Chereads / Some Letter Before Dead / Chapter 9 - Before Hell : First Kiss

Chapter 9 - Before Hell : First Kiss

3 Juli 2016

Apa kamu pernah ciuman? Oh tidak, aku sepertinya berbicara mesum tapi serius ini sungguh aneh. Apakah hal ini wajar? Berciuman dengan orang yang baru kukenal juga berciuman dengan sahabatku sendiri?

Aku tidak mengerti apa yang terjadi malam minggu kemarin. Sepertinya kami bertiga terbawah adrenalin? Begini. Setelah kita menghabiskan waktu menelusuri kota kecil ini. Abas mengajakku dan Cinthia berkunjung ke rumahnya.

Awalnya aku tidak menginginkan hal ini tapi entah mengapa seolah rasa percaya timbul disana.

Jay sepertinya sudah pernah mengingatkanku. Jangan sembarangan mengunjungi orang yang tidak dikenal apalagi orang ini. Jay tampak amat mengerti orang ini harus diwaspadai begitu juga denganku yang merasa demikian. Tapi ia juga bilang "Orang ini keren kapan lagi lu bisa bergaul dengan orang keren?"

Banyak sekali pemikiran yang membuatku bimbang walau akhrinya aku mengiyakan mereka.

Aku takjub dengan rumah Abas. Bisa ku bilang, dia orang kaya. Halaman rumahnya lumayan besar, pagarnya tinggi, terdapat kolam rumah yang langsung menyapa tamu, ia juga punya hot tub di halaman rumah bahkan ada dua yang satunya lagi di teras rumah lantai tiga. Rumahnya tiga tingkat memang.

Astaga. Aku minta maaf sudah seperti orang norak. Aku tidak pernah melihat hal seperti ini secara langsung selain di TV atau Film yang ku tonton. Walau begitu aku masih bisa mengendalikan diri kok. Aku bahkan bisa tetap cuek dan tidak peduli di hadapan mereka padahal sebenarnya aku sangat takjub.

Cinthia terlihat seperti biasa-biasa malahan, mungkin ia sudah sering kemari? Aku tidak heran, sebab mereka berdua berteman sebelumnya.

Sudah selesai review rumah. Aku sampai lupa mengenai pembahasanku. Kala itu karena malam minggu. Abas mengajak kami untuk mabuk-mabukkan.

Jangan kalian pikir aku anak nakal yang suka mabuk. Aku takut astaga. Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya terlebih umurku yang tergolong belum cukup.

Aku lupa apa yang terjadi sampai akhirnya aku mengiyakan bujukannya. Terlebih rasa aman terdorong disana karena melihat tidak ada penolakan berlebihan dari Cinthia

Kami banyak minum kala itu. Bahkan aku merasa ada yang datang mengawasi kami karna terlalu banyak minum. Aku yakin sebab Abas beberapa kali pergi seolah bertemu seseorang.

Sambil minum pada akhirnya Abas mengangkat topic mengenai first kiss. Aku pikir dari sini cerita dimulai. Diantara mereka hanya aku lah yang tidak pernah melakukan hal itu.

Abas menyarankan bagaimana kalau aku mencobanya? Aku menolak. Karena aku berpikir ini sudah terlalu jauh? Aku bisa merasakan aku bergetar kala itu karena gugup. Suasana ini sungguh asing bagiku. Abas bahkan sepertinya mengetahui perasaanku karna ia mulai mengolokku.

Persetan dengan menjadi gaul. Pada akhirnya aku memilih berpura-pura. Dan kau tahu? Karna berpura-pura akhirnya sikap sok percaya diri membuatku terjebak.

Pertama aku memang tidak yakin dan menolak. Aku kaget bukan main ketika Abas berkata, "Tenang, kau cukup melakukan ini," lalu dia melumat bibir Cinthia. Sungguh aku tidak mengerti dengan situasi itu. Situasinya sangat aneh.

Mereka saling melumat bibir dan dengan jelas mempertontonkannya padaku. Aku diminta memperhatikannya dengan seksama agar saat Abas datang padaku aku sudah bisa beradaptasi.

Saat Abas mendekat aku bisa merasakan Cinthia dibelakang seperti tidak menginginkan hal ini, mungkin tepatnya tidak menginginkanku melakukannya dengan Abas. Aku hanya menerka dari sorot kosongnya. Aku tidak mengerti harus menggambarkannya bagaimana tapi aku bisa merasakannya dari melihat rupanya saja.

Aku bingung dan tidak bisa memilih karna rasa pasrah lebih menguasai. Pada akhirnya aku merasakan sensasi dari bibir Abas. Setiap inci bibirku dilumat olehnya. Bibirnya terasa masam dan manis? Mungkin karna alcohol yang kita minum dan dirinya yang memang perokok? Kumis tipisnya bahkan terasa geli karna bergesek dengan permukaan kulitku, aku sampai harus mundur beberapa kali karna tak kuasa merasakannya.

Tapi Abas malah menguasaiku. Bahkan kami hampir kehabisan nafas karena akhirnya harus menarik banyak udara.

Aku sempat menangkap sorot Cinthia yang sendu lalu kepersekian detiknya tiba-tiba tersenyum dan tertawa, apa karena mabuk? Aku bisa merasakan ada rasa kecewa disana entah untuk apa? Bila ku bilang dia cemburu? Lalu bagaimana dengan Dama? Juga bukannya dia tahu aku dekat dengan Jay, memang dia selalu menjodohi kami padahal dia tahu kami hanyalah sahabat, tepatnya kami bertiga sahabat. Apa dia suka Abas?

Ngomong-ngomong ketika Abas mundur lalu berkata, "Lu mahir keknya buat ukuran pemula. Coba deh Cinthia." Saat itulah bibirku langsung dilumat tapi oleh sahabatku sendiri.

Aku sempat melihat Cinthia sepertinya bergumam. "Aku harap ini segera berakhir."

Aku tidak bisa menjelaskan hal ini lagi. Aku sangat bingung, takut, entahlah. Aku tidak mengerti lagi dengan situasi ini. Kepalaku rasanya penuh memikirkan kejadian ini sampai sekarang. Aku hanya bisa diam, karna setelahnya Cinthia kembali melakukan hal tersebut dengan Abas bahkan sangat lama seolah mereka sangat menikmati suasana kali itu.

Aku bisa merasakan dengan jelas rasa bibir semalam seperti membekas. Semuanya terasa dengan jelas, aku sangat mengingat setiap sentuhan oleh daging lembut itu, gesekan oleh benda tidak bertulang, semuanya. Seolah aku telah melakukannya cukup lama dan memberikan sensasi yang berkesan sampai saat ini.

Sahabatmu?

C