonggong dengan senang.
'' Naruto Niichan'' Panggil Konohamaru sedikit berlarian menghampiri Naruto.
''Eh,Konohamaru'' ucap Naruto setelah tahu yang memanggil nama nya ternyata Konohamaru.
"Eh? Konohamaru? " Naruto berkata dengan terkejut melihat anak laki-laki itu tumbuh dengan baik.
"Ada sesuatu yang ingin ku tunjukan padamu.." Konohamaru kelihatan buru-buru.
"Apa ini?" Tanya Naruto, Singkat cerita mereka sudah ada di kediaman Saratobi.
"ini barang-barang milik kakek Hiruzen.." jawab Konohamaru. "Aku temukan saat bersih-bersih musim semi." lanjutnya.
"hey,Ini.." Naruto melihat ke arah benda-benda peninggalan Hokage ketiga itu, yang ternyata hanya beberapa boneka usang. Boneka kucing, tupai, boneka kera yang memakai pakaian hokage..
''Jangan berani-berani menganggap ini sampah ya'' Ucap Konohamaru. '' Barang-barang ini sangat berharga.'' Lanjut nya.
''Barang-barang ini..'' ucap Naruto langsung di potong Konohamaru.
''Bukan Sampah ku bilang !" Tegas Konohamaru lagi. Meski kalau di lihat-lihat memang bukan benda-benda yang berguna.
"Bwahahaha... Aku akan meledek Konohamaru-Niichan begitu semua sudah Normal Dettebasa"
Sore berlalu begitu saja. Tapi khusus untuk Hinata, hari ia lewati dengan penuh ketelitian, merajut tusukan demi tusukan benang untuk membuat sebuah syal. Hingga larut malam, hanya ditemani oleh cahaya lampu, Hinata sibuk mengerjakan kain penghangat itu.
"Kaa-chan kau cantik sekali" Kata Himawari dan Boruto bersamaan.
"Sungguh? "
"Em" Keduanya mengangguk dengan sangat serius.
Sebentar lagi musim dingin, salju akan turun, jadi syal pasti sangat cocok untuk dijadikan sebagai hadiah. Terlebih..
Hinata melihat ke pinggir meja, tempat sebuah syal yang sudah usang dan robek berada. Syal merah yang waktu itu Naruto kecil gunakan, sesuatu yang membuat Hinata terus mengingatnya sampai saat ini.
"Aku Uzumaki Naruto!" ucap Naruto kecil waktu itu.
Hinata tersenyum.
"Ya ampun kaa-chan, kau mencintai seseorang yang bodoh Dettebasa"
Sarada meninju kepala Boruto.
"Ittai Dettebasa"
"Berhenti mengejek Nandaime-sama Boruto"
"Cih, aku kan mengatakan yang sebenarnya Dettebasa"
"Waktu cepat sekali ya.." ucap Konohamaru.
Pagi hari, Konohamaru dan Naruto berjalan-jalan di desa, di jalanan yang sudah penuh dengan warung-warung dan hiasan-hiasan. Hari itu adalah hari festival Rinne.
''Toko-toko untuk Rinne Festival sudah di buka'' Ucap Konohamaru lagi.
"Naruto senpai!" seorang gadis tiba-tiba saja menghampiri Naruto.
"Eh?"kata Naruto kaget ada yang memanggil nya.
"Mohon terimalah hadiah festival Rinne dariku!" kata gadis itu membungkuk sambil menyerahkan sebuah bingkisan dengan kedua tangannya.
"Eh,Untukku?" kata Naruto kaget dan dia pun menerimanya.
Fans Naruto memang banyak sekali, Tak sampai beberapa meter setelahnya, gadis lain menghampirinya dan memberinya hadiah lagi.
"Aku akan selalu menyemangati mu!" ucapnya sambil membungkuk. Sepanjang jalan terus begitu.
"Aku membuatnya sendiri lho!" ucap fans yang lain "Kumohon terimalah!"
"Ah.. Arigatou- Dattebayo" ucap Naruto, tangan Naruto sampai penuh dengan kotak kado. Bahkan sampai-sampai ia harus minta bantuan ke Konohamaru untuk membawakan karena tangannya sudah tidak muat.
"Oh, pahlawan desa menjadi populer eh? " Choji dan Shikamaru menggoda Naruto yang tidak tahu harus bagaimana bereaksi, dia bukan Sasuke yang biasa di kelilingi gadis-gadis, dia juga tidak biasa mendapat perhatian seperti itu, tapi tiba-tiba Naruto ingat kemarahan putranya kemarin, perubahan sikap mereka kepadanya karena dia bisa menyelamatkan desa, jujur saja itu memang terkesan memuakkan, tapi dia cukup senang pada masa depannya yang mendapat perhatian warga desa.
"Terimakasih!" ucap ibu-ibu toko langganan Hinata, setelah Hinata selesai berbelanja. Yah, belakangan ini Hinata memang sering sekali berbelanja di sana.
"Hinata!" Sakura yang kebetulan lewat menghampirinya.
"Sakura-san?" ucap Hinata kaget setelah tahu yang memanggil nya ternyata Sakura sahabat nya. Dia tidak menyangka kalau bakalan bertemu dengan sahabat nya di sini.
"Sedang merajut sesuatu ya?" ucap Sakura saat melihat barang belanjaan Hinata.
''Tidak Biasa nya'' lanjut Sakura lagi.
"Aku.. sedang membuat syal.." ucap Hinata.
"Hmm?" Sakura menatap dengan wajah curiga.
Boruto dan Himawari juga menatap Hinata kecil dengan senyum penuh arti, Hinata tahu apa yang dj maksud anak-anaknya hanya bisa memerah.
"A-apa?" Ucap Hinata gugup.
"Semangat ya!" Sakura tersenyum dan menepuk kedua pundak Hinata.
"Eh?" kata Hinata kaget.
"Ini hadiah untuk orang itu, kan?" tanya Sakura.
"Eh? Siapa Hinata? " Naruto bertanya dengan ingin tahu, semua orang menepuk keningnya kecuali Sasuke.
"Bwahaha... Aku sudah bilang Dettebasa"
"Eh? Tentang apa Dettebayo? "
"Tidak, kau tidak perlu tahu Dettebasa"
Setelahnya Sakura dan Hinata banyak bercakap-cakap. Mereka pergi ke sebuah kedai untuk makan sambil membicarakan orang itu.
"Akhir-akhir ini dia populer bangat lho" ucap Sakura.
"Be-benarkah?"jawab Hinata.
"Bahkan ada yang sampai jauh-jauh datang dari desa lain cuma untuk mengambil gambarnya doang.." Ucap Sakura lagi menjelaskan.
"Oh.." Cuma itu yang bisa Hinata lontarkan.
"Jangan cuma bilang oh dong.." kata Sakura "Cepatlah sana selesaikan syal mu itu!"lanjut Sakura mendukung penuh Hinata.
"B-baik.. " jawab Hinata pelan.
"Ayolah, percaya diri sedikit..harus berani ya" Kata Sakura memberi semangat pada Hinata.
"Baik.." jawab Hinata.
Malam itu Naruto di rumahnya, memandangi langit malam bersalju dari balik jendela. Kotak-kotak kado yang sore tadi ia terima masih tertumpuk rapi, dan di tangannya, saat ini Naruto sedang memegang sebuah syal berwarna hijau dengan garis putih.
Kelihatannya syal itu sangat berharga baginya.
Sementara di tempat Hinata, ia masih sibuk mengerjakan rajutan syal merah nya itu.
Lalu, di sisi lain Konoha, di atas sebuah bukit, terlihat Sai sedang melukis pemandangan bulan merasakan suatu keanehan.
"Kelihatannya sedikit lebih besar.." ucap Sai curiga.
"Siapa dia Dettebayo? "
"Ayahku, Sai" Inojin menjawab.
"Sudah selesai!" ucap Hinata senang ketika syal rajutannya sudah benar-benar jadi. Buru-buru, Hinata mengepaknya, membungkusnya dan berlari menuruni tangga.
"Aku sudah mencurahkan hati dan jiwaku untuk membuat ini, aku yakin perasaanku pasti akan sampai pada Naruto-kun.." Hinata buru-buru ingin langsung menemui Naruto.
"Ya ampun Hinata... Akhirnya" Kiba menggoyangkan Hinata dengan tatapan mata menggoda membuatnya memerah hebat, Akamaru menyalak dengan riang.
"Akamaru" Biasanya Hinata memeluk akamaru, tapi kali ini Himawari yang memeluknya.
"Tapi apa iya harus sekarang? Ini kan sudah malam.." Hinata balik lagi.
"Mungkin sebaiknya besok saja.."
"Tidak, aku ingin memberikan nya malam ini juga.." Hinata balik lagi ingin memberikannya.
''Besok saja mungkin''Hinata mengurungkan niat nya berputar balik.
''Tidak, harus malam ini'' Ucap Hinata lagi berbalik mau pergi.
''Besok,saja'' lagi Hinata kebingungan dan terus mondar-mandir di teras rumah nya.
Boruto dan Himawari tertawa melihat ibunya kebingungan.
"Cepat lah nyatakan perasaan mu" ucap Hanabi, yang ternyata sejak tadi mengamati kakaknya itu.
"Bagus nee-chan" Keduanya berkata dengan semangat, Hanabi hanya membalas dengan jempol dan senyum penuh arti.
"Hanabi!? Kenapa tidak bilang-bilang kalau lagi disana'' Kata Hinata setelah tahu ternyata suara tadi dari adik tersayang nya ini.
"Melihat anak gadis yang menderita gara-gara cinta rasanya menyenangkan.." ucap Hanabi.
"Anak kecil tak seharusnya bicara begitu.." ucap Hinata.
"Hei,Aku bukan anak kecil lagi lho, penglihatan Byakuganku sudah sebaik orang dewasa." ucap Hanabi sambil menunjuk mata lavender nya.
"Dan ngomong-ngomong coba lihat ini.." Hanabi memperlihatkan sebuah kunai dengan gantungan di belakangnya.
"Imut kan?" kata nya lagi.
"Kawaii nee-chan" Himawari berkata dengan antusias, Boruto mengerang, oke ini urusan perempuan.
"Memperlakukan kunaimu seperti mainan lagi" ucap Hinata dan..
Perutnya tiba-tiba saja bunyi, dia lapar.
"Kalau perutmu berbunyi seperti ini, saat kau ingin menyatakan perasaanmu, bisa-bisa dia tertawa terbahak-bahak lho.." goda Hanabi.
"Si-siapa yang mau menyatakan perasaan sih.." bantah Hinata kemudian pergi meninggalkan Hanabi.
"Dari pada memberinya syal, mungkin lebih baik kalau kau mengubah gayamu biar makin fashionable.." ucap Hanabi sebelum Hinata benar-benar pergi.
"Yah, ku rasa ibu sangat cantik dengan pakaian misinya Dettebasa"
Sementara itu, tampak para kage sedang mengadakan suatu pertemuan. Kazekage, Raikage, Mizukage, Tsuchikage, dan Hokage, yang saat ini adalah Kakashi.
"Aku tidak berbohong bukan? Para kaget berkumpul, itu artinya semuanya sudah salam fase masa damai Dettebasa"
"Aku tidak percaya, kenapa aku menjadi Hokage? "
"Bulannya akan jatuh.."
"Eh? Bulan akan jatuh seperti apa yang di katakan Iruka sensei Dettebayo? "Semua orang juga menyadari hal itu.
"Yang pasti bulan nya sedang mendekat bumi.''
"Apa karena itu ada banyak meteor yang jatuh akhir-akhir ini?"
Mereka rapat untuk membahas masalah Bulan yang makin hari entah bagaimana makin tampak mendekati Bumi.
"Aku akan menjelaskannya.." ucap perempuan yang menjadi penasehat Kakashi.
''Saat dua inti benda angkasa saling mendekat, Gravitasi nya akan tarik menarik. Saat sudah mencapai jarak tertentu, permukaan Bulan akan mulai terpecah. Dan saya percaya pecahan permukaan tersebut sudah mulai jatuh ke arah bumi.''jelas penasehat Kekashi itu.
"Aapa maksudnya itu? A... Aku tidak mengerti Dettebayo"
"Lihat saja nanti kau akan mengerti Dettebasa"
"Lalu apa yang akan terjadi? "
"Bulan akan benar-benar hancur total dan potongan-potongan nya akan menghujani permukaan Bumi.." lanjut penasehat dari Kekashi itu.
'' Begitulah yang akan terjadi kalau kita tidak berbuat apa-apa,maka Umat manusia akan..''kata nya tapi belum selesai menjelaskan perkataan nya malah di potong Raikage.
"...musnah ya. .." sambung Raikage.
"Apa ini fenomena alam? atau diakibatkan oleh ulah manusia?" tanya Mizukage.
"Pertanyaan yang bagus.." ucap Kakashi.
"Musim yang seperti ini ramen memang yang paling pas.." ucap Naruto.
"Ya ampun, kenapa ayah lagi Dettebasa, padahal aku ingin mendengar penjelasan Old Man Kakashi"
Salju sudah mulai turun, suhu udara begitu dingin hingga memakan ramen pun menjadi pilihan yang sangat pas.
Saat ini mereka sedang berada di kedai Ichiraku, untuk merayakan sesuatu. Naruto, Sakura, Shikamaru, Chouji, dan Ino makan bersama.
"Sepanjang tahun juga makananmu kan cuma ramen.." ucap Sakura.
"Kau memang sangat menyukai ramen, ya?" tanya Ino.
"Yah, aku memang sangat menyukainya.." jawab Naruto sambil memengang sumpit nya.
"Tambah 5 mangkok gyoza lagi ya!" ucap Naruto pada paman Teuchi pemilik kedai ichiraku ini.
"Segera ku siapkan'' jawab paman Teuchi sambil terus mengaduk masakan nya.
"Lima? Aku tidak bisa memakan sebanyak itu" ucap Chouji kaget dikira nya Naruto memesankan makanan itu untuk nya.
"Dia tak bilang kalau itu untukmu kan.." balas Shikamaru.
Semua tertawa melihat itu.
''Selamat Makan'' ucap Naruto tapi sebelum melanjutkan makan nya Naruto ingat untuk melepaskan syal yang dia gunakan.
"Ah, Jangan sampai ini kotor.." ucapnya sambil memasukan syal berwarna hijau tersebut.
"Eh? syal itu.." Sakura melihat dan
Saat itulah Hinata sampai di sana.
"Hei Hinata!" sapa Sakura.
"Ikutlah makan dengan kami,bila kamu belum makan!" ajak Sakura pada sahabat nya ini Hinata.
"Aku yang traktir malam ini!" Sambung Naruto.
'' Kata nya ada hal yang mengembirakan hari ini, maka nya dia ingin merayakan nya sekarang'' Ucap Sakura menjelaskan.
"T-tapi.." Hinata malu-malu.
"Ayolah jangan malu. sini, duduk di sini.." Sakura mempersilakan tempat duduknya yang di sebelah Naruto untuk Hinata.
"Duduklah disini , Hinata.." ucap Naruto.
''Ba-baiklah'' jawab Hinata senang setelah mendengar ucapan dari Naruto, Tapi tiba-tiba "Naruto senpai!" fans-fans Naruto tiba-tiba saja berdatangan.
"hey, kalian.. Hadiah yang kemaren terimakasih ya.." ucap Naruto senang.
"Pesan apa saja yang kalian mau, biar aku yang terakhir, sebagai tanda terimakasih untuk hadiah yang kalian berikan.." kata Naruto pada gadis-gadis itu.
"Terimakasih banyak!" ucap gadis-gadis itu serempak.
"Hinata, kau juga pesan apa pun yang kamu mau ya.." ucap Naruto pada Hinata. Hinata sudah duduk di kursi itu, tapi saat Naruto hendak duduk kembali ke kursinya, salah satu fansnya malah menarik tangannya.
"Senpai disini saja'' kata gadis berbaju pink itu menarik tangan Naruto, Mereka ingin Naruto makan bersama mereka.
''Makan lah bersama kami'' ucap gadis yang lain nya.
Melihat itu tanpa mengatakan apapun Hinata turun, memegang erat kembali bingkisan yang harusnya ia berikan pada Naruto dan melangkah pergi.
"Hinata.." kata Sakura merasa tak enak.
"Ada apa?" tanya Naruto.
"Maaf.. Sebenar nya aku sudah kenyang.." ucap Hinata bohong dan melangkahkan kaki nya.
"Hinata.."kata Sakura lagi.
"Hei, antar dia pulang dong.." ucap Sakura ke Naruto.
"Hah?Mengantar Hinata pulang? Tapi buat apa?" jawab Naruto bingung.
"Ya, tak seharusnya kan kamu membiarkan anak perempuan pulang sendirian malam-malam.." kata Sakura menjelaskan.
"Hinata kan sangat kuat, mana mungkin ada yang berani macam-macam dengannya di desa ini.."jawab Naruto masih tidak mengerti dengan ucapan Sakura.
"Eh? Hinata!" Sakura semakin khawatir.
"Mou, kau bodoh!" bentak Sakura ke Naruto lalu menyusul Hinata.
"Baka Oyaji" Boruto berkata serempak dengan suara Sakura masa depan.
"A.. Apa yang salah Dettebayo? " Naruto tidak mengerti kenapa anaknya bahkan mengatakannya bodoh, Sarada hanya meringis untuk kali ini dia setuju pada Boruto bahwa Nandaime-sama bodoh.
''Hey, kenapa kau memanggil ku bodoh sih? Tanya Naruto tidak mengerti, dan saat hendak menyusul Sakura dan Hinata, pesanannya sudah jadi.
'' Senpai, Gyoza nya sudah jadi'' ucap gadis bertopi memperlihatkan makanan nya .
'' Ayoo, Makan '' ajak gadis berbaju pink tadi sambil memengang lengan Naruto erat.
Pada akhirnya Hinata pergi ditemani Sakura.
"Yah, terkadang dia itu memang tidak peka.." ucap Sakura.
Hinata masih diam, berjalan dengan wajah murung.
"Tadi kamu berniat ingin memberinya syal buatanmu, kan?"tanya Sakura memastikan, Hinata hanya mengangguk.
''Tidak apa-apa Hinata, percaya diri lah, kamu pasti bisa melakukan nya'' Kata Sakura memberi semangat dan dukungan penuh pada sahabat nya ini.
"Arigatou" ucap Hinata tersenyum lembut.
"Tapi.. kenapa kau begitu mendukungku?" tanya Hinata.
"eh?kalau itu..." Ucapan Sakura menggantung, dia berpikir dan bayangan Sasuke terlintas di benaknya, pemuda yang saat ini berada di kejauhan, dalam perjalanan panjang untuk mencari jati dirinya.
"Karena kita harus saling mendukung.." ucap Sakura tersenyum.
"Saling mendukung?" tanya Hinata masih bingung, tapi tidak terlalu dipikirkan nya, yang pasti Hinata senang ada sahabat nya yang mendukung nya penuh.
Dan mereka pun melanjut kan langkah pulang.
Akhirnya Hinata sampai di depan rumahnya, dan Sakura pun telah kembali. Tapi, bukannya masuk, Hinata malah menetapkan hatinya dan tiba-tiba balik lagi.
Namun celaka..
Malam ini ternyata bukanlah malam yang sama seperti malam-malam sebelumnya. Malam ini, sekelompok shinobi berbalut perban seperti yang sebelumnya tampak menyerang orang-orang Hyuuga terbang di atas langit konoha menggunakan layang-layang ninja.
Mereka lalu mendarat, melesat turun di kediaman klan Hyuuga. Buru-buru mereka mencari di berbagai ruangan, hingga akhirnya ketemulah apa yang mereka incar. Hanabi.
"Siapa disana..!?" belum sempat bertanya Hanabi sudah langsung dibekap dan dibawa pergi.
Aksi kelompok ninja itu begitu cepat, namun Sai yang waktu itu kebetulan berada di dekat sana melihatnya dan langsung tanggap.
"Itu.. Hanabi!?" kata Sai menyadari kalau orang yang di bawa shinobi-shinobi misterius itu adalah Hanabi adik dari sahabat nya Hinata.
''Choujuu Giga'' kata Sai dan muncul lah Burung raksasa dari jutsu nya dan Sai pun mengejar Shinnobi misterius yang membawa Hanabi itu.
Sai terus mengejar, mengikuti mereka hingga keluar desa dan masuk ke hutan-hutan. Sadar kalau mereka diikuti, komplotan Shinobi misterius itu menyerang dengan tembakan-tembakan yang menciptakan ledakan api besar.
''Naruto-kun.. selama ini aku selalu memperhatikan mu dari belakang. Tapi mulai sekarang, aku ingin selalu, selalu ada di samping mu. Jadi aku merajut ini degan sepenuh hatiku. Ku mohon terima lah perasaanku. Ucap Hinata menunduk sambil menyerahkan kotak bingkisan berisi syal itu ke angin yang lewat.
Semua orang terkejut, tapi tidak seperti Naruto yang benar-benar tercengang, Hinata, putri Hyuga berpendapat seperti itu tentang dirinya.
Ya, Hinata sedang latihan di pinggir jalan yang sepi, di depan Apartement nya Naruto.
"Baik, aku akan mencobanya sekali lagi." ucap Hinata pada diri nya sendiri.
"Naruto-kun.."
"Oii,Hinata!" Naruto sungguhan tiba-tiba saja muncul dari belakang Hinata.
Semua orang tertawa, astaga.. Itu lucu sekali, Hinata nyaris pingsan karena malu.
Naruto menghampirinya, "Apa barusan kau memanggilku, Hinata?"
"Itu.. selamat malam.." ucap Hinata.
"Kita baru saja kan tadi bertemu di Ichiraku?" kata Naruto.
"Ah, benar juga.."jawab Hinata tersenyum.
Hinata yang semula menunduk kini melihat ke arah Naruto.
Dan.. Hinata kaget saat melihat Naruto menggunakan sebuah syal berwarna hijau dengan garis-garis putih..
Semua orang tahu apa yang terjadi, Lagi-lagi hanya Naruto yang tidak mengerti kenapa Hinata tersentak.
"Ada apa, Hinata?" kata Naruto saat melihat raut wajah kaget Hinata.
"I-itu.. syal yang bagus.." ucap Hinata.
"Ah, ini.." kata Naruto memengang syal nya namun tidak berkata-kata lagi
Dan.. tiba-tiba saja perut Hinata berbunyi.
Untuk sesaat suasana berubah menjadi hening.
"Hei, kedengarannya kau lapar.." ucap Naruto. "Jika mau Ramen instan, aku punya beberapa di apartement ku'' Kata Naruto menawarkan.
Hinata malu sekali. Apa yang ia takutkan betul-betul terjadi. Lalu sambil menundukan wajahnya yang mulai memerah "Selamat malam!" teriaknya dan berlari pergi.
"Eh? Bukannya kau ingin mengatakan sesuatu padaku?" Naruto bingung.
"Hei Hinata!" Naruto berniat mengejar tapi Hinata sudah jauh.
Hinata tidak pulang ke rumah nya tapi malah pergi ke taman, malam-malam duduk sendiri di sebuah ayunan sambil memikirkan hal tadi "Aku penasaran siapa yang telah memberikan syal itu pada nya? Ucap Hinata pada diri sendiri.
" Oh? Kenapa kau tidak bertanya padaku Hinata, kalau kau bertanya aku akan menjawabnya Dettebayo, aku benar-benar bukan orang pintar yang tahua apa yang terjadi dengan sekli lihat"
"Kalau kau senang aku juga senang, Naruto-kun.." tanpa ia sadari air mata mulai menetes dari matanya, Menetes dan jatuh di atas syal berwarna merah hasil rajutannya.
"Kenapa kau menangis?" tanya seorang lelaki tiba-tiba saja muncul dari balik kegelapan "Kau membuat syal itu basah "lanjut nya lagi.
"Aku sudah tak membutuhkannya lagi." ucap Hinata.
"Kalau begitu, berikan saja padaku?" ucap lelaki itu lagi, lelaki berambut putih yang merupakan dalang di balik komplotan shinobi misterius itu.
"Siapa kau?" Hinata kaget saat ia bisa melihatnya dengan jelas di bawah sinar lampu taman.
"Namaku Toneri, dan aku datang untuk mencarimu." ucap orang itu, Toneri.
"Mencariku!?" Tanya Hinata Bingung.
"Hinata!" Naruto menemukan Hinata tepat sebelum lelaki itu membawanya.
''Apa-apaan ini, lepaskan aku'' teriak Hinata saat diri nya di bekap oleh shinobi misterius dari belakangnya. Dan laki-laki yang Nama nya Toneri itu mengeluarkan cahaya hijau yang membuat Hinata pingsan.
"Yare.. Yare... Sepertinya kita akan melihat Naruto beraksi"
"Hei, apa yang kau lakukan pada Hinata!?" Teriak Naruto mencoba menyerang tapi tiba-tiba saja orang itu menghilang. Dan tak lama setelah ia menghilang, puluhan shinobi berlapis perban muncul. Mereka semua menyerang Naruto, Naruto menendang,memukul ,menangkis dan menyerang Shinobi-shinobi yang semakin banyak, tapi untungnya Naruto cukup kuat untuk menjatuhkan mereka semua.
''Tajuu Kagebunshin No Jutsu'' Naruto menciptakan beberapa bunshin untuk meladeni para shinobi itu, sementara Naruto yang asli mengejar si penculik Hinata.
"Hinata!" Teriak Naruto.
Naruto berlari melewati seluk beluk desa Konoha, melompati gedung-gedung yang baru saja selesai dibangun. Satu per satu shinobi misterius muncul dan menghalangi jalannya, namun Naruto mampu menerobos mereka dan terus mengejar salah satu anak buah Toneri yang membawa Hinata.
"Boomb!" Beberapa tembakan peledak dilesatkan oleh para shinobi misterius yang kini mengejar Naruto, namun Naruto mampu menghindari semua itu. Naruto terus berlari. Tapi kemudian, satu serangan berhasil mengenainya. Naruto terpental, dan saat ia bangun sudah tampak puluhan shinobi miterius di udara dan siap untuk menembakinya.
"!" Naruto tak mampu menghindar, namun ledakan itu tak cukup untuk melukai Naruto.
"Sugoi" Naruto berkata dengan takjub menatap masa depannya.
"Ya itu cukup baik" Sasuke berkata dengan santai.
Naruto melompat dari kepulan asap dan balas menyerang "Rasenshuriken!" Rasengan kuning berbentuk shuriken pun melesat dan memotong habis tubuh para shinobi itu, yang kelihatannya bukan manusia.
"Woah.. Itu jutsu ciptaan Nandaime sendiri kan? " Chocho dan Sarada menatapnya dengan takjub, Iwabe dan yang lainnya pun sama.
"Kau!" Naruto akhirnya bisa sampai di hadapan si penculik.
"Lepaskan Hinata!" Naruto menyerang namun lagi-lagi orang itu berhasil menghindar.
'' Tunggu'' teriak Naruto.
Dari udara, tembakan demi tembakan kembali melesat ke arah Naruto. Mereka seolah tak ada habisnya, para shinobi misterius itu.
Hinata pun mulai tersadarkan diri tapi dia tidak bisa melepaskan diri nya karena merasa kehilangan kekuatan nya.
Naruto pun melemparkan rasenshuriken kedua ke arah si penculik langsung. Serangan Naruto mengenai puncak gedung tempat orang itu berpijak, membuat keseimbangannya goyah dan Hinata pun terjatuh.
Hinata terperosok jatuh dari gedung, namun syal yang dibawanya tersangkut dan ia pun selamat. Tapi, syal itu tak mampu bertahan lama.
''Hinata, kau baik-baik saja? Kata Naruto sedikit berteriak untuk memastikan Hinata baik-baik saja
''Hu-uh'' jawab Hinata memberitahukan kalau dia saat ini baik-baik saja.
Naruto pun mulai melesat menuju si penculik, yang masih berdiri di puncak gedung. Orang itu mempersiapkan beberapa bulatan kuning untuk menembak sementara Naruto telah siap dengan sebuah rasengan di telapak tangannya.
Orang itu mulai menembak, satu per satu lingkaran energi berwarna kuning ia lemparkan namun Naruto mampu menghindari semuanya. Hingga akhirnya Naruto sampai pada orang itu '' Rasengan'' Teriak Naruto dan.. Bang,! Rasengannya beradu dengan bola energi musuh, menciptakan ledakan yang lumayan dahsyat.
Kembali ke Hinata, syal buatannya sudah benar-benar tak bisa menahan dirinya lagi. "Badan ku mulai mati rasa,Kekuatanku.." ucap Hinata dan entah kenapa Hinata tak bisa merasakan kekuatannya, dan pada akhir nya syal yang memompang nya tadi benar-benar sudah tidak bisa bertahan lagi,Hinata akhirnya terperosok jatuh dari atas gedung yang sangat tinggi itu.
" Ya ampun... " Semuanya berseru, tegang.
Untungnya sebelum membentur tanah, Naruto cepat melesat dan menyelamatkannya, "Hinata!"
Hinata selamat, dan kini mereka berdua sudah ada di tempat yang aman.
"Hinata.. syalmu robek.." Ucap Naruto saat melihat syal yang di pengan Hinata robek.
"Ya.." kata Hinata sedih.
Hinata meratapi syalnya, yang telah robek terpotong, sama seperti kesempatannya untuk mengutarakan perasaannya pada Naruto. Hancur.
"Darimana datang nya shinobi-shinobi itu?" tanya Naruto.
"Aku tak tahu.." jawab Hinata.
Lalu Toneri kembali. Dari kegelapan tiba-tiba saja ia muncul dan berkata, "Hari terakhir sudah semakin dekat.. tapi sebelum itu.."
"Sialan kau!" Naruto mencoba memukulnya namun layaknya hantu orang itu kembali menghilang, dan muncul dengan tubuh yang melayang di udara.
"Sebelum itu, aku akan datang untukmu.."kata Tenori '' Hinata'' lanjut nya.
Toneri menghilang, dan bersamaan dengan kepergiannya, secerca cahaya dari atas langit semakin dekat dan semakin mendekat.
'' Apa itu? Tanya Naruto melihat secercah cahaya melewati nya.
Sebuah meteor. Ya, lesatan api panas raksasa meluncur jatuh dan melesat jauh melewati Konoha, melesat jauh ke bagian belakang patuh Hokage dan Boomb! ledakang yang begitu hebat terjadi.
"Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Ucap Naruto tidak mengerti dengan yang terjadi.
Sama seperti apa yang dijelaskan saat pertemuan lima kage, serpihan Bulan mulai berjatuhan. Barusan hanyalah satu keping kecil dari ratusan atau mungkin jutaan keping lagi yang sudah siap menghujani Bumi.
"Dunia ini..akan segera Hancur" ucap Toneri dari dalam kegelapan.
Ledakan meteor malam itu menciptakan lubang besar di belakang Konoha. Tapi malam itu, masalah bukan hanya itu saja. Masih ada satu lagi masalah yang lebih penting, penculikan Hanabi. Untuk itu, sebagai Hokage Kakashi telah menyiapkan orang-orang pilihan. Sai, Sakura, Shikamaru, Naruto, dan Hinata.
"Misi kalian adalah untuk menyelamatkan Hyuuga Hanabi yang telah diculik." ucap Kakashi "Kalian akan bertugas sebagai kelompok dengan empat orang anggota di bawah pimpinan Shikamaru. Aku juga menuruti permintaan Hinata untuk bergabung dengan tim ini"lanjut Kakashi lagi.
"Arigatou Gozaimasu.." Ucap Hinata pada kekashi karena sudah mengizinkan nya untuk ikut serta dalam penyelamatan adik nya Hanabi.
"Shikamaru, coba majukan telapak tanganmu." ucap Kakashi.
"Eh,kenapa?"tanya Shikamaru dan ia pun melakukannya. Lalu, penasehat Kakashi mengeluarkan suatu jutsu dan menanamkan sebuah jam aneh berbentuk lingkaran di telapak tangan Shikamaru.
"Apa ini?" tanya Shikamaru Heran.
"Itu adalah jam super rahasia yang hanya dimiliki oleh lima kage." ucap Kakashi sambil menunjukan telapak tangannya, yang juga mengandung jam tersebut.
"Jam seperti apa itu?" tanya Naruto.
"Jam itu menghitung mundur sampai bumi hancur" jawab Kakashi menerangkan.
"Eh?" semua nya kaget mendengar penjelasan kakashi tadi.
"Aku tak mengerti.." ucap Shikamaru.
"Lalu kenapa ini dibutuhkan dalam misi penyelamatan Hanabi?" lanjut shikamaru sambil memengang dagu nya mencoba berfikir tentang hubungan jam dan penyelamatan Hanabi ini.
"Toneri, orang yang menculik Hanabi kemungkinan adalah orang yang telah memanipulasi Bulan." ucap Kakashi menjelaskan hubungan jam dengan penyelamatan ini.
"apa dasar nya kau bisa beranggapan begitu?" tanya shikamaru lagi.
"ini hanya.. firasat" jawab Kakashi.
Dan tanpa banyak tanya lagi misi pun dimulai. Mereka terbang di atas langit bersalju, menaiki burung raksasa karya Sai.
"Di sekitar sini.." ucap Sai, dari atas hutan yang sebelumnya diledakan oleh orang-orang itu.
"Disinilah aku kehilangan pandangan terhadap penculik Hanabi itu." Lanjut nya menerangkan peristiwa malam tadi saat dia kehilangan jejak penculik nya karena di serang dengan bola-bola ledakan.
"Mari kita menyebar untuk mencari petunjuk.." ucap Shikamaru.
"Naruto, kau jagalah Hinata baik-baik." Kata Shikamaru pada Naruto.
"Ya, serahkan saja pada ku!" jawab Naruto lantang. Merekapun berpencar. Semuanya pergi seorang diri, kecuali Naruto yang bersama dengan Hinata.
" ada Apa?" tanya Naruto ke Hinata, yang ia rasa sejak tadi terus memikirkan sesuatu.
"Ah ,tidak apa-apa.." jawab Hinata dan kembali mengamati sekitar dengan Byakugannya.
Hinata kemudian menemukan sesuatu. "Itu.."kata Hinata.
''Ada apa?tanya Naruto dan merekapun mendarat.
Hinata menggali salju, dan ternyata di sana ada sebuah kunai.
Kunai yang waktu itu dibawa oleh Hanabi.
"Ini adalah.. kunai milik Hanabi." ucap Hinata, Hinata segera memasukannya ke tas.
"Eh?" Naruto kaget saat tak sengaja melihat isi dari tas itu. Isinya adalah syal yang sudah rusak waktu itu, yang kelihatannya sudah ia perbaiki kembali.
"Kamu membawa syal itu? lalu kenapa tidak kamu pakai? ini kan dingin.." kata Naruto.
"A-aku baik-baik saja.." ucap Hinata. " Lagi pula Sebaiknya kita cepat-cepat beritahu Shikamaru dan yang lainnya tentang ini.."lanjut nya mencoba mengalihkan topik.
"Ya kamu benar juga"
Mereka pun kembali berkumpul, dan setelah memberitahukan apa yang sudah mereka temukan. Kelompok itu kembali melanjutkan pencarian. Kali ini Hinata dan Naruto berada di depan. Hinata mengamati dengan Byakugannya.
"Hinata, apa yang kamu lihat?" tanya Shikamaru.
"Ada mata air yang berpijar di dalam Goa" jawab Hinata memberitahukan apa yang dia lihat lewat Byakugan nya.
"Eh?" Mata Air yang berpijar? Tanya Shikamaru tidak mengerti.
Singkat cerita mereka pun sudah berada di dalam Goa.
''Shinobi itu berinisial A yaitu Aum'' Kata Sai menemukan sesuatu di dalam Goa. Mereka menyelidiki Goa itu
''ini juga bisa berarti permulaan nya'' timpal Shikamaru menjelaskan analisan nya, yah, bagaimanapun juga Shikamaru adalah Shinobi dengan kejeniusan tingkat tinggi.
''Hinata, apa yang bisa kamu lihat di dasar mata air ini'' tanya Shikamaru.
"Aku tak bisa melihatnya, pandangan Byakuganku seperti terganggu.." Jawab Hinata.
"Byakugan Mu terganggu?" tanya Shikamaru lagi.
'' Kalau begitu tidak ada cara lain, Kita hanya turun langsung dan melihat nya sendiri'' Ucap Naruto.
'' waah, ini tidak boleh basah'' kata Naruto lalu ia melepas syalnya supaya tidak basah.
"Kau ini hati-hati sekali, apa masalah nya kalau syal mu itu basah?" tanya Sakura.
"Masalah besar kalau sampai basah,Syal ini sangat berarti bagiku.." ucap Naruto.
Mendengarnya Hinatapun menunduk.
"Tidak perlu takut basah" ucap Sai.
"Aku sudah coba menyentuh air ini, tapi tanganku tidak basah sama sekali" jelasnya. Yah, itu memang bukan air biasa. Naruto dkk sama sekali tidak basah saat memasukan diri mereka ke dalam sana.
Mereka pun memulai perjalanan menyelam mereka, dan Naruto tetap menggunakan syalnya.
Mereka terus menyelam, melewati lapisan air lainnya, melewati kolam air penuh batu-batu bulat besar yang mengambang layaknya Bulan di langit. Melihat hal itu, sesuatu terjadi...
Naruto dan yang lainnya..
Tempat itu membawa mereka masuk ke alam genjutsu.
"Andai dunia akan berakhir besok, Dengan siapa kalian ingin bersama di hari terakhir" tanya Iruka sensei pada murid-muridnya.
"Apa yang terjadi? " Shikamaru bertanya.
"Ini adalah sebuah genjutsu kenangan Dettebasa"
"Kaya beneran mau terjadi saja" ucap Naruto dengan senyum nakalnya.
"Yah, anggap saja bulannya jatuh dan menghancurkan Bumi." ucap Iruka.
"Jika akhir Bumi akan seperti itu, Aku ingin daging yang jatuh bukan nya bulan" ucap Chouji, dan kompak satu kelas pun tertawa.
Tapi tiba-tiba suasana jadi gelap '' lihat bulan nya?kata salah satu murid disana.
yah, Bulan jatuh dan menghancurkan gedung.
Kepulan asap dari ledakan itu membuat murid batuk-batuk, termasuk Naruto. Dan ketika asap itu menghilang, Naruto sudah berada di arena ujian Chuunin.
"Pertandingan Ronde ke 7 , Uzumaki Naruto melawan Inuzuka Kiba"
"hah, Ujian Chuunin?" Ucap Naruto bingung.
"Naruto! Jangan sampai kalah dengan anak seperti dia!" teriak Sakura dari lantai atas.
Naruto masih bingung, sementara Kiba tanpa basa-basi langsung mengeluarkan jutsu ''Gijuu Ninpou : Shikyaku No Jutsu'' Ucap Kiba.
"Hei hei tunggu sebentar Kiba'' Ucap Naruto.
''Aku datang'' Kata kiba lagi tanpa menghiraukan perkataan Naruto dan langsung menyerang nya
Naruto masih bingung, ia tak tahu kalau saat ini ia sedang tenggelam dalam dunia genjutsu, genjutsu yang akan membawa kembali kenangan-kenangan dari masa lalunya. ''Kiba, hentikan'' Lirih Naruto masih dalam pengaruh Genjutsu itu. Dan sama seperti Naruto, Hinata pun mengalami genjutsu tersebut.
"Naruto-kun.. saat ini ia sedang bertarung melawan Pain" ucap Hinata di alam Genjutsu.
"A... Pain? " Semua orang bertanya dengan tidak mengerti apalagi melihat konoha sudah menjadi kawah.
"Sebuah organisasi dari Akatsuki yang mengincar kurama dengan dalih kedamaian Dettebasa"
"Kenapa kau tahu itu? " Sarada bertanya.
"Itu ada di buku pelajaran di Akademi Nona Uciha" Jawabnya.
"Naruto-kun bertarung sendirian.."Ucap nya lagi.
"Banshou Tennin!" Pain menarik tubuh Naruto, yang saat itu berada di mode sage dan menghantamkannya ke tanah.
"Naruto-kun.." Lirih Hinata.
"Itu yang kau katakan soal Nandaime-sama dan bibi Hinata hampir mati untuk konoha? " Shikadai bertanya dengan penasaran.
"Ya"
Naruto dan Hinata sama-sama tertidur di alam genjutsu. Dan entah bagaimana, syal yang Hinata taruh di tasnya secara perlahan mengalir keluar menuju Naruto. Syal itu seolah menghubungkan mereka, dua ninja yang terbaring di alam maya.
Ujian Chuunin, setelah pertarungan itu, Hinata menyerahkan sebuah kotak obat untuk Naruto. Sambil menunduk malu-malu, Hinata memberikannya dengan menggunakan kedua tangannya.
"Apa ini?" tanya Naruto.
"itu Balsem" ucap guru Kurinai, pembimbing Hinata.
"Kenapa kau memberikan nya padaku?" Tanya Naruto lagi tidak mengerti arti perhatian dari Hinata untuk nya.
"Terima saja, Naruto.." jawab Kurenai
"Hmm, makasih ya!" ucap Naruto'' Kamu sangat Baik, Hinata'' lanjut nya. Tapi kemudian.
"Banshou Tennin!" Pain menarik tubuh Naruto.
Kenangan masa lalu mulai bercampur. Naruto ditarik dan kemudian tubuhnya dihempaskan ke tanah. Pain kemudian memakunya, menusuk-nusuk tubuh Naruto dengan batangan hitam itu. Sampai kemudian, Hinata datang dan membantunya.
"Itu pasti menyakitkan Dettebayo, akh... Tanganku, pengangkut, kakiku..." Naruto berkata dengan panik.
"Kenapa.. kamu datang kesini?" tanya Naruto "Kamu bukan tandingannya!" lanjut nya.
"Kali ini.. aku akan menyelamatkanmu, Naruto-kun." ucap Hinata tanpa mempedulikan pertanyaan Naruto tadi.
"Aku yang selama ini selalu menangis, dan bahkan menyerah sebelum berusaha. Aku telah banyak melakukan kesalahan. Tapi, kamu datang menolongku, menolongku untuk menemukan jalan yang benar, Naruto-kun.
Aku selalu Mengejar Mu. Aku ingin bersama Mu. Aku ingin berjalan di samping Mu sepanjang waktu. Aku ingin berada di sisi Mu , selalu.
Naruto-kun, kamu sudah merubahku.
Senyum Naruto lah yang telah menyelamatkan ku. Karena itulah, Aku tidak takut mati, Jika aku bisa menyelamatkan Mu, Karena aku MENCINTAIMU, Naruto-kun"
Semua orang terbelalak dengan apa yang di katakan Hinata.
"Bukanlah Hinata sudah mengatakannya pada Naruto, apa Naruto tidak mengerti? Atau Naruto tidak mendengarkan? " Shikamaru benar-benar tidak mengerti.
"Tidak, ayah mendengarnya, tapi kyubi mengambil alih tubuhnya dan melupakan itu Dettebasa"
''Hinata'' Lirih Naruto.
Syal merah Hinata keluar dari tasnya dan melilit Naruto yang ada di sebelahnya, seolah menjadi benar merah antara keduanya.
Naruto masih berada di alam genjutsu, dan ia kembali lagi ke masa ketika guru Iruka bertanya pada murid siapa orang yang ingin mereka ajak untuk menghabiskan waktu mereka. Namun kali ini, Naruto berada di sana sebagai dirinya saat ini.
Bagai hantu yang tak seorang pun menyadarinya, Naruto dewasa berdiri di belakang kelas, sambil melihat para murid termasuk dirinya sendiri.
''Andai dunia ini berakhir besok, Dengan siapa kalian ingin bersama di hari terakhir?'' Tanya Iruka Sensei pada murid-murid nya.
'' Jika akhir dunia memang seperti itu, Aku ingin daging yang jatuh bukan nya bulan.'' Ucap Chouji . dan membuat satu kelas tertawa bersama.
"Hah, lagi-lagi Iruka-sensei.." ucap Naruto bosan dan kemudian melangkah pergi.
''Tulislah dengan siapa kau ingin menghabiskan hari terakhir mu'' Ucap Iruka sensei.
Naruto kemudian berhenti ketika guru Iruka memarahi Naruto kecil.''Hey,Naruto, jangan melempar kertas mu begitu ''Kata Iruka sensei menasehati Naruto kecil.
''Tap,tidak mungkin lah dunia kiamat.''Jawab Naruto pada Iruka sensei yang sekarang sudah ada dihadapan nya.
''Aku hanya bilang adaikan saja'' jelas Iruka sensei.
''Tuh kan, memang tidak pernah terjadi'' Ucap Naruto kecil.
Naruto Dewasa hanya bisa tersenyum melihat kelakuan diri nya waktu kecil.
Kebetulan saat itu ia berada tepat di sebelah tempat duduk Hinata, saat Hinata tertawa dia melihatnya menulis nama seseorang.
"Uzumaki Naruto"
Ternyata Hinata menulis namanya.
"Aku?" Naruto kaget, dan tidak mengerti "kenapa aku? "
Naruto dewasa kemudian berpindah lagi ke masa ketika Hinata memberinya obat salep, waktu di ujian chuunin.
"apa itu? Kata Naruto kecil.
''Itu balsem'' kata Kurenai menjelaskan. Naruto dewasa berada di tengah mereka tapi tidak seorang pun melihat nya bagai hantu.
''Kenapa kamu memberikan nya pada ku?" tanya Naruto kecil lagi.
"Dasar tidak peka.." ucap Sakura, yang tiba-tiba saja berdiri di sebelah Naruto dewasa.
Naruto benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, dia berdiri di balik tiang listrik dengan bingung.
"Terkadang dia memang tidak peka sama sekali.." ucap Sakura pada Hinata di malam itu. Ya, kali ini Naruto berada di pinggir jalan, memperhatikan percakapan Hinata dan Sakura waktu itu. Karena tak hanya ingatannya, Naruto ternyata juga telah masuk ke dalam ingatan Hinata.
"Tadi kau ingin memberinya syal itu, kan?" tanya Sakura.
Hinata mengangguk.
''Tidak apa-apa Hinata, percaya dirilah. Aku yakin kau pasti bisa melakukannya, Hinata.." ucap Sakura.
"Ya, Arigatou"Ucap Hinata.
Naruto hanya diam, dan meski lambat namun perlahan perasaan itu mulai sampai padanya.
"Kau benar-benar menyukai Ramen ya?" tanya Sakura pada Naruto saat berada di kedai Ichiraku.
"Ya, aku cinta ramen!" ucap Naruto.
"Kau benar-benar cinta.."
"Ya, aku juga suka Hinata.. "ucap Naruto.
"Naruto memang tak peka sama sekali." ucap Sakura
" dia bahkan tidak tahu apa itu cinta" lanjut sakura
"Apa maksudmu?" tanya Hinata.
"Seperti mengetahui perbedaan antara menyukai manisan, Misal nya pangsit Shiratama dan Gelatin buah dengan perasaan Cinta" ucap Sakura menjelaskan.
"Memangnya beda ya?" tanya Naruto yang seolah menggantikan Hinata pada waktu bercakap-cakap bersama Sakura waktu itu.